Showing posts with label Islami. Show all posts
Showing posts with label Islami. Show all posts

Tuesday, May 21, 2019

SYA'IR MEMAHAMI WANITA


ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﻛﺎﻟﻘﻬﻮﺓ، ﺇﺫﺍ ﺃﻫﻤﻠﺘﻬﺎ ﺃﺻﺒﺤﺖ ﺑﺎﺭﺩﺓ،ﺣﺘﻰ ﻓﻲ ﻣﺸﺎﻋﺮﻫﺎ. Wanita itu tak ubahnya seperti kopi, jika kau abaikan maka ia akan dingin, tak terkecuali rasanya. ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﺼﻤﺖ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﺃﻣﺎﻡ ﻣﻦ ﺗﺤﺐ،ﺗﺄﺗﻲ ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﻫﻴﺌﺔ ﺩﻣﻮﻉ!. Wanita itu, ketika ia diam di depan orang yang ia cintai, kata-katanya akan datang berderai berbentuk air mata. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺪﺍﻳﺔ ﺗﺨﺎﻑ ﺃﻥ ﺗﻘﺘﺮﺏ ﻣﻨﻚ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﺗﺒﻜﻲ ﺣﻴﻦ ﺗﺒﺘﻌﺪ ﻋﻨﻬﺎ.ﻗﻠﻴﻞ ﻣﻦ ﻳﻔﻬﻤﻬﺎ. Wanita itu, awalnya dia takut-takut mendekatimu, namun pada akhirnya ia akan menangis ketika kau jauh darinya. Alangkah sedikitnya orang yang memahami wanita. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﻻ ﺗﺮﻳﺪ ﻣﻨﻚ ﺍﻟﻤﺴﺘﺤﻴﻞ، ﻫﻲ ﻓﻘﻂ ﺗﺮﻳﺪﻙ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﺘﻤﻨﺎﻩ ﺃﻧﺖ ﻟﺸﻘﻴﻘﺘﻚ. Wanita itu, tidak meng hendaki sesuatu yang tidak mungkin darimu, namun ia hanya menginginkan kamu bisa menjadi seperti seorang pria yang ia harapkan seperti dirimu (bersikap) terhadap saudarimu. ﻧﺼﻒ ﺟﻤﺎﻝ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﻓﻲ ﺭﺩﻭﺩ ﺍﻓﻌﺎﻟﻬﺎ، ﺇﺣﻤﺮﺍﺭ ﺍﻟﺨﺪﻳﻦ، ﺇﻟﺘﻤﺎﻉ ﺍﻟﻌﻴﻨﻴﻦ، ﻭﺿﻴﺎﻉ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ﺍﻟﻤﺘﻌﺎﻧﻘﺘﻴﻦ ﺧﺠﻼ. Wanita itu, separuh kecantikannya terdapat di dalam perilakunya (caranya merespon), rona pipinya yang kemerahan, kedua matanya yang berbinar dan saat kehabisan kata, ia menggerakkan kedua tangannya memeluk penuh rasa malu. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﺇﻣﺎ ﻛﻴﺪ ﻋﻈﻴﻢ، ﺃﻭ ﺣﺐ ﻋﻈﻴﻢ!.ﻭﺃﻧﺖ ﻣﻦ ﻳﺤﺪﺩ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺮﺟﻞ، ﻓﺈﻥ ﻣﻜﺮﺕ ﺑﻬﺎ ﻣﻜﺮﺕ ﺑﻚ، ﻭﺇﻥ ﺃﺣﺒﺒﺘﻬﺎ ﻋﺸﻘﺘﻚ. Wanita itu, boleh jadi tipuannya besar atau rasa cintanya menggelegar. Namun dirimulah wahai pria yang menentukan!!! Jika kau berbuat muslihat kepadanya, maka ia pun akan membalas muslihatmu. Namun jika kau mencintainya, maka ia akan membalas lebih cintamu. ﺗﻌﺸﻖ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﻭﺭﺩﺓ ﺣﻤﺮﺍﺀ، ﺗﺄﺗﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺣﻴﻦ ﻓﺠﺄﺓ، ﻭﺗﺮﺿﻴﻬﺎ ﻓﻲ ﻟﺤﻈﺔ ﻏﻀﺐ. Wanita itu, (lazimnya) mencintai bunga mawar yang merah, bawakan padanya secara tiba-tiba (sebagai surprise), maka ia pun akan ridha di kala murka. ﺑﻘﺪﺭ ﻣﺎ ﺗﺤﺐ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﻫﻲ ﺗﻐﺎﺭ، ﻟﺬﺍ ﺃﻱ ﺃﻧﺜﻰ ﺗﺠﻦ ﻏﻴﺮﺓ، ﻫﻲ ﺗﺠﻦ ﺣﺒﺎ. Wanita itu, sebanyak ia mencinta sebanyak itu pula ia cemburu. Karena itulah, setiap wanita yang tertutup akalnya karena terbakar rasa cemburu, sebanyak itu pula ia tertutup akalnya lantaran rasa cinta. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﺗﺪﺍﻭﻱ ﻭﻫﻲ ﻣﺤﻤﻮﻣﺔ، ﻭﺗﻮﺍﺳﻲ ﻭﻫﻲ ﻣﻬﻤﻮﻣﺔ، ﻭﺗﺴﻬﺮ ﻭﻫﻲ ﻣﺘﻌﺒﺔ، ﻭﺗﺤﺰﻥ ﻣﻊ ﻣﻦ ﻻ ﺗﻌﺮﻑ،ﻭﺗﺒﻜﻲ ﻳﻮﻡ (ﺯﻓﺎﻓﻬﺎ)، ﻓﺎﺭﻓﻘﻮﺍ ﺑﻬﺎ. Wanita itu, akan senantiasa mengobati meski demam mendera. Akan selalu menghibur meski ia berduka. Akan tetap terjaga meski ia lelah. bahkan bersedih dengan orang yang tak dikenalnya. Ia pun menangis di hari “pernikahan”-nya. Maka bersikap lembutlah kepada wanita. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﺗﺤﺐ ﻣﻴﺴﻮﺭ ﺗﻌﺎﻣﻞ ﻛﻄﻔﻠﺔ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﻣﻬﻤﺎ ﻛﺒﺮﺕ Wanita itu, selalu senang diperlakukan dengan manja seperti anak kecil, walau sedewasa apapun dirinya. ﻻ ‘ﺗﻄﺮﻕ’ ﺑﺎﺏ ﻗﻠﺐ ﺍﻷﻧﺜﻰ، ﻭﺃﻧﺖ ﻻ ﺗﺤﻤﻞ ﻣﻌﻚ ﺣﻘﺎﺋﺐ “ﺍﻹﻫﺘﻤﺎﻡ”. Wanita itu, janganlah sekali-kali kau mengetuk pintu hatinya, sedangkan dirimu tidak membahamba Allah Wanita itu, janganlah sekali-kali kau mengetuk pintu hatinya, sedangkan dirimu tidak membawa “semua tas yang berisi perhatian.” ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﻐﺎﺭ ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﺍﺭﺳﻢ ﻗﺒﻠﺔ ﻋﻠﻰ ﻳﺪﻳﻬﺎ، ﺩﻋﻬﺎ ﺗﺸﻌﺮ ﺑﺄﻧﻬﺎ ﻧﻌﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﺪﻳﻚ. Wanita itu, ketika dirinya dilanda cemburu, maka lukiskan di atas tangannya sebuah kecupan, biarkan dia merasakan bahwa dirinya adalah karunia terbesar dari Allah untuk dirimu. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﺍﻟﻬﺎﺩﺋﺔ، ﺍﻟﻨﺎﻋﻤﺔ ﺃﻛﺜﺮ ﺿﺠﻴﺠﺎ ﺑﻘﻠﺐ ﺍﻟﺮﺟﻞ. Wanita itu, meski ia tampak kalem dan lembut, namun ia lebih sering menyebabkan kegaduhan di hati pria. ﺍﻷﻧﺜﻰ: ﻭﺇﻥ ﻗﺴﺖ؛ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﺨﻠﻮ ﻣﻦ ﻣﺸﺎﻋﺮ ﺍﻟﻌﻄﻒ ، ﻭﺍﻟﺮﺃﻓﺔ. Wanita itu, meskipun ia keras (kemauannya), namun hatinya tidak pernah kosong dari kelemahlembutan dan kasih sayang. ﻭﻣﺎ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﺇﻻ ﻧﺒﻀﮧ ﺷﻔﺎﻓﮧ،، ﺣﺴﺎﺳﺔ،، ﺗﺨﺸﻰ ﺍﻟﻌﺘﺎﺏ،، ﻭﻳﺨﺠﻠﻬﺎ ﺍﻟﻤﻼﻡ،، ﻓﺎﻧﺘﺒﻪ ﻟﻬﺎ ﻳﺎ ﻣﻦ ﺗﺤﺒﻬﺎ. Wanita itu, adalah makhluk yang sangat lembut lagi sensitif. Ia khawatir dicela dan tak tahan dicemooh. Karena itu perhatikanlah dirinya wahai orang yang mencintainya. ﻻ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺟﻨﻮﻥ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﻭﻏﻴﺮﺗﻬﺎ، ﺇﻻ ﺭﺟﻞ ﺃﺣﺒﻬﺎ ﺑﺼﺪﻕ. Wanita itu, takkan ada yang mampu menanggung kegilaan dan kecemburuannya, kecuali seorang pria yang mencintainya dengan tulus (apa adanya). ﻟﻴﺲ ﻋﻴﺒﺎ ﺍﻥ ﻳﺘﻌﻠﻢ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﻦ ﻗﻠﺐ ﺍﻷﻧﺜﻰ ﺷﻴﺌﺎ ﻳﺠﻌﻠﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﺇﻧﺴﺎﻧﻴﺔ، ﻭﺭﻗﺔ. Wanita itu, bukanlah suatu cela apabila pria mau mempelajari hatinya yang akan menjadikan lebih manusiawi dan berempati hamba Allah. Wanita itu, takut dikhianati dan khawatir kehilangan dan ditinggalkan. Dia adalah makhluk yang tidak mudah melupakan seseorang yang ia cintai meski telah tiada. Dia akan terus mengawasi dari kejauhan. ﻟﻸﻧﺜﻰ: ﺃﻥ ﺗﺮﺑﻲ ﻃﻔﻼ* ﺑﻼ* ﺃﺏ، ﻟﻜﻦ ﻻ* ﻳﻤﻜﻦ ﻟﻠﺮﺟﻞ ﻣﻴﺴﻮﺭ ﻳﺮﺑﻲ ﻃﻔﻼ* ﺑﻼ* ﺃﻡ Wanita itu, mampu mendidik anak tanpa ayah, namun tidak mudah bagi seorang pria membesarkan anaknya tanpa ibu. ﻫﻨﺎ ﺭﻭﻋﻪ ﺍﻷﻧﺜﻰ. Wanita itu, di sinilah letak keindahannya. ﻣﺘﻰ ﻣﺂ ﻛﻨﺖ ‘ﺭﺟﻞ’ ﺗﻜﻦ ﻟﻚ «ﺍﻣﺮﺃﺓ». Selama kau masih seorang pria, maka miliki wanita. ﻣﺘﻰ ﻣﺂ ﻛﻨﺖ ‘ﺫﻛﺮ’ ﺗﻜﻦ ﻟﻚ «ﺃﻧﺜﻰ» Selama kau masih seorang yang jantan, maka miliki perempuan. ﻣﺘﻰ ﻣﺂ ﻛﻨﺖ ‘ﻣﻠﻚ’ ﺗﻜﻦ ﻟﻚ «ﺃﻣﻴﺮﺓ ». Selama kau masih seorang raja, carilah seorang ratu. ﻣﺘﻰ ﻣﺂ ﻛﻨﺖ ‘ﻋﺎﺷﻖ’ ﺗﻜﻦ ﻟﻚ «ﻣﺘﻴﻤﺔ». Jikalau kau seorang yang kasmaran, pastilah ada wanita yang memikatmu. ﻓﻼ ﺗﻜﻦ ‘ﻻﺷﻲﺀ’ ﻭﺗﺮﻳﺪﻫﺂ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ «ﻛﻞ ﺷﻲﺀ»! Janganlah kau menjadi orang “yang tak punya apa-apa” namun menginginkan wanita yang memiliki “segalanya”. ﻋﻨﺪﻣﺂ ﺗﻨﻔﺦ ﻓﻴﻚ ﺍﻟﺮﻭﺡ.ﺝ / ﺗﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺑﻄﻦ ﺍﻣﺮﺃﻩ. Ketika ditiupkan ruh ke dalam dirimu, kau pun berada di dalam rahim seorang wanita. ﻋﻨﺪﻣﺂ ﺗﺒﻜﻲ.ﺝ / ﺗﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺣﻀﻦ ﺍﻣﺮﺃﻩ. Ketika kau menangis,kau pun berada di dalam pelukan seorang wanita. ﻭﻋﻨﺪﻣﺂ ﺗﻌﺸﻖ.ﺝ / ﺗﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﻠﺐ ﺍﻣﺮﺃﻩ. Ketika kau merasakan luapan cinta, kau pun berada di dalam hati seorang wanita. ﺭﻓﻘﺎ ﺑﻬﺂ ..ﻓﺎﻻﻧﺜﻰ ﺃﻣﺎﻧﺔ،، ﻣﺂ ﺧﻠﻘﺖ ﻟﻺﻫﺎﻧﺔ. Lembutlah kepadanya. karena wanita itu adalah amanat. Dia tidaklah diciptakan untuk direndahkan.!! ﻓﻠﺘﺤﻴﺎ ﻛﻞ ﺃﻧﺜﻲ …ﻣﺘﺰﻭﺟﺔ، ﺃﻭ ﻋﺎﺯﺑﺔ،ﺃﻭ ﻣﻄﻠﻘﺔ، ﺃﻭ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﺭﻣﻠﺔ. Salam bagimu wahai setiap wanita. Baik yang telah menikah atau masih perawan, yang telah bercerai ataupun menjanda (yang ditinggal wafat sang suami. ================================= اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ۞ نَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۩ LAHAWLAAWHALAAKUWWATAILLAABILLAHIL'ALIYILADHIM. والله اعلم ب الصواب semoga bermanfaat...

