Saturday, May 19, 2018

Mati Tenggelam SYAHIDKAH ??


PERTANYAAN :
apakah bener ,orang yang mencari nafkah dilaut, terus tengelam mati,apakah disebut mati syahid filakhiroh?

JAWABAN :
Ya, benar tegolong SYAHID AKHIRAT bila memang matinya karena tenggelam
وَالْحَاصِلُ أَنَّ الشُّهَدَاءَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ : شَهِيدُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَهُوَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَشَهِيدُ الدُّنْيَا فَقَطْ ، وَهُوَ مَنْ قَاتَلَ لَا لِذَلِكَ بَلْ لِلْغَنِيمَةِ وَنَحْوِهَا وَشَهِيدُ الْآخِرَةِ فَقَطْ ، وَهُوَ كَثِيرٌ كَمَا أَشَارَ إلَيْهِ بِقَوْلِهِ كَالْغَرِيقِ إلَخْ ا هـ .

قَوْلُهُ : ( كَالْغَرِيقِ ) أَيْ وَلَوْ كَانَ عَاصِيًا بِرُكُوبِ الْبَحْرِ كَأَنْ رَكِبَ سَفِينَةً لَا يَسِيرُ مِثْلُهَا فِي ذَلِكَ الْبَحْرِ لِصِغَرِهَا أَوْ ثِقَلِهَا ، وَالْعِصْيَانُ بِالتَّعَدِّي بِالرُّكُوبِ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ لَا يُنَافِي حُصُولَ الشَّهَادَةِ

KESIMPULAN
SYAHID terbagi atas tiga bagian :
1. Syahid Dunia Akhirat ialah orang yang meninggal demi menegakkan kalimat Allah
2. Syahid Dunia ialah orang yang meninggal dalam peperangan namun juga berharap akan bagian harta rampasan dan semacamnya
3. Syahid Akhirat contohnya banyak diantaranya orang yang mati tenggelam
(keterangan orang yang mati tenggelam) meskipun akibat sembrono dalam menaiki perahunya seperti orang yang menaiki perahu yang dipastikan tidak akan berjalan selamat diatasnya karena kecil atau banyaknya muatan, meskipun demikian tidak menghalanginya untuk mendapatkan predikat syahid. [ Hasyiyah al-Bujairomi ala al-Khothiib VI/106 ].
الشهيد الذي تكلمنا عنه: هو المختص بثواب خاص، وهو شهيد الدنيا والآخرة. وهناك شهداء آخرون في حكم الآخرة، وفي حكم الدنيا فقط، فالشهداء ثلاثة:

1 - شهيد في حكم الدنيا والآخرة: وهو شهيد المعركة، أما حكم الدنيا فلا يغسل ولا يصلى عليه عند الجمهور كما أبنت، وأما حكم الآخرة فله ثواب خاص وهو الشهيد الكامل الشهادة.

2 - وشهيد في حكم الدنيا فقط: وهو عند الشافعية: من قتل في قتال الكفار بسببه،وقد غل من الغنيمة، أو قتل مدبراً، أو قاتل رياء أو نحوه، أي لايغسل ولايصلى عليه، ولا ثواب له في الآخرة.

3 - شهيد في حكم الآخرة فقط: كالمقتول ظلماً من غير قتال، والمبطون إذا مات بالبطن، والمطعون إذا مات بالطاعون، والغريق إذا مات بالغرق، والغريب إذا مات بالغربة، وطالب العلم إذا مات على طلبه، أو مات عشقاً (1) أو بالطلق أو بدار الحرب أو نحو ذلك (2) .

Syahid dalam uraian diatas (akibat meninggal demi menegakkan panji-panji islam) adalah syahid yang mendapatkan pahala khusus yang lazimnya disebut syahid dunia akhirat, dan masih terdapat lagi jenis mati syahid yakni syahid akhirat dan syahid dunia, karenanya jenis mati syahid terbagi atas :
1.Syahid Dunia Akhirat ialah orang yang meninggal dalam peperangan, menurut hukum dunia tidak boleh dimandikan dan dishalatkan (pendapat mayoritas ulama) sedang menurut hukum akhirat, baginya memperoleh pahala istimewa dengan menggapai derajat kesempurnaan mati syahid
2.Syahid Dunia menurut kalangan syafi’iyyah ialah orang yang meninggal dalam memerangi orang-orang kafir namun dirinya terbuai dengan menginginkan harta rampasan atau ada kebanggaan, riya’ dan sejenisnya dalam dirinya. Baginya saat meninggalnya tidak boleh dimandikan dan dishalati namun diakhirat dia tidak mendapat pahala atas kesyahidannya.
3.Syahid Akhirat seperti orang yang meninggal teraniaya tanpa adanya peperangan, mati akibat sakit perut, wabah penyakit, tenggelam, berkelana, mencari ilmu, dimabuk cinta, tercerai, berada di daerah musuh dan sebagainya. [ Al-Fiqh al-Islaam II/699 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab

baca juga => ORANG CELAKA ADALAH YANG SUDAH CELAKA DALAM PERUT IBU

follow my blog => KLIK HERE

ORANG CELAKA ADALAH YANG SUDAH CELAKA DALAM PERUT IBU


حَدَّثَناَ عَبْدُ اللهِ بْنُ سُلَيْماَنَ قَالَ ثَناَ الْهَمْدَانِي قَالَ أَناَ ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَناَ عَمْرُو بْنُ الْحاَرِثِ عَنْ اَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّي اَنَّ عَامِرَ بْنَ وَاثِلَةَ يَعْنِي اَباَ الطُّفَيْلِ رضي الله عنه اَخْبَرَهُ اَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضي الله عنه يَقُولُ الشَّقِيُّ مَنْ شَقِيَ فِي بِطْنِ اُمِّهِ وَ السَّعِيْدُ مَنْ وَعَّظَ بِغَيْرِهِ فَأَتاَهُ رَجُلٌ مِنْ اَصْحاَبِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه و سلم يُقَالُ لَهُ حُذَيْفَةُ بْنُ اُسَيْدٍ الْغِفَارِي رضي الله عنه فَحَدَّثَهُ بِذَلِكَ مِنْ قَولِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَ قُلْتُ وَ كَيْفَ يَشْقَى رَجُلٌ بِغَيْرِ عَمَلٍ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ اَتَعَجَّبُ مِنْ ذَلِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُولُ اِذَا مَرَّ بِالنُّطْفَةِ اثْناَنِ وَ اَرْبَعُونَ لَيْلَةً بَعَثَ اللهُ عز و جل اِلَيْهاَ مَلَكاً فَصَوَّرَهاَ وَ خَلَقَ سَمْعَهاَ وَ بَصَرَهاَ وَ جِلْدَهاَ وَ لَحْمَهاَ ثُمَّ قَالَ يَا رَبِّ اَذَكَرٌ اَمْ اُنْثَى؟ فَيَقْضِيَ اللهُ فِي ذَلِكَ ماَ يَشَاءُ وَ يَكْتُبُ الْمَلَكُ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ اَجَلُهاَ فَيَقُولُ رَبُّكَ ماَ شَاءَ وَ يَكْتُبُ الْمَلَكُ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ رِزْقُهُ فَيَقْضِيَ رَبُّكَ ماَ شَاءَ وَ يَكْتُبُ الْمَلَكُ ثُمَّ يَخْرُجُ الْمَلَكُ بِالصَّحِيْفَةِ فِي يَدِهِ فَلاَ يَزِيْدُ عَلَى اَمْرِهِ وَ لاَ يَنْقُصُ
Dari Abu Zubair al Makki, Sesungguhnya Amir bin Watsilah, maksudnya adalah Abu Thufail ra, bercerita kepada Amr bin Harits, bahwa dia telah mendengar Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Orang yang celaka adalah orang yang sudah celaka ketika berada didalam perut ibunya, dan orang yang selamat adalah orang yang mendapat nasehat dengan lainnya.”
Lalu datang kepadanya seorang sahabat yang bernama Hudzaifah bin Usaid al Ghiffari ra, dia lalu bercerita kepadanya tentang itu dari perkataan Ibnu Mas’ud dan aku bertanya, “Bagaimana bisa menjadi celaka orang yang belum berbuat sesuatu?” Orang itu menjawab, “Apakah kamu heran karena-nya? Karena aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ketika air sperma sudah berumur empat puluh dua tahun, Allah ‘azza wa jalla akan mengutus kepadanya malaikat. Malaikat itu lalu membentuknya, memberi pendengaran, penglihatan, kulit dan daging. Dia lalu bertanya, “Ya Tuhan! Laki-laki ataukah perempuan?” Allah lalu menetapkan kepadanya apa yang Dia kehendaki dan malaikat itu menulisnya. Kemudian dia bertanya, “Ya Tuhan! Ajalnya?” Allah lalu mengucapkan apa yang Dia kehendaki dan malaikat pun menulisnya. Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa buku ditangannya sehingga anak itu tidak akan bisa menambahi atau menguranginya.”
Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad al Qurasyi yang terkenal dengan Abu Shakhrah telah bercerita kepadaku pada tahun 309 H, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku adalah Abu Hasan Ali bin Abdullah bin Ja’far al Madani pada tahun 234 H, dia berkata, “Telah bercerita kepadaku adalah Rawh bin Ubadah, dia ber-kata, “Telah bercerita kepadaku adalah Ibnu Juraij, dia berkata, “Telah bercerita kepadaku adalah Abu Zubair, Sesungguhnya Abu Thufail berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Orang yang celaka adalah orang yang sudah celaka ketika berada didalam perut ibunya, dan orang yang selamat adalah orang yang mendapatkan nasehat dengan lainnya.” Aku lalu bertanya untuk menghinakan setan, “Apakah manusia akan celaka ataukah selamat sebelum dia berbuat?” Dia menjawab, “Aku telah bertemu dengan Hudzaifah bin Usaid ra, dia berkata: “Maukah kamu aku beritahu pada apa yang telah aku dengar dari Rasulullah saw? Aku telah mendengar beliau bersabda,
اِذَا اسْتَقَرَّتِ النُّطْفَةُ فِي الرَّحْمِ اثْنَتَيْنِ وَ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً نَزَلَ مَلَكُ الْأَرْحاَمِ فَقَالَ اَيْ رَبِّ اَشَقِيٌّ اَمْ سَعِيْدٌ؟ فَيَقْضِيَ رَبُّكَ ماَ شَاءَ وَ يَكْتُبُ الْمَلَكُ ثُمَّ يَقُولُ اَيْ رَبِّ اَذَكَرٌ اَمْ اُنْثَى؟ فَيَقْضِيَ رَبُّكَ ماَ شَاءَ وَ يَكْتُبَ الْمَلَكُ ثُمَّ يَقُولُ اَيْ رَبِّ ماَ اَجَلُهُ فَيَقْضِيَ رَبُّكَ ماَ شَاءَ وَ يَكْتُبُ الْمَلَكُ ثُمَّ يَعْرُجُ الْمَلَكُ بِالصَّحِيْفَةِ ماَ يُزَادُ عَلَى ماَ فِيْهاَ مِنَ الْأَخْبَارِ وَ الْقَدَرِ
“Ketika air sperma sudah menetap didalam rahim selama empat puluh dua malam, maka akan turun kepadanya malaikat rahim dan dia bertanya, “Ya Tuhan! Celaka ataukah selamat?” Tuhanmu lalu menetapkan apa yang Dia kehendaki dan malaikat pun menulisnya. Lalu dia bertanya, “Ya Tuhan! Laki-laki ataukah perempuan?” Tuhanmu lalu menetapkan untuknya apa yang Dia kehendaki dan malaikat pun menulisnya. Malaikat itu lalu bertanya, “Ya Tuhan! Bagaimana dengan ajalnya?” Tuhanmu lalu menetapkan apa yang Dia kehendaki dan malaikat pun menulisnya. Kemudian malaikat itu naik dengan membawa buku itu yang isinya berupa qadar yang tidak bisa ditambah lagi.”
follow my blog => KLIK HERE