Monday, May 13, 2019

KEUTAMAAN SALAT TERAWEKH

KEUTAMAAN SALAT TERAWEKH.... Malam Ke 1 : Keutamaan sholat tarawih dimalam pertama adalah ia akan keluar dari dosa dosa sebagaimana ia baru di lahirkan Malam Ke 2 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 2, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua Ramadhan, maka dosanya dan kedua dosa ibu bapak nya akan di ampuni oleh SWT Malam Ke 3 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 3, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke tiga Ramadhan, maka maka malaikat yang ada di Arsy berdoa kepada Allah agar diampuni dosa kita Malam Ke 4 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 4, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke empat Ramadhan, maka ia akan memperolah pahala dari orang2 yang membaca kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an Malam Ke 5 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 5, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke lima Ramadhan, maka Allah akan Memberikan Pahala sebagaimana Pahala nya orang2 yang sholat di masjidil Haram, Masjid Madina dan Aqsa. Malam Ke 6 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 6, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke enam Ramadhan, maka Malaikat yang tawaf di Baitul Makmur (70Ribu malaikat) serat batu2 dan tanah mendoakan orang2 yang melaksanakan sholat tarwih pada malam ini. Malam Ke 7 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 7, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke tujuh Ramadhan, maka ia akan memperolah pahala Se akan2 bertemu dengan Nabi Musa dan Berjuang mengalahkan musuh ketatnya yaitu Fi’aun dan Hamman. Malam Ke 8 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 8, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke delapan Ramadhan, maka ia akan memperolah pahala yang di lakukan nabi Ibrahim As Malam Ke 9 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 9, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke sembilan Ramadhan, maka ia akan di naikkan mutu dan nilai ibadah nya sebagaimana mutu dan Ibadah Nabi Muhammad SAW. Malam Ke 10 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 10, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke sepuluh Ramadhan, maka Allah akan mengkaruniakan kepadanya kebaikan dunia dan Akhirat. Malam Ke 11 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 11, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarwih pada malam ke sebelas Ramadhan, maka ia akan keluar dari dosa dosa sebagaimana ia baru di lahirkan. Malam Ke 12 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 12, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua belas Ramadhan, maka ia akan datang pada Hari Kiamat dalam ke adaan muka yang bercahaya karna pengaruh Ibadahnya Malam Ke 13 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 13, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke tiga belas Ramadhan, maka maka ia akan datang pada hari kiamat dalam ke adaan sentosa, terlepas dari segala kejelekan dan keburukan Malam Ke 14 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 14, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke empat belas Ramadhan, maka malaikat akan datang dan menyaksikan nya melaksanakan sholat Tarwih serta Allah akan melindunginya pada Hari Kiamat Malam Ke 15 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 15, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam lima belas Ramadhan, maka semua malaikat yang menanggung Arsy berselawat kepada nya dan memohonkan ampun atas dosa2. Malam Ke 16 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 16, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke enam belas Ramadhan, maka Allah akan menulis kan kepada nya terlepas dan Azab Neraka dan di masukkan ke Syurga nya Allah. Malam Ke 17 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 17, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke tujuh belas Ramadhan, maka pahala sholat arwih nya pada malam itu disamakan derjat nya dengan pahala para Nabi Malam Ke 18 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 18, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke delapan belas Ramadhan, maka Para Malaikat Berseru kepada nya : hai hamba Allah, sesungguhnya Allah SWT telah redha kepada mu, dan kepada ibu bapak mu baik yg masih hidup maupun yang sudah mati. Malam Ke 19 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 19, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke sembilan belas Ramadhan, maka ia akan menaikkan Derjatnya dalam Syurga Firdaus Malam Ke 20 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 20, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh Ramadhan, maka Allah akan mengkaruniakan kepadanya pahala orang2 yang mati syahid dan pahala orang2 sholeh. Malam Ke 21 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 21, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnah Tarawih pada malam ke dua puluh satu Ramadhan, maka Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya. Malam Ke 22 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 22, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnah Tarawih pada malam ke dua puluh dua Ramadhan, maka Allah menjamin kita datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan. Malam Ke 23 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 23, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh tiga Ramadhan, maka Allah buat khusus untuk nya kota (taman indah di Syurga) Malam Ke 24 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 24, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh empat Ramadhan, maka Akan di kabulkan oleh Allah swt 24 Macam do’anya Malam Ke 25 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 25, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh lima Ramadhan, maka Allah akan membebaskan nya dari Azab kubur Malam Ke 26 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 26, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh enam Ramadhan, maka ia akan mendapat pahala dari Allah swt untuk 40 tahun Malam Ke 27 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 27, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh tujuh Ramadhan, maka ia akan melewati titian Shirotal Mustaqim secepat kilat Malam Ke 28 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 28, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh delapan Ramadhan, maka di tinggikan Derjat nya di Syurga 1000 derajat Malam Ke 29 : Keutamaan sholat tarawih dimalam ke 29, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke dua puluh sembilan Ramadhan, maka ia akan mendapat pahala dari Allah bagaikan 1000 kali pahala Naik Haji Malam Ke 30 : Keutamaan sholat tarawih dimalam terahir, Barang Siapa yang melaksanakan Sholat Sunnat Tarawih pada malam ke tiga puluh Ramadhan, maka Allah Berfirman kepada nya “Makanlah olehmu buah buahan Syurga, Mandilah kamu dengan Air Salsabil, Minumlah oleh mu Air Al-Kautsar, Akulah Tuhanmu dan engkaulah hamba-Ku”.
Bismillah, STOP ....! FITNAH & GHIBAH # JAGALAH LISAN & HATI MU .. JANGAN-LAH kamu mengGhibah,mengGosip,Menggunjing, dan Berburuk Sangka memata matai merobek kehormatan saudaramu Allah Ta’ala berfirman,"Hai orang-orang yang beriman,jauhilah kebanyakan dari prasangka,sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12). Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian (untuk dirampais) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini” (HR. Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadis no. 6064 dan Muslim hadis no. 2563) Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (Shahih Muslim 4692) Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ ، صُبَّ فِى أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Barangsiapa menguping omongan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (kalau didengarkan selain mereka), maka pada telinganya akan dituangkan cairan air tembaga yg panas pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 7042). “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175). Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar (arak) dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (al-Maidah: 91) Jika seseorang marah, lalu dia mengatakan: a’udzu billah (aku berlindung pada Allah) , maka akan redamlah marahnya.” (As Silsilah Ash Shohihah no. 1376. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
#Mutiarahikmah "ANAK  AYAM bertanya Pada INDUK nya
🐓Anak Ayam :
Mak, kita semua kok namanya sama.
Yaitu : AYAM.
Gak seperti Manusia.
masih kecil sudah punya Nama :
Mail,
Amir,
Didik,
Munim,
Ramrau,
Purnima,
Lea,
Devi,
Cicik,
Dewi,
Anto,
Indra,
Isabella,
Tampan,
Mariapan,
Dll....

Induk Ayam :
Nak....!
Manusia yang masih hidup Nama nya memang banyak, tapi nanti kalau sudah Mati, nama nya satu yaitu : MAYAT.

Beda dengan kita.
Kalau kita sudah Mati,
Baru nama nya banyak.
Ada yang nama nya :
Ayam Goreng,
Ayam Bakar,
Ayam Panggang,
Ayam Pop,
Ayam Penyet,
Sate Ayam,
Opor Ayam,
Gulai Ayam,
Soto Ayam
Ayam Rendang
Lodo Ayam,
Asem-asem Ayam,
Bubur Ayam,
Ayam Kecap,
Ayam Betutu,
Ayam Rica2,
Ayam Kremes,
banyak lagi.

🐓Anak Ayam :
 Oh gitu... Mak...! 
Jadi nggak boleh iri ya sama Manusia, mereka itu nggak berguna kalau sudah Mati, tapi kita ini berguna kalau sudah Mati.. .Bisa di tempatkan di mana saja bisa di Restoran-restoran besar dan kecil dan juga bisa di Warung-warung makan, kalau manusia tempatnya cuma satu.." KUBURAN"....

Filosofinya...bahwa manusia klo sdh mati tdk ada artinyaa...dan hanya amal baik saja yg di bawa...

Mari selalu berbuat baik
HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN
dan semoga Amal kita baik di akhir Hayat Kita Nanti . Aamiin......🙏🙏🙏

Wednesday, May 23, 2018

AMALIYYAH : MENGADAKAN SELAMATAN SETELAH KEMATIAN

PERTANYAAN :
bagaimana hukumnya mengadakan selamatan di hari ke 3 dan 7 dan 40 hari orang yang meninggal dunia, tolong penjelasannya dan dalil nya

JAWABAN :

قَالَ طَاوُسَ: إنَّ الْمَوْتَى يُفْتِنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تَلْكَ اْلأيّاَمِ إلَى أنْ قَالَ عَنْ عُبَيْدِ ابْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتِنُ رَجُلانِ مُؤمِنٌ وَمُنَافِقٌ فَأمَّا الْمُؤمِنُ فَيُفْتِنُ سَبْعًا وَأمَّا الْمُناَفِقُ فَيُفْتِنُ أرْبَعِيْنَ صَبَاحًا

Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sahabat Ubaid ibn Umair berkata: “Seorang mukmin dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selam 7 hari, sedang seorang munafiq selama 40 hari di waktu pagi.” (Al Hawi lil Fatawa as Suyuti, Juz II hal 178).

BOLEH. Lihat :
قَالَ طَاوُسَ: إنَّ الْمَوْتَى يُفْتِنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تَلْكَ اْلأيّاَمِ إلَى أنْ قَالَ عَنْ عُبَيْدِ ابْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتِنُ رَجُلانِ مُؤمِنٌ وَمُنَافِقٌ فَأمَّا الْمُؤمِنُ فَيُفْتِنُ سَبْعًا وَأمَّا الْمُناَفِقُ فَيُفْتِنُ أرْبَعِيْنَ صَبَاحًا

Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sahabat Ubaid ibn Umair berkata: “Seorang mukmin dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selam 7 hari, sedang seorang munafiq selama 40 hari di waktu pagi.” (Al Hawi lil Fatawa as Suyuti, Juz II hal 178).
Hadis Thawus ntu juga dibahas oleh Imam Ibnu Hajar dalam “al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah”, ktika bliau ditanya tentang hadist thowus, bliau menjawab bhawa pndapat trsebut mempunyai asal yang kuat (ashlun ashilun) dalam syara’ di mana sjumlah ulama telah meriwayatkan yakni 1,Thawus dengan sanad yang shahih, 2. juga dari ‘Ubaid bin ‘Umair, dengan sanad yang berhujjah pada Ibnu ‘Abdul Bar, yang merupakan seorang ulama yang di anggap lebih besar maqamnya tabi`inya daripda Thawus, bahkan ada qil yang mnyatakan bahawa ‘Ubaid bin ‘Umair ini adlah seorang sahabat karenaa beliau dilahirkan dalam zaman Nabi n hidup pada sbagian zaman Sayyidina ‘Umar di Makkah, n 3, daripada Mujahid. Dan hukum 3 riwayat ini adalah hukum hadis mursal marfu 'karenaa prsoalan yang hubungnya gdn orang mati difitnah 7 hari, mrupakn hal ghaib yang tidak dapat diketahui dalam pendapat akal. Bila hal semacam datangnya dari tabi `i maka dihukumkan mursal marfu 'kepada rosul sbgaimana dijelaskan oleh para imam hadits. Nah…… hadist Mursal itu blh dijadikan hujjah, spti halny imam Hanafi, Maliki, Hanbali n juga Syafi `i bila ia didukung oleh riwayat lain. n spti yang saya paparkan di dpn tadi bahwa hadits thowus ini telah didukung 2 mursal yang lain (yaitu Mursal 'Ubaid dan Mursal Mujahid), bahkan jika imam ibnu hajar berpendapat bahwa sabit' Ubaid itu seorang sahabat yang bersambunglah riwayatnya dengan Nabi.

baca juga => AMALIYYAH : BOLEHKAH MEMAKAI SUSUK ? ?

follow my blog => KLik HERE

SHALAT DI MASJID YANG BERDEKATAN DENGAN KUBURAN

PERTANYAAN :
bagaimana hukumnya orang sholat di masjid yang ada kuburannya dan berddekatan dengan kuburan?