AQIDAH GOLONGAN QADARIYAH

.
حَدَّثَناَ هِشَامُ بْنُ عَماَّدٍ اَبُو الْوَلِيْدِ الدِّمَشْقِي حَدَّثَناَ مُعاَوِيَةُ بْنُ يَحْيَ اَبُو مُطِيْعٍ الْأَطْرَابِلِسِي حَدَّثَناَ شَدَّادُ بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنِي حُمَيْدُ بْنُ زِياَدِ الْمَدَنِي عَنْ ناَفِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ اِنَّهُ سَيَكُونُ فِي اُمَّتِي خَسَفٌ وَ مَسَخٌ وَ ذَلِكَ فِي الْقَدَرِيَّةِ وَ الزِّنْدِقِيَّةِ
Dari Ibnu Umar , dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Akan ada pada umatku longsor dan tersalininya rupa. Demikian itu terjadi pada kaum Qadariyyah dan Zindiqiyyah.” Hadits tersebut adalah hasan shahih gharib.
حَدَّثَناَ نَصْرُ بْنُ عاَصِمٍ الْأَنْطاَكِي حَدَّثَناَ زَكَرِياَّ بْنُ مَنْظُورٍ حَدَّثَنِي اَبُو حاَزِمٍ عَنْ ناَفِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ لِكُلِّ اُمَّةٍ مَجُوسٌ وَ الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ اَهْلِ هَذِهِ الْأُمَّةِ فَإِنْ مَرِضُوا فَلاَ تَعُودُوهُمْ وَ اِنْ ماَتُوا فَلاَ تَشْهَدُوهُمْ
Dari Ibnu Umar ra, dia berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Untuk setiap umat ada orang majusinya, dan kaum Qadariyyah adalah majusinya umat ini. Maka ketika mereka sakit, janganlah kalian menjenguknya, dan jika mereka mati, janganlah kalian datangi jenazahnya.” Sanadnya hadits adalah dlaif.
حَدَّثَناَ مُحَمَّدُ بْنُ مُصَفَّى اَبُو عَبْدِ اللهِ حَدَّثَناَ بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيْدُ عَنِ الْأَوْزَعِي عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ اَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جاَبِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ اِنَّ مَجُوسَ هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُكَّذِّبُونَ بِأَقْدَارِ اللهِ فَإِنْ مَرِضُوا فَلاَ تَعُودُوهُمْ وَ اِنْ ماَتُوا فَلاَ تَشْهَدُوهُمْ
Dari Jabir bin Abdullah ra, dia berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang majusinya umat ini adalah orang-orang yang mendustakan qadar Allah, maka jika mereka sakit, janganlah kalian menjenguknya, dan jika mereka mati, janganlah kalian datangi jenazah mereka.”
حَدَّثَناَ اَبُو اِسْحاَقَ اِسْماَعِيْلُ بْنُ اِسْحاَقَ حَدَّثَناَ اَبُو مُصْعَبٍ حَدَّثَناَ الْحَكَمُ بْنُ سَعِيْدٍ السَّعِيْدِي مِنْ وَلَدِ سَعِيْدِ بْنِ الْعاَصِ عَنِ الْجَعِيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ ناَفِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ اِنَّهُ يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّماَنِ قَومٌ يُكَذِّبُونَ بِالْقَدَرِ اَلاَ اُولَئِكَ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ فَإِنْ مَرِضُوا فَلاَ تَعُودُوهُمْ وَ اِنْ مَاتُوا فَلاَ تَشْهَدُوهُمْ
Dari Ibnu Umar ra, dia berkata, “Rasulullah saw bersabda: “Diakhir zaman akan muncul kaum yang mendustakan qadar. Ingatlah! Mereka adalah orang majusinya umat ini, maka jika mereka sakit, janganlah kalian menjenguknya, dan jika mereka mati, janganlah kalian mendatangi jenazahnya.”
حَدَّثَناَ اِسْماَعِيْلُ حَدَّثَناَ اَبُو مَصْعَبٍ قَالَ سَمِعْتُ مَالِكاً يَقُولُ لاَ يُصَلِّي خَلْفَ الْقَدَرِيَّةِ
Ismail telah bercerita, “Telah bercerita Abu Mush’ab, dia berkata, “Aku mendengar imam Malik berkata: “Tidak boleh shalat dibelakang orang golongan Qadariyyah.” Sanadnya atsar adalah shahih.
Khalaf bin Muhammad al Wasithi yang terkenal dengan al Kardus telah bercerita, “Telah bercerita Ya’qub bin Muhammad, “Telah bercerita Zubair bin Habib dari Zaid bin Aslam, dia berkata: “Demi Allah, golongan Qadariyyah tidaklah mengucap-kan seperti yang telah difirmankan oleh Allah, tidak seperti yang telah diucapkan oleh para malaikat, tidak seperti yang telah diucapkan oleh para Nabi, tidak seperti yang telah diucapkan oleh para penghuni surga, tidak seperti yang telah diucapkan oleh para penghuni neraka dan tidak seperti yang telah di-ucapkan oleh saudara mereka, yaitu iblis. Allah ta’ala telah berfirman, (“Dan tidaklah kalian berkehendak, kecuali jika Allah menghendaki.”)
Para malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidak ada ilmu pada kami kecuali yang telah Kau ajarkan kepada kami.” Syu’aib berkata, “Dan tidak ada bagi kami untuk kembali ke agama yang benar, kecuali jika Tuhan kami, yaitu Allah, meng-hendaki.”
Penghuni surga berkata, “Dan tidaklah kami mendapatkan hidayah, seandainya Allah tidak memberi kami hidayah.” Peng-huni neraka berkata, “Ya Tuhan kami! Celaka kami telah mengalahkan kami.” Dan saudara mereka, yaitu iblis, telah berkata, “Ya Tuhanku! Sebab menyesatkannya Kamu kepada kami.”
Abu bakar Said bin Ya’qub al Thaliqani telah bercerita, “Telah bercerita al Muqri Abu Abdurrahman, “Telah bercerita Abu Luhai’ah dari Amr bin Syu’aib, dia berkata: “Aku duduk disisi Said bin Musayyab lalu ada sebagian kaum berkata, “Hei Abu Muhammad! Sesungguhnya kaum telah mengatakan kalau Allah telah menetapkan (mengqadarkan) segala sesuatu kecuali amal (: perbuatan).” Amr bin Syu’aib berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat Said bin Musayyab sebelumnya marah seperti hari ini hingga dia ingin berdiri.”
Said bin Musayyab berkata, “Terserah, lakukan semaumu. Kehancuran atas mereka seandainya mereka mengetahuinya. Ingatlah! Demi Allah, aku telah mendengar hadits yang men-jelaskan tentang mereka yang dengan hadits itu sudah men-cukupi kejelekan mereka.” Aku berkata, “Apa haditsnya, ya Abu Muhammad?” dia berkata, “Telah berkata kepadaku Rafi’ bin Khadij ra, dia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda,
يَكُونُ فِي اُمَّتِي قَومٌ يُكَفِّرُونَ بِاللهِ وَ بِالْقُرْآنِ وَ هُمْ لاَ يَشْعُرُونَ
“Akan ada dalam umatku, kaum yang mengufurkan Allah dan al Qur’an, dan mereka tidak mengetahuinya.”
Aku bertanya, “Ya Rasulullah! Apa yang mereka kata-kan?” beliau menjawab,
يَقُولُونَ الْخَيْرُ مِنَ اللهِ عز و جل وَ الشَّرُّ مِنْ اِبْلِيْسَ ثُمَّ يَقْرَؤُونَ عَلَى ذَلِكَ كِتاَبَ اللهِ عز و جل بَيُكَفِّرُونَ بِاللهِ عز و جل وَ بِالْقُرْآنِ بَعْدَ الْإِيْماَنِ وَ الْمَعْرِفَةِ فَماَ يَلْقَى اُمَّتِي مِنْهُمْ مِنَ الْعَدَاوَةِ وَ الْبَغْضَاءِ وَ الْجَدَالِ فِي زَماَنِهِمْ ظُلْمُ الْأَئِمَّةِ فَيَناَلُهُمْ ظُلْمَةٌ وَ حَيْفٌ وَ اَثَرَةٌ فَيَبْعَثُ اللهُ عز و جل طَاعُوناً فَيَفْنَى عَامَّتُهُمْ ثُمَّ يَكُونُ الْخَسَفُ فَقَلَّ مَنْ يَنْجُو مِنْهُ وَ الْمُؤْمِنُ يَوْمَئِذٍ قَلِيْلٌ فَرَحُهُ شَدِيْدٌ غَمُّهُ ثُمَّ يَكُونُ الْمَسْخُ فَيُمْسَغُ عَامَّةُ اُولَئِكَ قِرَدَةً وَ خَناَزِيْرَ