JAWABAN :
ya sah-sah saja kang seng penting ora' nyembah makam tersebut....

Diriwayatkan secara shahih bahwa Nabi saw. pernah bersabda : "Dalam masjid Khaif (masjid yang terletak di Mina) terdapat kuburan tujuh puluh orang nabi." (HR. al-Bazzar dan ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir). Hafidz Ibnu Hajar, dalam kitab Mukhtashar Zawaid al-Bazzar ketika berkomentar tentang derajat hadist di atas mengatakan, "Sanadnya shahih". menanggapi hadits riwayat Muslim yang sering juga dibuat dalil oleh pengikut faham yang mengharamkan mutlak membangun bangunan di atas kuburan, yaitu hadits berikut :
لَعَنَ اللهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

“Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani yang membuat masjid di kuburan-kuburan para nabinya.”
Al-Allamah Abdurrauf Al-Munawi menguraikan bahwa hadits di atas berbicara tentang perilaku orang Yahudi dan Nashrani yang membuat makam para nabinya sebagai arah kiblat dengan iktikad yang bathil. Mereka juga bersujud di kuburan para nabi tersebut karena ta‘zhim (mengagungkan), menghadapkan shalat mereka ke arah makam tersebut dan membuat berhala-berhala yang menjadi sebab Allah melaknat mereka. Dan hal inilah yang dilarang oleh Allah kepada kaum muslim untuk mengikuti perilaku mereka.
Adapun membangun masjid di samping makam orang shalih atau shalat di kuburan dengan tujuan pahalanya disampaikan kepada mayit yang dikubur di makam tersebut dengan tidak ada niat mengagungkan tempat tersebut atau shalat menghadap makam-makam tersebut maka itu tidak ada dosa baginya. Bukankah makam Nabiyullah Isma’il berada di Hathim (tembok Ka’bah) di dalam Masjidil Haram ? [ Faidh al-Qadir juz 4 hlm. 591 (hadits no. 5995) ].

baca juga => MENGUNDANG KHODAM ASMA' DENGAN AMALAN ILMU HIKMAH

follow my blog => KLIK HERE

MENGUNDANG KHODAM ASMA' DENGAN AMALAN ILMU HIKMAH

PERTANYAAN :
bagaimanakah hukumnya mengundang khodam asma' dengan amalan ilmu hikmah ?

JAWABAN :
kalau yang dimaksud ilmu hikmah dalam pertanyaan ini adalah ilmu yang dianugerahkan Allah kepada seseorang atas laku tirakat yang ia lakukan yang tidak bertentangan dengan syara' dan boleh... Kalau yang dimaksud dengan ilmu hikmah diatas adalah ilmu karamah/setruman maka diperinci sebagai berikut :
Bila pelakunya (yang nyetrum ) disiplin syari’at ( mutasyarri’ ), yang dibaca (mantera) tidak bertentangan dengan syariát, khodamnya juga yang baik dan tidak menimbulkan dloror syar’i ( termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding )
( مسألة: فى أقسام السحر وحكمه )الى أن قال ومنها الاستعانة بالأرواح الأرضية بواسطة الرياضة وقراءة العزائم إلى حيث يخلق الله تعالى عقب ذلك على سبيل جرى العادة بعض خوارق وهذا النوع قالت المعتزلة إنه كفر لأنه لا يمكن معه معرفة صدق الرسل عليهم الصلاة والسلام للالتباس, ورد بأن العادة الإلهية جرت بصرف المعارضين للرسل عن إظهار خارق ثم التحقيق أن يقال إن كان من يتعاطى ذلك خيرا متشرعا فى كامل ما يأتى ويدر وكان من يستعين به من الأرواح الخيرة وكانت عزائمه لا تخالف الشرع وليس فيما يظهر على يده من الخوارق ضرر شرعى على أحد فليس ذلك من السحر بل من الأسرار والمعونة وإلا فهو حرام إن تعلمه ليعمل به بل يكفر إن اعتقد حل ذلك فإن تعلمه ليتوقاه فمباح وإلا فمكروه. إهـ هامش فتح الوهاب الجزء الثانى ص : 151 دار إحياء الكتب العربية

[ MASALAH ] Dalam pembahasan bentuk-bentuk sihir dan hukumnya......dst. Di antara macam sihir adalah meminta pertolongan dengan arwah arodhiyah dengan cara laku riyadhoh dan membaca azimat-azimat yang setelahnya akan menimbulkan hal-hal aneh diluar kebiasaan pada umumnya, menurut kaum Mu'tazilah ini termasuk perbuatan kufur karena dapat menyerupai dan melemahkan kebenaran para utusan Allah akan mukjizatnya, sedang menurut pendapat ulama yang TAHQIIQ (kuat dalam pernyataannya) hukumnya di perinci :
1.Apabila pelakunya ( yang nyetrum ) disiplin syari’at ( mutasyarri’ ), yang dibaca ( mantera ) tidak bertentangan dengan syariát dan tidak menimbulkan dloror syar’i ( termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding ).
2.Bila yang terjadi semacam ini, hal tersebut bukanlah sihir tetapi kelebihan dan ma'unah Tidak boleh ( haram ).
3.Apabila pelakunya tidak disiplin syariát ( fasiq ) atau yang dibaca dilarang menurut syara’ atau menimbulkan dloror syar’i ( termasuk hilangnya kesadaran dan tidak ada manfaat sebanding ). [ Hamisy Fath Alwahaab II/151 ].

baca juga => Hukum Mengubur Ari-Ari

follow my blog => KLIK HERE

Hukum Mengubur Ari-Ari

Sudah menjadi tradisi di indonesia khususnya di pulau jawa, bahwa setiap ada orang melahirkan, maka mereka [keluarganya] mengubur ari2 si bayi, di samping/di depan rumahnya, yang terkadang saat mengubur disertakan juga dengan bumbu masak, seperti [bawang garam dll] kemudian saat malam tiba di beri penerangan [lampu] selama beberapa hari. PERTANYAAN :
1. bolehkah hal yang demikian itu dilakukan, dan apa tujuannya ?
2. adakah dalil dari perbuatan seperti itu ?
3. adakah hal yang dapat di lakukan selain menguburnya [ari-ari] ?

JAWABAN :
Ari-ari bayi yaitu tempat janin selama dalam kandungan bukanlah termasuk bagian tubuh dari bayi dan juga bukan bagian dari ibu si bayi, sehingga tidak ada kewajiban sama sekali dalam hal memandikan atau menguburnya. Oleh karena itu, diperbolehkan untuk tidak dikubur bahkan dibuang sekalipun (selama tidak mengganggu orang lain). Adapun berkeyakinan dengan memberi lampu dapat menerangi hati si bayi atau dengan memberi cabai dapat menjadikan si bayi pemberani, hukumnya haram bahkan dapat menyebabkan kesyirikan jika meyakini lampu dan cabai itu yang memberikan pengaruh bukan Allah, –wal ‘iyadzu billah min dzalik-.
ﺣﻮﺍﺷﻲ ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﻧﻲ) –ﺝ/ 3ﺹ161

ﻗﻮﻟﻪ) :ﻭﻟﻮ ﻣﺎ ﻳﻘﻄﻊ ﻟﻠﺨﺘﺎﻥ(ﻓﺮﻉ) ﻫﻞ ﺍﻟﻤﺸﻴﻤﺔ ﺟﺰﺀ ﻣﻦ ﺍﻻﻡ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻋﻘﺐ ﺍﻧﻔﺼﺎﻟﻬﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻬﺎ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻴﺠﺐ ﺩﻓﻨﻬﺎ ﻭﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﺕ ﻭﺣﺪﻫﺎ ﻭﺟﺐ ﺗﺠﻬﻴﺰﻫﺎ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻛﺒﻘﻴﺔ ﺍﻻﺟﺰﺍﺀ ﺃﻭ ﻻﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﻌﺪ ﻣﻦ ﺃﺟﺰﺍﺀ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺧﺼﻮﺻﺎ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ ﻓﻴﻪ ﻧﻈﺮ ﻓﻠﻴﺘﺄﻣﻞ ﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﺃﻗﻮﻝ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﻓﻴﻬﺎ ﺷﺊﻉ ﺵ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺸﻴﻤﺔ ﺍﻟﻤﺴﻤﺎﺓ ﺑﺎﻟﺨﻼﺹﺍﻟﺘﻲ ﺗﻘﻄﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻓﻬﻲ ﺟﺰﺀ ﻣﻨﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺸﻴﻤﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻓﻠﻴﺴﺖ ﺟﺰﺃ ﻣﻦ ﺍﻻﻡ ﻭﻻ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻟﺪﻗﻠﻴﻮﺑﻲ ﻭﺑﺮﻣﺎﻭﻱ ﺍﻩ . ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ) –ﺝ/ 7ﺹ143

ﻭَﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺍﻟْﺒِﺮْﻣَﺎﻭِﻱِّ ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺴَﻤَّﺎﺓُ ﺑِﺎﻟْﺨَﻠَﺎﺹِ ﻓَﻜَﺎﻟْﺠُﺰْﺀِ؛ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﺗُﻘْﻄَﻊُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﻓَﻬِﻲَ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪُ،ﻓَﻠَﻴْﺴَﺖْ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄُﻡِّ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﺍﻧْﺘَﻬَﺖْ . ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ– )ﺝ/ 3ﺹ245 (

ﻭَﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﺨَﺎﺭِﺟَﺔُ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﻃَﺎﻫِﺮَﺓٌ ﻭَﻫَﻞْ ﻫِﻲَ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄُﻡِّ ﺃَﻭْ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﻭَﻳَﺘَﺮَﺗَّﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺩَﻓْﻨُﻬَﺎ ﻣَﻌَﻪُ،ﻭَﺗَﺼِﺢُّ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻭَﻏُﺴْﻠُﻬَﺎ ﻭَﺗَﻜْﻔِﻴﻨُﻬَﺎ ﻭَﻣُﻮَﺍﺭَﺍﺗُﻬَﺎ ﻓِﻴﻪِ ﻧَﻈَﺮٌ ﺍ ﻫـ ﺭَﺣْﻤَﺎﻧِﻲٌّ . ﺣﺎﺷﻴﺘﺎ ﻗﻠﻴﻮﺑﻲ–ﻭﻋﻤﻴﺮﺓ) –ﺝ / 4ﺹ407 (

ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪُ ﻓَﻠَﻴْﺴَﺖْ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄُﻡِّ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ . ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ) –ﺝ/ 3 ﺹ70 )

ﺏَﺍﺏُ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﺴْﻘَﺎﺀِ)ﻭَﺳُﺌِﻞَ( ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺎ ﻗَﻮْﻝُ ﻣَﻦْ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺑِﺴَﻌْﺪِ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﺯِﻝِ ﻭَﺑِﺤُﺴْﻨِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺟَﻮَﺍﺏُ ﻣَﻦْ ﻳُﺴْﺄَﻝُ ﻋَﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﻛَﺬَﺍ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﻨَﻘْﻠَﺔٍ ﺃَﻭْ ﺗَﺰْﻭِﻳﺞٍ) ؟ﻓَﺄَﺟَﺎﺏَ(ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ: ﻣَﻦْ ﺃَﺿَﺎﻑَ ﺍﻟﺘَّﺄْﺛِﻴﺮَ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﺯِﻝِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻜَﻮَﺍﻛِﺐِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺒُﺮُﻭﺝِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺃَﺟْﺮَﻯ ﻋَﺎﺩَﺗَﻪُ ﺍﻟْﺈِﻟَﻬِﻴَّﺔِ ﺑِﻮُﻗُﻮﻉِ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ ﻋِﻨْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺸَّﻲْﺀِ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺮُﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑَﻞْ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﻟَﻪُ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥَّ ﻧَﺤْﻮَ ﺍﻟْﻤَﻨْﺰِﻝِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻜَﻮْﻛَﺐِ ﻣُﺆَﺛِّﺮٌ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻛَﻔَﺮَ ﻭَﺃَﺻْﻞُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺍﻟْﺄَﺋِﻤَّﺔُ ﻓِﻴﻤَﻦْ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻣُﻄِﺮْﻧَﺎ ﺑِﻨَﻮْﺀِ ﻛَﺬَﺍ ﻓَﻌُﻠِﻢَ ﺃَﻥَّ ﻣَﻦْ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﻳَﻮْﻡٍ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﻨَﺤْﻮِ ﻧَﻘْﻠَﺔٍ.ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﺠِﻴﺐَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡُ ﺑَﻞْ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟِﺎﺳْﺘِﺨَﺎﺭَﺓِ ﻭَﺍﻟْﻔِﻌْﻞِ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ ﺇﻥْ ﺍﻧْﺸَﺮَﺡَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺼَّﺪْﺭُ ﻟِﺄَﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔُ ﻭَﺧِﻠَﺎﻑُ ﺍﻟْﻤَﺄْﻟُﻮﻑِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠَﻬَﻠَﺔِ ﺍﻟْﻤُﺸْﺘَﻐِﻠِﻴﻦَ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﺤِﻞُّ ﻣِﻦْ ﻋِﻠْﻢِ ﺍﻟﺮَّﻣْﻞِ ﻭَﺃَﻣْﺜَﺎﻟِﻪِ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺒِﺪْﻋَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺒِﻴﺤَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻣَﺔُ
MASYIMAH terbagi atas dua macam :
1. Masyimah yang tersambung dengan pusar (ari-ari)
2. Masyimah pembungkus bayi (uterus)
Masyimah hukumnya suci. Sedangkan hukumnya sebagai berikut :
1.Masyimah (ari-ari) sunah dikuburkan bila bayinya tidak mati seketika oada waktu pemotongan sedang bila bayinya mati sat pemotongan atau lahir sudah dalam keadaan mati maka hukumnya sama dengan bayinya (Wajib dikuburkan)
2.Masyimah pembungkus bayi (uterus) tidak terdapati kewajiban apapun.Ketentuandiatas berpijak pada pendapat al-Barmawi
( وَالْجُزْءُ الْمُنْفَصِلُ ) بِنَفْسِهِ أَوْ بِفِعْلِ فَاعِلٍ ( مِنْ ) الْحَيَوَانِ ( الْحَيِّ ) ( كَمَيْتَتِهِ ) طَهَارَةً وَضِدَّهَا لِخَبَرِ { مَا قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ } فَالْيَدُ مِنْ الْآدَمِيِّ طَاهِرَةٌ وَلَوْ مَقْطُوعَةً فِي سَرِقَةٍ أَوْ كَانَ الْجُزْءُ مِنْ سَمَكٍ أَوْ جَرَادٍ وَمِنْ نَحْوِ الشَّاةِ نَجِسَةٌ ، وَمِنْهُ الْمَشِيمَةُ الَّتِي فِيهَا الْوَلَدُ طَاهِرَةٌ مِنْ الْآدَمِيِّ ، نَجِسَةٌ مِنْ غَيْرِهِ .

Bagian tubuh yang terpisah dengan sendirinya atau akibat perbuatan seseorang dari yang hidup hukumnya seperti bangkainya baik dalam kesucian atau kenajisannya berdasarkan hadits “Yang terpisah dari yang hidup seperti bangkai” maka tangan yang terpisah dari manusia hukumnya suci meskipun terpotong akibat pencurian atau bagian tubuh dari ikan air atau belalang (maka suci).Sedang yang terpotong dari semacam kambing maka najis.Termasuk masyimah yang didalamnya terdapati anak, bila dari manusia maka suci, bila dari selainnya maka najis. [ Hasyiyah as-Syibro Malisy II/15 ].
( فَرْعٌ ) آخَرُ هَلْ الْمَشِيمَةُ جُزْءٌ مِنْ الْأُمِّ أَمْ مِنْ الْمَوْلُودِ حَتَّى إذَا مَاتَ أَحَدُهُمَا عَقِبَ انْفِصَالِهَا كَانَ لَهُ حُكْمُ الْجُزْءِ الْمُنْفَصِلِ مِنْ الْمَيِّتِ فَيَجِبُ دَفْنُهَا ، وَلَوْ وُجِدَتْ وَحْدَهَا وَجَبَ تَجْهِيزُهَا وَالصَّلَاةُ عَلَيْهَا كَبَقِيَّةِ الْأَجْزَاءِ أَوَّلًا ؛ لِأَنَّهَا لَا تُعَدُّ مِنْ أَجْزَاءِ وَاحِدٍ مِنْهُمَا خُصُوصًا الْمَوْلُودَ فِيهِ نَظَرٌ فَلْيُتَأَمَّلْ .ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَجِ وَأَقُولُ الظَّاهِرُ أَنَّهُ لَا يَجِبُ فِيهَا شَيْءٌ ا هـ .ع ش عَلَى م ر .وَعِبَارَةُ الْبِرْمَاوِيِّ أَمَّا الْمَشِيمَةُ الْمُسَمَّاةُ بِالْخَلَاصِ فَكَالْجُزْءِ ؛ لِأَنَّهَا تُقْطَعُ مِنْ الْوَلَدِ فَهِيَ جُزْءٌ مِنْهُ وَأَمَّا الْمَشِيمَةُ الَّتِي فِيهَا الْوَلَدُ ، فَلَيْسَتْ جُزْءًا مِنْ الْأُمِّ وَلَا مِنْ الْوَلَدِ انْتَهَتْ .

[ CABANG ] Apakah masyimah bagian dari ibu atau anak hingga bila salah satu dari mereka meninggal setelah terpisahnya maka hukumnya seperti bagian tubuh yang terpisah dari mayat maka wajib menguburkannya, dan bila ia ditemukan sendirian maka wajib merawatnya serta menshalatinya sebagaimana bagian-bagian tubuh manusia lainnya ? Ataukah tidak diwajibkan apapun atas masyimah tersebut karena ia tidaj terhitung satu bagian tubuh dari mereka ? Didalamnya perlu pemikiran, maka berfikirlah..
Ahmad Bin Qoosim al-‘Ubbaadi berpendapat tidak ada kwajiban apapun atas masyimah sedang al-Barmawy menilai Masyimah yang juga dikenal dengan nama al-Khalash maka seperti bagian tubuh dari seseorang karena ia terpotong dari tubuh seorang anak maka ia bagian tubuhnya, sedang masyimah yang didalamnya terdapati anak maka bukanlah bagian tubuh dari ibu juga bukan bagian tubuh dari anak. [ Hasyiyah al-Jamal VII/142 ].
وَيُسَنُّ دَفْنُ مَا انْفَصَلَ مِنْ حَيٍّ لَمْ يَمُتْ حَالًا أَوْ مِمَّنْ شُكَّ فِي مَوْتِهِ كَيَدِ سَارِقٍ وَظُفْرٍ وَشَعْرٍ وَعَلَقَةٍ ، وَدَمِ نَحْوِ فَصْدٍ إكْرَامًا لِصَاحِبِهَا

Dan disunahkan menguburkan bagian yang terpisah dari orang hidup yang tidak mati seketika atau bagian tubuh yang terpisah dari orang yang diragukan kematiannya seperti potongan tangan pencuri, kuku, rambut dan segumpal darah serta darah yang keluar dari semacam bekam demi memuliakan pemilik potongan tubuh tersebut.  [ Nihaayah al-Muhtaaj VI/24 ].
( وَلَوْ وُجِدَ جُزْءُ مَيِّتٍ مُسْلِمٍ ) غَيْرِ شَهِيدٍ ( صَلَّى عَلَيْهِ ) بَعْدَ غَسْلِهِ وَسَتْرِهِ بِخِرْقَةٍ وَدُفِنَ كَالْمَيِّتِ الْحَاضِرِ وَإِنْ كَانَ الْجُزْءُ ظُفُرًا أَوْ شَعْرًا فَقَدْ صَلَّى الصَّحَابَةُ عَلَى يَدِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَتَّابِ بْنِ أَسِيدٍ وَقَدْ أَلْقَاهَا طَائِرُ نَسْرٍ بِمَكَّةَ فِي وَقْعَةِ الْجَمَلِ وَقَدْ عَرَفُوهَا بِخَاتَمِهِ رَوَاهُ الشَّافِعِيُّ

Bila ditemui bagian tubuh mayat muslim selain orang mati syahid maka wajib dishalatkan setelah dimandikan dan ditutupi dengan kain dan dikuburkan layaknya orang mati meskipun bagian tersebut hanyalah berupa kuku atau rambut karena para sahabat nabi pernah menshalati tangan sahabat Abdur rahman Bin ‘Attaaab yang terjatuh dari burung nasar dikota makkah saat perang al-Jamal, tangan tersebut dikenali para sahabat milik Abdur rahman karena cincin yang terdapat dijemarinya, diriwayatkan oleh as-syafi’i. [ Hasyiyah al-Jamal VII/140 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
Abdurrahman As-syafi'i
Menambahkan sak ndulit. Menguburkan ari-ari dengan menambahkan brg2 seperti cabai, pulpen, sisir, menyalakan lampu sentir atau lilin hukumnya haram. Keharamanannya dikarenakan perbuatan itu adalah termasuk membuang buang harta yang tidak ada manfaatnya (tabdzir).
تعرفه التبذير اى يصرفه فى غير مصارف قوله فى غير مصارف و هو كل ما لا يعود نفعه اليه عاجلا ولا اجلا فيشمل الوجوهالمحرمة و المكروهة  الباجوري ٢/٥٥٣

Tabdzir adalah memperlakukan harta di luar kewajaran yaitu dengan menggunakan harta pada sesuatu yang tidak ada kegunaanya baik dalam jangka panjang atau jangka pendek yang mencakup pada hal yang di haramkan dan yang dimakruhkan.

baca juga => Benarkah Tidak Ada Siksa Kubur ?

follow my blog => KLIK HERE

Tuesday, May 22, 2018

Benarkah Tidak Ada Siksa Kubur ?


Tulisan ini merupakan salah satu bab yang terdapat dalam buku "Menelaah Pemikiran Agus Mustofa Koreksi Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern" karya A. Qusyairi Ismail dan Moh. Achyat Ahmad. Buku ini merupakan sebuah buku yang menelaah semua pemikiran Agus Musthofa yang aneh. Buku ini diterbitkan oleh "Pustaka Sidogiri" ( sebuah usaha penerbitan milik Pondok Pesantren Sidogiri ).
Tak Ada Azab Kubur ?
Uraian Singkat
Sebagaimana dijelaskan dalam buku “serial diskusi tasawuf modern” yang berjudul Ternyata Adam Dilahirkan, Agus Mustofa mengatakan bahwa buku Tak Ada Azab Kubur? terinspirasi oleh bagian tengah (wa fîhâ tamûtûna) dari ayat berikut:
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ. (الأعراف [7]: 25).

Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS. Al-A’raf [7]: 25).
Dasar terkuat Agus Mustofa untuk menyimpulkan bahwa azab kubur tidak ada adalah, sebab menurut dugaan beliau, penjelasan mengenainya tidak terdapat dalam al-Qur’an. Mengenai hal ini beliau menulis:
Hal yang menarik pertama adalah, kata “azab kubur” tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Kata azab di dalam al-Qur’an diulang-ulang sebanyak 358 kali, dan tidak ditemukan satupun berbicara tentang azab kubur. Kalau tidak “azab dunia”, ya menyebut “azab akhirat”. (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 148).
Selanjutnya, didorong oleh perasaan penasaran yang tinggi, beliau melakukan eksplorasi lebih jauh mengenai hal ini. Beliau menulis sebagai berikut:
Saya cari dari kata “siksa” dengan berbagai kata bentuknya, seperti “siksaan”, “disiksa”, “menyiksa”, dan sebagainya. Ternyata ada sejumlah 193 kali. Tetapi sekali lagi saya tidak menemukan kata “siksa” yang terkait dengan siksa kubur. Saya mencari lagi lewat kata “kubur”; “kuburan”, “dikubur”, “mengubur”. Ternyata ada 23 kali. Dan lagi-lagi, tidak ada yang bercerita tentang adanya siksa kubur. (Ibid, hlm. 152).
Dan akhirnya saya mencoba mencarinya lewat kata “barzakh”. Ternyata dalam al-Qur’an hanya disebut dua kali. Yang pertama bercerita tentang alam arwah… Sedangkan yang kedua, kata “barzakh” digunakan untuk peristiwa yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan alam kubur. (Ibid, hlm. 153).
Dari hasil pencariannya yang ‘panjang’ dan ‘melelahkan’ ini, Agus Mustofa kemudian sampai pada kesimpulan bahwa ternyata menurutnya, informasi mengenai azab kubur memang tidak memiliki dalil-dalil yang kuat dan meyakinkan dari al-Qur’an. Padahal keyakinan mengenai hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam. Agus Mustofa melanjutkan:
Seluruh ayat-ayat yang terkait dengan barzakh, kubur, siksa, dan azab, ternyata tidak satupun yang menyinggung tentang adanya azab kubur, alias siksa kubur. Sekali lagi kita menjadi merasa aneh. Kenapa peristiwa penting yang sudah dianggap sebagai kebenaran ini tidak muncul dalam informasi al-Qur’an. Lebih jauh, kalau kita berbicara tentang keimanan atau rukun iman, azab kubur juga tidak muncul menjadi salah satu rukun iman itu. Yang ditegaskan adalah Hari Kiamat dan Hari Akhir. (Ibid, hlm. 154-155).
Karena upaya eksplorasi dan penelusuran yang dilakukan oleh Agus Mustofa tidak membuahkan hasil, kemudian beliau mencoba mempertegas mengenai dari mana sumber berita tentang azab kubur itu selama ini? Ternyata mengenai hal itu bersumber dari Hadits Nabi e. Setelah tahu bahwa informasi itu bersumber dari Hadits, Agus Mustofa berhenti, dan tidak melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap Hadits-Hadits Nabi Muhammad e. Beliau menulis:
Benarkah azab kubur memang tidak ada? Kalau tidak ada, kenapa selama ini kita demikian yakin bahwa azab kubur itu ada? Dari mana sumbernya? Ternyata sumbernya adalah Hadits. Sangat banyak Hadits yang bercerita tentang azab kubur ini. Mulai dari Hadits yang sangat lemah sampai kepada Hadits yang sahih. (Ibid, hlm. 155).
Untuk memperkuat asumsinya tentang ketiadaan azab kubur, Agus Mustofa menggiring pembaca untuk berpikir lebih lanjut, tentunya dengan menggunakan logika khas karangan beliau sendiri. Dalam hal ini, beliau menyatakan bahwa siksaan sebagai pembalasan atas perbuatan manusia hanya dilakukan di dua fase: dunia dan akhirat, dan tidak ada siksaan yang ke tiga, yaitu siksaan di alam barzakh. Beliau mencatat:
Jadi al-Qur’an secara konsisten dan berulang-ulang menceritakan bahwa balasan bagi perbuatan kita itu hanya terjadi di dua tempat, dan di dua waktu. Yang pertama adalah balasan duniawi, dan yang kedua adalah balasan ukhrawi. (Ibid, 101).
Begitu nyawa itu keluar dari dalam tubuhnya, tidak ada siksaan badan yang terjadi. Yang ada ialah siksaan yang jauh lebih besar, yaitu siksaan di neraka, dan itu terjadi setelah terlebih dahulu manusia dihidupkan kembali dari dalam kuburnya. (Ibid, 160).
Azab kubur, ini menjadi kontroversial adanya, juga dikarenakan alam barzakh adalah fase menunggu. Artinya, pada fase ini sebenarnya manusia yang mati itu belum diadili. Kalau belum diadili kenapa bisa disiksa? (Ibid, 215).
Dari asumsi-asumsi di atas, kemudian Agus Mustofa menggiring pembaca untuk menggambarkan lama masa transisi yang akan dialami orang yang sudah meninggal, untuk menunggu terjadinya “kiamat kecil” (versi Agus Mustofa). Beliau menjelaskan bahwa orang yang meninggal akan merasakan penantian yang amat singkat di alam barzakh, kendati kenyataannya berjuta-juta tahun. Beliau menulis:
Akan tetapi, kita bakal bertemu dengan informasi-informasi ‘aneh’ dari dalam al-Qur’an tentang lamanya alam barzakh tersebut. Menurut al-Qur’an, alam barzakh alias alam kubur itu akan berlangsung singkat. Setidak-tidaknya begitulah yang dirasakan oleh orang-orang yang dibangkitkan. (Ibid, hlm. 186).
Agus Mustofa mendasarkan pernyataan-pernyataan tersebut pada ayat-ayat al-Qur’an berikut:
يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا. (الإسراء [17]: 52).

Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja. (QS. Al-Isra’ [17]: 52).
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ. (الروم [30]: 55).

Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; “Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). (QS. Ar-Rum [30]: 55).
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ. (يس [36]: 52).

Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?”. Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin [36]: 52).
Beliau menyatakan bahwa ayat-ayat ini menarik untuk dikaji dan diperhatikan secara cermat, karena ayat-ayat di atas ternyata menjelaskan tentang sumpah-sumpah orang yang berdosa, yang semestinya mengalami siksa kubur. Tapi anehnya mereka seperti tidak merasakan adanya azab itu. Seakan-akan tak ada yang memberatkan mereka selama berada di alam barzakh. (Ibid, hlm. 189).
Agus Mustofa menjelaskan lebih lanjut:
Tentu saja ini terasa aneh buat kita yang selam ini berpikir bahwa di dalam kubur itu ada azab. Kalau memang ada azab, mestinya orang-orang yang berdosa akan merasakan betapa lamanya hidup di alam barzakh. Namun Allah memberikan informasi sebaliknya, bahwa orang-orang yang berdosa merasa demikian singkatnya berada di alam barzakh. (Ibid, hlm. 190).
Terkait dengan kesimpulan ini, dalam serial buku tasawuf modern yang lain (Ternyata Akhirat Tidak Kekal), Agus Mustofa menjelaskan lebih tegas lagi, bahwa lama masa yang akan dialami seseorang di alam barzakh memang teramat sebentar, seperti orang yang sedang bangun dari tidur, sebelumnya tidak merasakan apa-apa, namun tiba-tiba mendapati Hari Kiamat terjadi tanpa disadarinya. Beliau berkata:
Jadi bagi yang sekarang sudah berusia 40 tahun misalnya, jika diambil rata-rata usia manusia modern 65 tahun, maka kiamat baginya hanya tinggal 25 tahun lagi… Kenapa demikian? Karena begitu dia meninggal, dia sudah tidak merasakan lagi masa penantian ‘kiamat bumi’ yang diperkirakan masih tinggal ribuan tahun. (Ternyata Akhirat Tidak Kekal, hlm. 146).
Kesimpulan ini beliau dasarkan pada penafsiran pribadi dari QS. Al-Isra’ [17]: 52 di atas. Ketika menjelaskan ayat tersebut, Agus Mustofa berkata:
Artinya ayat tersebut menggambarkan kepada kita bahwa selama kita berada di alam barzakh, kita tidak merasakan masa penantian itu sebagai waktu yang lama. Bahkan rasanya hanya sekitar satu hari saja. Sehingga praktis begitu kita mati, maka tak lama kemudian kita sudah akan bertemu dengan Hari Kiamat. (Ternyata Akhirat Tidak Kekal, hlm. 145-146).
Kemudian bagaimanakah tanggapan Agus Mustofa terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi e yang secara tersurat maupun tersirat menjelaskan tentang adanya azab kubur? Agus Mustofa mengatakan bahwa itu hanya sebagai efek-efek positif dan negatif serta penampakan siksa dan nikmat semata, bukan siksa dan nikmat yang sesungguhnya. Beliau menulis:
Cerita tentang Firaun dan orang-orang syahid (di dalam al-Qur’an) adalah bersifat kasuistik, yaitu orang-orang yang jelas-jelas kafir dan orang-orang yang jelas gugur di jalan Allah I. Mereka sudah merasa menyesal dan bahagia selama di alam barzakh, sebagai efek internal dalam jiwa mereka. Selebihnya manusia pada umumnya menunggu masa pengadilan. (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 218).
Tanggapan
Tampak jelas dari uraian singkat di atas, bahwa Agus Mustofa mendasarkan kesimpulan “tidak ada azab kubur” pada eksplorasi yang beliau lakukan sendiri terhadap rujukan primer dalam Islam (al-Qur’an), yang ternyata tidak berhasil beliau temukan. Namun di sini perlu dikemukakan bahwa tidak semua permasalahan yang tidak bisa dirujuk secara tegas dalam al-Qur’an lantas kemudian bisa dinafikan. Betapa banyak permasalahan yang rujukan lugasnya tidak tercantum dalam al-Qur’an, akan tetapi dijabarkan dalam Hadits, dan itupun juga harus diyakini kebenarannya, sebagaimana telah kita uraikan secara lugas pada bagian sebelumnya.
Jika memang demikian halnya, maka tidak ada alasan untuk menafikan kebenaran adanya azab kubur, terlebih selain diuraikan secara lugas dalam Hadits, kebenaran azab kubur ternyata dijelaskan secara tersurat dalam al-Qur’an, sedangkan Hadits memberikan penjelasan detailnya.
Bagaimanapun, eksplorasi kata (“azab”, “kubur”, “barzakh”) yang dilakukan oleh Agus Mustofa lebih tampak seperti tugas pekerjaan rumah untuk tingkat taman kanak-kanak. Dengan hanya membaca al-Qur’an dan terjemahannya dari sudut pandang pribadinya, beliau akan sulit untuk bisa sampai pada kebenaran. Sebab, sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, upaya memahami al-Qur’an memerlukan keahlian tersendiri (tidak semua orang bisa menafsiri), dan harus dilakukan secara holistik. Menafsiri al-Qur’an memerlukan perangkat keilmuan yang kompleks, memerlukan pengetahuan tentang asbâbun-nuzûl, nâsikh-mansûkh, munasabah, dll. Informasi mengenainya tidak bisa dilepaskan dari Hadits-Hadits Nabi.
Terkait dengan pembahasan tentang azab kubur, sebetulnya terdapat sejumlah ayat yang diturunkan terkait dengan azab kubur. Penjelasan ini didukung oleh Hadits-Hadits yang kualitasnya tidak diragukan (shahîh), antara lain adalah sebagai berikut:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ. (ابراهيم [14]: 27).

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim [14]: 27).
Menurut para ulama, ayat di atas diturunkan berkenaan dengan azab kubur. Maka yang dimaksud adalah, Allah I meneguhkan keimanan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang teguh (kalimat tauhid, lâ Ilâha illâ Allâh), baik di dunia maupun di alam kubur, ketika seseorang mendapatkan pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, sehingga ia bisa memberikan jawaban-jawaban yang benar. Karena itulah, Rasulullah e ketika selesai memendam mayat, beliau tidak langsung beranjak dari tempatnya, akan tetapi beliau berseru kepada para hadirin:
اسْتَغْفِرُوا ِلأخِيْكُم وَاسْألوُا لَهُ التَّثْبِيْتَ، فَإنَّهُ الآنَ يُسْألُ. (رواه أبو داود).

Mintakanlah ampun untuk saudara kalian (yang meninggal ini), dan doakanlah agar ia diteguhkan hatinya (berpegangteguh pada kalimat tauhid), sebab ia sekarang sedang ditanyakan. (HR. Abu Daud).
Penjelasan ini demikian kuat, sebab didukung oleh mayoritas pakar tafsir dan ahli Hadits, yang menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan azab kubur. Berikut kami cantumkan beberapa di antaranya:
عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ t أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ e قَالَ: "الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ "يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ". (رواه الشيخان).

Dari al-Barra’ bin ‘Azib t, bahwa Rasulullah e bersabda: “Seorang Muslim, jika ditanya (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) di dalam kubur, ia akan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah I, dan Nabi Muhammad e adalah utusan-Nya. Maka itulah yang dimaksud dengan firman Allah I: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (HR. Bukhari Muslim).
عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ t عَنِ النَّبِىِّ e قَالَ: "إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ أُتِىَ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ "يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ". حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا وَزَادَ "يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا" نَزَلَتْ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ. (رواه البخاري).

Dari al-Barra’ bin ‘Azib t, bahwa Rasulullah e bersabda: Jika seorang mukmin berada di dalam kuburnya, lalu ia didatangi (dua malaikat), kemudian ia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka itulah maksud dari firman Allah I: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh.
Muhammad bin Bisyr bercerita kepadaku, Ghundar bercerita kepadaku, Syu‘bah menceritakan Hadits yang sama, dan menambah: (bahwa firman Allah I)“yutsabbitullâh…” diturunkan dalam masalah azab kubur. (HR. Bukhari).
Tidak sebagaimana kesimpulan Agus Mustofa, serta persepsinya yang mengatakan tidak ada pijakan yang kuat tentang azab kubur dari al-Qur’an, ayat di atas justru dengan tegas diturunkan dalam rangka menjelaskan kebenaran adanya azab kubur. Di samping itu, sebetulnya di dalam al-Qur’an terdapat ayat lain yang menjadi pijakan kuat bagi kebenaran adanya azab kubur, dan didukung oleh pendapat para ulama ahli, yang sebagian kami uraikan sebagai berikut:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ. (التكاثر [102]: 1-3).

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). (QS. At-Takatsur [102] 1-3).
Dalam menafsirkan ayat ini, pemuka pakar tafsir dan ahli sejarah, al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, mengatakan:
وَقَوْلُهُ: "حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ" يَعْنِيْ: حَتىَّ صِرْتُمْ إلىَ المَقَابِر فَدُفِنْتُمْ فِيها؛ وَفي هَذا دَلِيلٌ عَلىَ صِحَّةِ القَوْلِ بِعَذابِ القَبْرِ، ِلأنَّ اللهَ تَعَالىَ ذَكَرَهُ، أخْبَرَ عَن هَؤُلاَءِ القَوْمِ الَّذِيْنَ ألهاَهُمْ التكَّاَثُر، أنَّهُمْ سَيَعْلَمُونَ مَا يَلْقَوْنَ إذَا هُمْ زَارُوْا القُبُورَ وَعِيْدًا مِنْهُ لَهُمْ وَتَهَدُّدًا.

Firman Allah I: “Hatta zurtum al-maqabir”, maksudnya adalah: Sehingga kamu meninggal dan dikebumikan di dalam kuburan. Ayat ini merupakan dalil atas kebenaran adanya azab kubur. Karena Allah I telah menyebut kubur dan memberitakan kepada kaum-kaum yang lalai dalam menumpuk-numpuk harta, bahwa kelak mereka akan mengetahui apa yang akan menimpa mereka, ketika mereka telah memasuki alam kubur. Informasi ini merupakan ancaman dan intimidasi untuk mereka.
Kesimpulan dari at-Thabari ini diperkuat oleh Hadits yang bermuara kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib t berikut:
عن عليّ t، قَالَ: كُنَّا نَشُكُّ فَي عَذَابِ القَبْرِ، حَتَّى نَزَلَتْ هَذِهِ الآيةُ: " أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ" في عذاب القبر.

Dari Sayyidina Ali t, beliau berkata: pada mulanya saya agak ragu tentang azab kubur, sehingga turunlah ayat ini “alhâkumut-takâtsur, hattâ zurtumul-maqâbir, kallâ saufa ta‘lamûn” yang diturunkan dalam masalah azab kubur.
Lebih tegas lagi, adalah penafsiran Ibnu ‘Abbas tentang ayat ini, yang dikutip Ibnu ‘Adil dalam tafsirnya, sebagaimana berikut:
قال ابن عباس: (قوله تعالى): "كَلاَّ سَوفَ تَعْلمُونَ" اي مَا يَنْزِلُ بِكُمْ مِنَ العَذَابِ فِي القُبُورِ.

Ibnu Abbas t berkata: “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. Maksudnya adalah, kelak kalian akan mengetahui azab kubur yang akan ditimpakan pada kalian..
Selain dua ayat di atas, ada lagi ayat lain yang diturunkan berkenaan dengan siksa kubur, sebagaimana penjelasan berikut:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. (طه [20]: 124).

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha [20]: 124).
Penjelasan mengenai sebab turunnya ayat ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah t berikut:
عن أبي هُرَيْرَةَ t عن النبي e في قَوْلِهِ جَلَّ وَعَلاَ "فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا". قَالَ: "عَذَابُ القَبْرِ. (رواه ابن حبان).

Dari Abi Hurairah t, dari Nabi Muhammad e, mengenai firman Allah I “fa inna lahû ma‘îsyatan dhanka”, beliau bersabda: “(Maksud ayat ini adalah) siksa kubur. (HR. Ibnu Hibban).
Lebih tegas lagi adalah Hadits riwayat Abu Hurairah t yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban sebagai berikut:
عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ e قَالَ: "إِنَّ المُؤْمِنَ فِي قَبْرِهِ لَفِي رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ وَيُرَحَّبُ لَهُ قَبْرُهُ سَبْعُونَ ذِرَاعًا وَيُنَوَّرُ لَهُ كَالقَمَرِ لَيلَةَ البَدْرِ، أَتَدْرُونَ فِيمَا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الأيةُ (فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْمَى) أَتَدْرُونَ مَا المَعِيْشَةُ الضَّنْكَةُ ؟" قَالُوا: اللهُ ورَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: "عَذَابُ الكَافِرِ فِي قَبْرِهِ، وَالذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ يُسَلَّطُ عَلَيهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ تِنِّيْنًا، أَتَدْرُونَ مَا التِّنِّيْنُ؟ سَبْعُونَ حَيَّةً، لِكُلِّ حَيَّةٍ سَبْعُ رُؤُوسٍ يَلْسَعُونَهُ وَيَخْدِشُونَهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ". (رواه أحمد في مسنده وابن حبان في صحيحه).

Dari Abu Hurairah t, dari Rasulullah e, beliau bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin dalam kuburnya berada dalam kebun yang hijau, dan kuburnya diluaskan menjadi 70 hasta, dan terang-benderang seperti bulan purnama, apakah kalian tahu, dalam masalah apa ayat “Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpun-kannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” itu diturunkan?” Para Sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Nabi e bersabda: “(Ayat ini diturunkan menjelaskan) siksaan orang kafir dalam kuburnya. Demi Allah, ia telah diberi 77 tinnin, apakah kalian tahu apa itu tinnin? Tinnin itu adalah ular, masing-masing ular memiliki tujuh kepala yang menyengatnya dan menggigitnya sampai Hari Kiamat. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Tiga ayat di atas (QS. Ibrahim [14]: 27, QS. At-Takatsur [102] 1-3, dan QS. Thaha [20]: 124), menjelaskan tentang azab kubur dari sisi asbâbun-nuzûl (sebab diturunkannya suatu ayat). Artinya, dua ayat tersebut diturunkan dalam rangka menjelaskan tentang kebenaran adanya azab kubur. Kesimpulan ini telah final, berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir dan Hadits, dengan didukung data-data dari Hadits-Hadits yang kuat. Dan seharusnya, ini sudah cukup untuk mementahkan praduga Agus Mustofa, yang berkesimpulan bahwa azab kubur tidak memiliki pijakan kuat dari al-Qur’an, serta menganggap Hadits-Hadits sahih tentang azab kubur hanya sikasaan mental. Buktinya Hadits-Hadits di atas dengan tegas menjelaskan tentang siksaan fisik—sebagaimana kami jelaskan dalam uraian lebih lanjut.
Selebihnya, ada pernyataan-pernyataan lain dari al-Qur’an yang secara substansial menunnjukkan tentang kebenaran adanya azab kubur. Seorang mufasir terkemuka, al-Imam Fakhruddin ar-Razi (544-606 H/1150-1210 M), memberikan ulasan lugas mengenai ayat lain dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini, sebagaimana berikut:
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ. (غافر [40]: 11).

Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS. Ghafir [40]: 11).
Menurut ar-Razi, ayat ini memberikan petunjuk yang jelas terhadap adanya azab kubur. Hal ini di faham dari kata-kata “amattana itsnataini” (dimatikan dua kali). Mati yang pertama adalah kematian yang terjadi di dunia (yang kemudian dikuburkan), sedangkan mati yang kedua adalah mati yang akan dialami semua orang setelah mereka dihidupkan di dalam kubur.
Penjelasan dari ayat ini bertentangan secara diametral dengan pemikiran yang dimunculkan oleh Agus Mustofa, di mana menurut beliau, orang-orang yang mati di dalam kubur tak ubahnya dengan orang yang tidur, sehingga ketika mereka dibangkitkan, mereka merasa hanya berada selama satu atau setengah hari di dalam kubur. Artinya orang-orang yang berada di dalam kubur tidak hidup, namun tetap mati, atau laksana orang yang tidur, dengan mengutip beberapa ayat yang diduga bisa memberikan dukungan terhadap pemikirannya, seperti QS. Ar-Rum [30]: 55 dan al-Isra’ [17]: 52, Yasin [36]: 52, yang tanggapannya akan kami jelaskan lebih lanjut.
Ar-Razi menjelaskan bahwa kata-kata “imâtah” yang merupakan akar kata “amattanâ” berarti “mematikan”. Jadi, ayat di atas menunjukkan terjadinya kematian setelah seseorang hidup di dunia. Ini adalah kematian yang pertama. Sedangkan kematian yang kedua adalah kematian setelah kehidupan di dalam kubur. Selanjutnya, jika kehidupan di dalam kubur adalah sebuah kebenaran yang pasti (haqq), berarti nikmat dan siksa kubur juga merupakan kepastian Allah I yang tidak terbantahkan, sebagaimana dijelaskan secara lugas dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi.
Dengan demikian, maka pernyataan yang berseberangan dari Agus Mustofa justru sangat mengherankan. Ironi ini selanjutnya lebih diperparah lagi dengan statemen beliau yang lain, yakni menuding ayat yang menjelaskan kebenaran adanya azab kubur secara tegas sebagai ayat yang memunculkan interpretasi ‘spekulatif’. Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الأعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ. (التوبة [9]: 101).

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan pada azab yang besar. (QS. At-Taubah [9]: 101).
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang munafik yang berada di sekitar Madinah, yang berpura-pura beriman kepada Nabi Muhammad e, namun sejatinya mereka tidak beriman dan tetap memusuhi serta menaruh dendam kepada Nabi Muhammad e. Karena itu Allah I mengancam mereka dengan azab yang berlipat ganda, yakni dengan aib, cela dan kerugian yang menimpa diri mereka, keluarga serta harta benda mereka di dunia, dan siksaan-siksaan yang pedih di dalam kubur. Inilah yang dimaksud dengan kata-kata “disiksa dua kali” dalam ayat di atas. Setelah siksa kubur berakhir, Allah I akan menghukum mereka dengan “azab yang besar”, yakni siksa yang pedih dan abadi di dalam neraka.
Redaksi ayat tersebut teramat jelas hingga nyaris tak memerlukan interpretasi apapun, bahkan tidak mungkin diselewengkan pada pemahaman-pemahaman yang lain, apalagi kemudian disangsikan kebenarannya sebagai ayat yang memberikan informasi akurat tentang adanya azab kubur (seperti yang dilakukan Agus Mustofa). Karena itulah Imam al-Bukhari dalam Shahîhul-Bukhârî menjadikan ayat ini (QS. At-Taubah [9]: 101) sebagai salah satu landasan utama dalam menetapkan keyakinan adanya azab kubur, di samping QS. Ghafir [40]: 45-46;
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ. (غافر [40]: 46).

Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS. Ghafir [40]: 46).
Tidak sebagaimana praduga Agus Mustofa, surat ini (QS. Ghafir [40]: 46) justru merupakan dalil paling lugas (ashrahu dalîlin) dari al-Qur’an yang menjelaskan tentang kebenaran adanya azab kubur.
Namun, betapapun dalil-dalil dari al-Qur’an di atas begitu kuat, Agus Mustofa bersikeras dengan pandangan pribadinya (tak ada azab kubur), dengan cara menafsiri al-Qur’an sesuai pemikiran beliau, serta mengesampingkan Hadits-Hadits sahih yang menjelaskan kebenaran azab kubur yang berupa siksaan secara fisik, dan mengatakan jika semua cerita tentang malaikat dalam kubur beserta siksa-siksa kubur yang mengerikan itu hanya sebagai ‘dongeng’ yang sering kita dengar sewaktu kecil, dan itu hanya sekadar ilusi belaka. Agus Mustofa menulis:
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa badan orang yang meninggal mengalami pembalasan, berupa siksa atau sebaliknya, di dalam kubur. Pada waktu kecil, kita sering mendengar pengajian di kampung, dari guru atau orang-orang di sekitar kita, bahwa seorang yang meninggal bakal didatangi oleh malaikat Munkar Nakir. Mereka bertugas untuk menanyai si orang meninggal tersebut. “Siapa Tuhanmu?”, “Siapa Nabimu”?, “Apa Kitabmu?”, “Apa agamamu”?, dan seterusnya. Jika si mayit tidak bisa menjawab, maka malaikat bakal menghajarnya dengan menggunakan cemeti atau gada, sampai badannya hancur, kemudian dijepit oleh tanah yang merekah…
Gambaran-gambaran semacam ini masih terekam kuat dibenak kebanyakan kita. Bukan hanya karena berulangkali dibacakan oleh ‘petugas’ kepada salah satu di antara kita saat meninggal dan baru dikubur. Tapi juga dikarenakan cerita-cerita itu disebarkan dalam bentuk komik-komik untuk konsumsi anak-anak di jaman itu. Ketika dewasa saya merasa penasaran dan mencari sumber itu dari dalam al-Qur’an. Ternyata memang tidak memiliki pijakan yang kuat. (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 157-158).
Saya tidak akan melakukan pembahasan tentang Hadits-Hadits itu di sini, karena akan membutuhkan ruang yang sangat besar. Akan tetapi secara umum, Hadits-Hadits yang bercerita tentang siksa kubur dalam konteks ‘siksaan badan’ memang berasal dari Hadits-Hadits yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Sedangkan Hadits-Hadits sahih lebih bercerita azab-azab kubur secara normatif. Bahwa ada azab kubur, tetapi tanpa penjelasan detail bentuk siksaan yang dialami oleh para arwah itu. (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 155).
Barangkali Agus Mustofa tidak tahu, bahwa apa yang beliau sebut sebagai cerita yang sering didengar pada waktu kecil itu, yang kita dengar dari ceramah-ceraham di kampung, sejatinya adalah Hadits-Hadits Nabi Muhammad e yang tidak diragukan kesahihannya? Hadits-Hadits itu secara literal juga menjelaskan siksaan kubur secara fisik, bukan hanya secara mental. Maka, betapa nistanya kita, jika mengaku sebagai umat Nabi Muhammad e, namun di samping itu kita menolak mentah-mentah Hadits-Hadits beliau yang sahih, hanya karena tidak sejalan dengan pikiran pribadi dan hawa nafsu semata? Marilah kita simak sebagian di antara Hadits-Hadits shahih dimaksud:
عَنْ أَنَسٍ t عَنِ النَّبِىِّ e قَالَ: "الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ، وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ e فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ، أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ. قَالَ النَّبِىُّ e: فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا-وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوِ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِى، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ. (رواه البخاري).

Dari Anas t, dari Rasulullah e beliau bersabda: “Seorang hamba ketika telah (rampung) di kubur, serta para pengantar telah pulang semua dan ia mendengar bunyi sandal mereka, maka datanglah dua malaikat (Munkar-Nakir), lalu keduanya mendudukkannya seraya bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang Nabi Muhammad e? Lalu ia menjawab, “Saya bersaksi bahwa beliau adalah hamba Allah I dan utusan-Nya. Lalu kedua malaikat berkata: Lihatlah tempat asalmu di neraka, sekarang telah diganti oleh Allah I dengan tempat di surga.
Kemudian Nabi bersabda: Lalu ia melihat kedua tempat tersebut (tempat di neraka dan tempat di surga, sehingga bertambahlah kegembiraannya).
Adapun orang kafir atau orang munafik (ketika menjawab) akan berkata, “Saya tidak tahu, saya menjawab sebagaimana orang lain menjawab. Lalu dikatakan kepadanya, “Kamu tidak faham dan kamu tidak membaca”. Lalu ia dipukul satu pukulan dengan palu dari besi antara dua telinganya, sehingga ia menjerit dengan suara lantang yang dapat didengar oleh sesuatu yang ada di sampingnya, kecuali manusia dan jin. (HR. Bukhari).
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ يَهُودِيَّةً دَخَلَتْ عَلَيْهَا، فَذَكَرَتْ عَذَابَ الْقَبْرِ، فَقَالَتْ لَهَا أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَسُولَ اللَّهِ e عَنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَقَالَ: "نَعَمْ عَذَابُ الْقَبْرِ". قَالَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها: فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ e بَعْدُ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر. زَادَ غُنْدَرٌ: "عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ". (رواه البخاري).

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, bahwa seorang perempuan Yahudi masuk kepada beliau, seraya bertutur tentang azab kubur. Lalu Sayyidah Aisyah berkata, “Mudah-mudahan Allah I melindungimu dari azab kubur”. Kemudian Sayyidah Aisyah bertanya kepada Rasulullah e tentang azab kubur, lalu Nabi e menjawab: “Betul, azab kubur itu ada”. Lalu Sayyidah Aisyah berkata: “Lalu setelah itu, saya tidak pernah melihat Rasulullah e salat melainkan beliau memta perlindungan kepada Allah I dari azab kubur. Imam Ghundar menambahkan dalam riwayatnya, bahwa Nabi e bersabda: “Ya. Azab kubur itu benar adanya.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan dalil-dalil yang teramat kuat dan akurat ini, maka tidak heran apabila para ulama megatakan bahwa ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa azab kubur adalah benar adanya (haqq), sebagaimana pernyataan Imam Abu Bakar bin Mujahid berikut:
قَالَ أبُو بَكْرِ بنُ مُجَاهِد: أجْمَعَ أهْلُ السُّنَّةِ أنَّ عَذَابَ القَبْرِ حَقٌّ، وَأنَّ الناَّسَ يُفْتَنُونَ فيِ قُبُورِهِمْ بَعْدَ أنْ يُحْيُوْا فِيْهَا وَيُسأَلوُا فِيْهَا، وَيُثَبِّتُ اللهُ مَنْ أحَبَّ تَثْبِيْتَهُ مِنْهُمْ.

Abu Bakar bin Mujahid berkata: Ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa azab kubur adalah benar adanya, dan bahwa manusia akan mendapatkan cobaan di dalam kubur-kubur mereka, setelah mereka hidup dan ditanyai oleh malaikat di dalam kubur, dan Allah I meneguhkan hati orang-orang dikehendaki-Nya di antara mereka.
Dengan demikian, berarti pemikiran Agus Mustofa telah berseberangan dengan nash al-Qur’an, ajaran Hadits Nabi Muhammad e, dan kesepakatan para ulama sepanjang masa.
Untuk melengkapi akurasi data-data al-Qur’an dan Hadits di atas, berikut kami kutip Hadits-Hadits yang berkenaan dengan azab kubur dari Kutubus-Sittah (Enam Kitab Hadits Induk), masing-masing satu Hadits, kendati pada setiap Kitab Hadits yang enam itu terdapat puluhan sampai ratusan dalil mengenainya. Bahkan, terdapat beberapa kitab yang secara khusus menghimpun dalil-dalil tentang azab kubur, seperti kitab Itersebutâtu ‘Adzâbil-Qabri (Memantapkan Kebenaran Azab Kubur) karya Imam al-Baihaqi, Ahwâlul-Qabri (Kepanikan-Kepanikan dalam Kubur) karya Abul-Faraj Abdurrahman bin Syaikh Abdurrahman bin Syihabuddin Ahmad bin Rajab, dll.
عَنْ أبيِ هُرَيْرَة t قال: كانَ رَسُولُ اللهِ e يَدْعُو "اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَشَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ. (رواه البخاري).

Dari Abu Hurairah t berkata: Rasulullah e pernah berdoa “Ya Allah saya berlindung kepadamu dari siksa kubur dan siksa neraka serta fitnah (dalam) hidup dan mati serta kejelekan dajjal. (HR. Bukhari).
"...إِنَّ هَذِهِ الأُمَّةَ تُبْتَلَى فِى قُبُورِهَا فَلَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِى أَسْمَعُ مِنْهُ". ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ: "تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ". قَالُوا: نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ فَقَالَ: "تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ". قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. (رواه مسلم).

…Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kuburnya, andaikan (tidak kawatir) orang yang mati tidak dipendam maka niscaya aku berdoa kepada Allah I agar kalian diperdengarkan azab kubur sebagaimana yang aku dengar. Lalu Rasulullah e berpaling kepada kita seraya bersabda “mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa neraka” lalu para Sahabat berkata “kami berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Kemudian Nabi e berseru “mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa kubur”. lalu para Sahabat berkata “Kami berlindung kepada Allah dari siksa kubur.” (HR. Muslim).
عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ e فِى جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَد فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ e وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ وَفِى يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِى الأَرْضِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: "اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ". مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا. (رواه أبو داود).

Dari Barra’ bin ‘Azib berkata: (suatu ketika) kita bersama Rasulullah e mengiringi janazah seorang lelaki dari Sahabat anshar hingga sampai ke kuburan. Ketika mayat sudah (rampung) dikubur kemudian Rasulullah e duduk dan kita pun duduk mengelilinginya (dengan tenang) seakan-akan di atas kepala kita ada burung, sedangkan Nabi e memegang kayu sambil memukulkannya ke atas tanah, kemudian Nabi e mengangkat kepalanya seraya bersabda “ Mintalah perlindungan kepada Allah I dari siksa kubur” sabda itu diucapkan dua atau tiga kali. (HR. Abu Dawud).
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ e صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ - إلى قوله e - وَقِهِ عَذَابَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ. (رواه النسائي).

Dari ‘Auf bin Malik berkata: saya mendengar Rasulullah e ketika salat janazah beliau berdoa “ Ya Allah ampunilah dia dan kasihanilah dia …… dan jagalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka. (HR. An-Nasa’i).
عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e: "لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِى أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِى سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ". (رواه الترمذي).

Dari Miqdam bin Ma‘dikariba berkata: Rasulullah e bersabda: “Disisi Allah I orang yang mati syahid akan mendapatkan enam jaminan. Pada awal mula dosanya diampuni; ia akan melihat tempatnya di surga; diselamatkan dari azab kubur; mendapatkan keamanan di Hari Kiamat; mendapatkan mahkota keagungan yang terbuat dari yakut, yang lebih baik daripada dunia dan seisinya; akan dikawinkan dengan 72 bidadari yang cantik-cantik; dan 70 kerabatnya akan mendapatkan syafaat. (HR. At-Tirmidzi).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ t قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e: "أَكْثَرُ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنَ الْبَوْلِ". (رواه ابن ماجة).

Dari Abu Hurairah t, beliau berkata, Rasulullah e bersabda: “Kebanyakan azab kubur berawal dari masalah kencing. (HR. Ibnu Majah).
Penafsiran QS. Al-Isra’ [17]: 52
Hal yang tidak boleh ditinggalkan dari rangkaian pemikiran Agus Mustofa adalah penafsiran beliau terhadap QS. Al-Isra’ [17]: 52 dan yang senada (QS. Ar-Rum [30]: 55 dan Yasin [36]: 52). Ayat-ayat tersebut diasumsikan sebagai ayat yang memberikan legitimasi bagi tidak adanya azab kubur. Bahkan dalam bukunya yang lain, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (hlm, 146), beliau menulis secara tegas bahwa orang yang meninggal tidak merasakan apapun. Seseorang di dalam kuburnya hanya sebentar, dan tanpa disadari Kiamat sudah tiba.
Benarkah demikian? Kalau begitu berarti ayat-ayat tersebut bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits yang menjadi dalil lugas bagi kebenaran adanya azab kubur, sebagaimana kita ulas di atas. Tapi dalam al-Qur’an tidak mungkin terjadi pertentangan, bukan? Kalau begitu berarti di sini ada ketidakberesan yang perlu untuk di-clear-kan. Mari kita simak redaksi ayatnya dengan seksama terlebih dahulu:
يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا. (الإسراء [17]: 52).

Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja. (QS. Al-Isra’ [17]: 52).
Ayat ini dan beberapa ayat sebelumnya menjelaskan tentang orang-orang yang mengingkari hari berbangkit (ba‘ats). Ketika orang-orang kafir dan musyrik yang mengingkari ba‘ats itu mendengar penjelasan al-Qur’an mengenai kebenaran hari berbangkit, mereka bertanya seraya mengingkari, “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS. Al-Isra’ [17]: 49).
Karena itu Allah I memerintahkan Nabi-Nya untuk menjawab kepada mereka, bahwa hal itu sangat mudah bagi Allah I. Sebab jika Allah I bisa menciptakan mereka dari ketiadaan, maka tentu lebih mudah lagi mengembalikan mereka dari kehancuran pada keadaan semula. (QS. Al-Isra’ [17]: 51).
Selanjutnya mereka kembali bertanya, “Kapan hari berbangkit itu akan terjadi?”, maka kembali dijawab bahwa hari itu tidak akan lama lagi dan pasti terjadi, “Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur/di dunia) kecuali sebentar saja:. (QS. Al-Isra’ [17]: 52).
Khusus berkenaan dengan penafsiran QS. Al-Isra’ [17]: 52, bahwa dari seluruh tafsir al-Qur’an yang ada, bisa disimpulkan ada tiga penafsiran yang berbeda namun tidak bertentangan antara satu dengan yang lain. Bahkan masing-masing penafsiran memperkuat terhadap sebagian yang lain. Namun yang jelas, ketiga penafsiran ini sangat berseberangan dengan pemikiran Agus Mustofa, yang mengatakan bahwa penafsiran dari ayat ini adalah semua orang yang berada di dalam kubur tidak merasakan apa-apa, bahkan mereka seperti tidur dalam waktu yang sebentar.
Tiga penafsiran itu adalah sebagai berikut:
Pertama, adalah pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud “diam yang dirasa sebentar” itu terjadi antara dua tiupan sangkakala; tiupan pertama adalah ketika Allah I menghancurkan alam semesta, sedangkan tiupan kedua ketika Allah I mengganti langit dan bumi alam dunia dengan langit dan bumi yang lain. Pada jeda di antara dua tiupan itulah siksaan di dalam kubur dihentikan (pause). Lama antara dua tiupan itu adalah 40 tahun. Lalu ketika orang-orang kafir dibangunkan dari masa jeda ini, mereka terkejut dan menyangka bahwa masa jeda mereka di dalam kubur hanya sebentar. Pernyataan orang kafir ini juga diceritakan dalam ayat al-Qur’an yang lain:
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ. (يس [36]: 52).

Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin [36]: 52).
Kedua, pendapat yang bersumber dari Imam Hasan al-Bashri, bahwa yang dimaksud “diam yang dirasa sebentar” itu terjadi di dunia. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia sangat sebentar sekali jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Ketiga, pendapat yang bersumber dari Imam Muqatil, bahwa yang dimaksud “diam yang dirasa sebentar” itu terjadi di alam kubur. Hal demikian karena mereka yakin bahwa periode kehidupan akhirat yang abadi jauh lebih lama jika dibandingkan dengan kehidupan di alam kubur. Sebab mereka keluar dari siksaan kubur yang pedih menuju siksa alam akhirat yang jauh lebih pedih dan lebih lama dibanding siksa di alam kubur.
Dari ketiga penafsiran ini bisa dipadukan sebagai berikut: bahwa orang-orang yang mengingkari hari berbangkit itu merasa bahwa masa di antara dua tiupan sangkakala teramat sebentar, masa kehidupan di dunia juga sebentar, dan masa kehidupan di alam kubur juga sebentar, jika semua itu dibandingkan dengan kehidupan alam akhirat yang kekal abadi, meskipun realitanya dari masing-masing kehidupan itu tidak sebentar. Jadi, ayat ini dan semacamnya, sama sekali tidak menafikan kebenaran adanya azab kubur (sebagaimana dugaan Agus Mustofa). Namun hanya merupakan ungkapan perbandingan antara zaman yang sebentar dan tidak kekal, dengan periode kehidupan yang kekal abadi.
* * *
Selepas meluruskan asumsi-asumsi Agus Mustofa mengenai ketiadaan azab kubur yang disandarkan pada “eksplorasi kata” dalam al-Qur’an, di sini kita akan melanjutkan pembedahan ‘argumentasi-argumentasi’ Agus Mustofa yang lain, yakni menafikan kebenaran azab kubur dengan berdasarkan pemahaman bahwa ternyata “azab kubur” juga tidak muncul sebagai salah satu rukun iman, sehingga dengan demikian tentu saja tidak perlu dipercayai! (Tak Ada Azab Kubur?, hlm. 154-155). Banarkan pemahaman ini sudah sesuai dengan akidah Islam?
Jawaban dari pertanyaan di atas sudah pasti negatif. Artinya jelas dugaan Agus Mustofa bertolak belakang dengan akidah Islam. Pemahaman bahwa “azab kubur tidak ada” karena ia ‘tidak tercantum’ dalam item-item rukun iman yang enam, pada dasarnya berangkat dari ketidakfahaman terhadap arti akan rukun-rukun iman itu sendiri. Dan jika seseorang tidak faham terhadap arti dari rukun-rukun iman itu, maka sangat mungkin ia akan memunculkan pemahaman-pemahaman serta keyakinan-keyakinan yang keliru, seperti “akhirat tidak kekal”, “tidak ada azab kubur”, dan semacamnya.
Sebetulnya, kebenaran azab kubur juga merupakan akidah yang harus diyakini oleh setiap umat Islam. Sebab keyakinan ini didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits sahih yang diajarkan oleh Rasul (Muhammad e), serta kesepakatakan (ijmak) ulama Islam. Tidak percaya pada adanya azab kubur berarti tidak percaya terhadap Kitab Allah I (yang merupakan rukun iman ketiga), sebab dalil-dalilnya sudah sangat jelas dari al-Qur’an, seperti telah diuraikan di atas. Tidak percaya pada adanya azab kubur juga berarti tidak percaya pada Hadits-Hadits yang dibawa oleh Nabi-Nya, alias tidak membenarkan dan meyakini dengan sebenarnya, bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah I (rukun Islam pertama yang termaktub dalam syahâdatain dan rukun iman keempat).
Artinya, orang yang bersaksi bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah I, berarti juga harus percaya dan membenarkan terhadap apa yang dibawa oleh beliau, berupa ajaran-ajaran dalam agama Islam, termasuk mengenai kebenaran adanya azab kubur. Jadi, bersaksi bahwa Nabi e adalah utusan Allah I namun menolak ajaran yang dibawanya, pada dasarnya adalah absurd, dan pengakuan itu sama saja dengan bohong, dan berarti telah menolak terhadap rukun Islam yang paling pokok.
Berikut kami kutip penjabaran dari Syekh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba ‘Alawi, mengenai arti beriman kepada Nabi Muhammad e yang tercantum dalam kalimat syahadat:
وَمَعْنَى أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ e أَنْ تَعْلَمَ وَتَعْتَقِدَ وَتُصَدِّقَ وَتُؤْمِنَ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمّدَ بْنَ عَبْدِاللهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ ابْنِ هَاشِمٍ بنِ عَبْدِ مَنَافٍ القُرَشِيَّ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ e إِلَى جَمِيْعِ الخَلْقِ وُلِدَ بِمَكَّةَ وَبُعِثَ بِهَا وَهَاجَرَ إلى المَدِيْنَةِ وَدُفِنَ فِيْهَا، وَأَنَّهُ e صَادِقٌ فِي جَمِيْعِ مَا أَخْبَرَ بِهِ، فَمِنْ ذَلِكَ عَذَابُ القَبْرِ وَنَعِيْمُهُ وَسُؤَالُ المَلَكَيْنِ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ.

Arti dari pernyataan “Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad e adalah utusan Allah” adalah, bahwa Anda mengetahui, meyakini, membenarkan, dan mengimani bahwa Tuan kita dan Nabi kita, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf al-Qurasyi, adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada seluruh makhluk. Beliau dilahirkan dan diutus di Mekah kemudian hijrah di Madinah serta wafat dan dikebumikan di sana, dan sesungguhnya beliau e benar (dan pasti benar) dalam semua berita yang di bawa oleh Nabi e, di antaranya adalah (berita tentang) adanya siksa kubur serta nikmat kubur, dan pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir.
Siapa Pendiri Ideologi Ini?
Keyakinan akan adanya kehidupan di alam kubur, pertanyaan, kenikmatan dan siksa kubur, merupakan ketetapan yang termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits, dan merupakan hal yang disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah, sejak periode Sahabat hingga saat ini.
Beberapa orang dari kelompok Muktazilah memelopori produk pemikiran bidah, dengan mengatakan bahwa azab kubur tidak ada, dengan berlandaskan pada ayat-ayat al-Qur’an yang ditafsirkan secara keliru. Yang paling populer di antara mereka adalah Dhirar bin ‘Amr al-Qadhi (m. 190 H/805 M) dan Bisyr bin Ghayats al-Marisiy (m. 218 H/833 M).
Dhirar bin ‘Amr al-Qadhi beraliran Muktazilah. Aliran sesat yang ciri khas pemikirannya memposisikan akal di atas wahyu. Kendati demikian, Dhirar memunculkan pendapat-pendapat pribadi yang justru bertentangan dengan aliran Muktazilah. Awalnya dia berguru kepada Washil bin Atha’ (80-131 H/700-748 M), founding father mazhab Muktazilah, namun kemudian ia membangun aliran tersendiri (adh-Dhirariyyah), dan mencetuskan pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan gurunya itu.
Dhirar termasuk produktif memunculkan pendapat-pendapat yang menyimpang. Selain mengingkari kebenaran adanya azab kubur, dia juga berpendapat sebagaimana pendapat kelompok Jabariah (Fatalisme), mengatakan bahwa semua orang yang menyatakan Islam secara lahir, mungkin saja tetap kafir secara batin, dls. Menurut Adz-Dzahabi, orang ini tidak meriwayatkan Hadits sama sekali.
Al-Imam al-‘Uqaili, Abu Ja’far Muhammad bin Amar bin Musa bin Hammad (w. 322 H—934 M) menceritakan riwayat dari Abu Himam, bahwa ketika Sa‘id bin Abdurrahman menjadi hakim di Baghdad, lalu datang kaum yang menyampaikan kepada beliau bahwa Dhirar telah menjadi zindik (kafir). Lalu Sa‘id bin Abdurrahman berkata: “Aku telah menghalalkan darahnya, barangsiapa yang ingin membunuhnya, maka lakukanlah.” Namun kemudian Dhirar melarikan diri. Konon ia disembunyikan oleh Yahya bin Khalid hingga meninggal.
Sedangkan Bisyr bin Ghayats al-Marisiy juga merupakan seorang Muktazilah tulen. Ayahnya adalah seorang Yahudi. Bisyr belajar dan mendalami fikih kepada Abu Yusuf, dan menekuni ilmu kalam. Namun kemudian ia condong pada pemikiran Muktazilah, serta getol mempromosikan pandangan bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Karenanya banyak kalangan ulama yang kemudian mengkafirkannya, sebab pemikiran-pemikirannya yang sesat dan menyesatkan, antara lain adalah mengingkari kebenaran adanya azab kubur, pertanyaan dua malaikat, Shirâth, dan Mîzân.
Bisyr al-Marisiy tidak mengikuti periode Jahm bin Shafwan (m. 128 H/745 M), si pencetus ideologi “akhirat tidak kekal”. Namun Bisyr berpijak pada pemikiran-pemikiran Jahm, ikut mendukung, mempopulerkan dan mempromosikannya.
Ketika Ibrahim bin al-Mahdi memimpin kekhilafahan di Baghdad, beliau menangkap dan menawan Bisyr al-Marisy, dan mengumpulkan ulama untuk mengintrogasinya berkenaan dengan pemikiran-pemikiran menyimpangnya. Setelah selesai, para ulama merekomendasikan Ibrahim bin al-Mahdi untuk menuntut Bisyr al-Marisiy agar segera bertaubat, jika tidak mau bertobat, maka Bisyr boleh di eksekusi mati.
Karena pemikiran-pemikiran menyimpangnya tersebut, tak heran apabila kemudian banyak ulama yang mengeluarkan fatwa akan kesesatannya, bahkan mengkafir-kan dan menghalalkan darahnya (boleh dibunuh). Berikut kami uraikan diantara komentar dan fatwa ulama berkenaan dengan Bisyr al-Marisiy:
قَالَ إبرَاهِيمُ ابنُ يَحيى بنِ بَسَّام: مَا سَمِعْتُ أباَ دَاوُد لَعَنَ أحَداً قَطُّ إلاَّ رَجُلَيْنِ، أحَدُهُمَا رَجُلٌ ذُكِرَ لَهُ أنَّهُ لَعَنَ مَالِكاً، وَالآخَرُ بِشْرٌ المَرِيْسِي.

Ibrahim bin Yahya bin Bassam berkata: Aku tidak pernah mendengar Abu Dawud melontarkan kata-kata laknat, kecuali kepada dua orang; pertama pada orang yang melaknat Imam Malik, kedua kepada Bisyr al-Marisiy.
عَن أبي مُسْلِم صَالِحُ بنُ أحمدَ بنِ عبدِ اللهِ بنِ صَالحِ العَجَلِيّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أبِي، قَالَ: رَأيْتُ بِشْراً المَرِيسِيَّ-عَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ-مَرَّةً وَاحِدَةً، شَيْخاً قَصِيْراً، ذَمِيْمَ المَنْظَرِ، وَسَخَ الثِّيَابِ، وَافِرَ الشَّعْرِ، أشْبَهَ شَيْءٍ بِاليَهُودِ. ثُمَّ قَالَ: لاَ يَرْحَمُهُ اللهُ، فَقَدْ كَانَ فَاسِقاً.

Dari Abu Muslim Shalih bin Ahmad bin Abdillah bin Shalih al-Ajaliy, beliau berkata: Ayahku bercerita kepadaku, beliau berkata: “Aku pernah melihat Bisyr al-Marisiy satu kali—semoga Allah I senantiasa melaknatnya—ia adalah orang tua yang pendek, jelek, kusam, rambutnya semerawut; pokoknya paling mirip dengan orang Yahudi”. Kemudian ayah berkata: “Semoga Allah I tidak mengasihaninya, sebab dia telah menjadi fasik”.
قَالَ التَّقِيُّ الغَزِّي: كَانَ أبُو زَرْعَة الرَّازِيْ يَقُول: بِشْرٌ المَرِيْسِي زِنْدِيْقٌ.

Taqiyyuddin al-Ghazzi berkata, Abu Zar‘ah ar-Raziy berkata: Bisyr al-Marisiy telah menjadi zindik (kafir).
قَالَ الذَّهَبِي، قَالَ قُتَيْبَة بنُ سَعِيد: بِشْرٌ المَرِيْسِي كَافِرٌ.

Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, Imam Qutaibah bin Sa‘id berkata: Bisyr al-Marisiy telah kafir.
قَالَ الذَّهَبِي: كَانَ بِشْرٌ المَرِيْسِيّ دَاعِيَةً إلىَ القَوْلِ بِخَلْقِ القُرآن. هَلَكَ في آخِرِ سَنَةِ ثَمَانَ عَشَرَةَ وَمِئَتَيْنِ وَلَمْ يُشَيِّعْهُ أحَدٌ مِنَ العُلَمَاءِ. وَحَكَمَ بِكُفْرِهِ طَائِفَةٌ مِنَ الأَئِمَّةِ.

Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, Bisyr al-Marisiy selalu mempromosikan pemikiran kemakhlukan al-Qur’an. Ia meninggal pada akhir tahun 218 H. dan tidak ada satupun ulama yang melayatnya. Dia diklaim kafir oleh sekelompok para imam.

baca juga => Mati Tenggelam SYAHIDKAH ??

sampingan kerja online
PROGRAM AFILIASI DEWAWEB
Bawa teman Anda menjadi pelanggan Dewaweb dan dapatkan uang cash! Affiliate Program yang memberikan komisi langsung 100 ribu rupiah. Tanpa modal dan tanpa resiko. Program afiliasi Dewaweb terbuka untuk Anda yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari internet dengan mudah, tanpa harus membeli paket hosting kami. Setiap pelanggan Dewaweb pun bisa langsung bergabung dengan program ini.
APA YANG ANDA DAPATKAN?

Komisi Langsung Rp.100.000,-
Dapatkan komisi langsung Rp.100.000,- saat Anda bergabung.

Komisi 20%
Anda mendapat komisi dari setiap penjualan cloud hosting minimal paket Hunter.

Lifetime Commissions
Komisi berlaku seterusnya selama akun hosting yang dibeli tersebut aktif.

Materi Promosi
Materi yang diperlukan seperti banner, adtext dll, sudah siap pakai.

Promo Spesial
Dapatkan berbagai promo khusus dari Dewaweb.
BAGAIMANA CARA PROMOSINYA?

bagikan Link
Pasang link afiliasi ke Dewaweb di: Website anda, Blog, Email, Forum, dan Social Media.

Review / Info
Tambahkan review atau info tentang Dewaweb sehingga lebih menarik orang untuk klik link tersebut.

Link Signature
Tambahkan link ini pada signature di akhir email atau posting Anda di forum.

Broadcast
Kirim pesan langsung ke teman-teman Anda untuk merekomendasikan mereka ke Dewaweb.

silahkan => DAFTAR