“Mereka mengatakan bahwa kebaikan adalah dari Allah dan kejelekan adalah dari iblis, dan untuknya mereka telah mem-bacakan al Qur’an lalu mereka mengufurkan Allah dan al Qur’an setelah beriman dan ma’rifat. Maka apa yang telah ditemukan oleh umatku dari mereka, yaitu dari permusuhan, pertengkaran dan perdebatan, pada zaman mereka adalah kedzaliman para pemimpin, sehingga akan mengenai mereka kedzaliman, kesewenang-wenangan dan cinta harta, maka Allah ta’ala akan mengirim kepada mereka tha’un (: pagebluk) sehingga mereka akan menjadi hancur, kemudian akan ditemu-kan longsor hingga sedikit orang yang akan selamat darinya. Orang mukmin pada saat itu sedikit bahagianya dan sangat bersedih. Kemudian akan ditemukan tersalininya rupa, sehingga rupa mereka akan disalin menjadi kera dan babi.”
Nabi saw kemudian menangis hingga kami ikut menangis karenanya, lalu kami berkata, “Ya Rasulullah! Untuk apa tangisan itu?” beliau menjawab,
رَحْمَةً لَهُمُ الْأَشْقِياَءُ لِأَنَّ فِيْهِمُ الْمُتَعَبِّدَ وَ فِيْهِمُ الْمُجْتَهِدَ اَماَ اِنَّهُمْ لَيْسُوا بِأَوَّلِ مَنْ سَبَقَ اِلَى هَذَا الْقَولِ وَ ضَاقَ بِحَمْلِهِ ذِرْعاً اِنَّ عَامَةَ مَنْ هَلَكَ مِنْ بَنِي اِسْرَائِيْلَ التَّكْذِيْبُ بِالْقَدَرِ
“Tangis ini adalah tangisan rahmat. Mereka adalah orang-orang yang celaka, karena diantara mereka ada yang ahli ibadah dan mujtahid. Ingatlah! Mereka bukanlah orang pertama yang mengucapkan perkataan itu dan yang mem-bawanya. Sesungguhnya kebanyakan orang yang hancur dari bani Israil adalah mereka mendustakan qadar.”
Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah! Apa itu iman kepada qadar?” beliau menjawab,
اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَحْدَهُ وَ تَعْلَمَ اَنَّهُ لاَ يَمْلِكُ اَحَدٌ مَعَهُ ضّراًّ وَ لاَ نَفْعاً وَ تُؤْمِنَ بِالْجَنَّةِ وَ النَّارِ وَ تَعْلَمَ اَنَّ اللهَ عز و جل خَلَقَهُماَ قَبْلَ الْخَلْقِ ثُمَّ خَلَقَ الْخَلْقَ لَهُماَ وَ جَعَلَ مَنْ شَاءَ مِنْهُمْ اِلَى الْجَنَّةِ وَ مَنْ شَاءَ اِلَى النَّارِ عَدْلٌ مِنْهُ فَكُلٌّ يَعْمَلُ لِماَ فَرَغَ مِنْهُ وَ صَائِرٌ اِلَى ماَ خُلِقَ لَهُ
“Beriman kepada qadar adalah kamu beriman kepada Allah saja, kamu mengetahi kalau tidak ada seorangpun yang me-miliki kemudlaratan dan kemanfaatan bersama-Nya dan kamu beriman kepada surga dan neraka, dan kamu mengetahui kalau Allah ta’ala telah menciptakan keduanya (surga dan neraka) sebelum para makhluk lalu Dia baru menciptakan para makhluk untuk keduanya. Menjadikannya Dia pada orang yang Dia kehendaki ke neraka adalah suatu keadilan baginya. Maka masing-masing akan beramal atau berbuat pada apa yang telah ditetapkan dan akan menjadi apa yang dia telah diciptakan untuknya.” Aku lalu berkata, “Maha benar Allah dan rasul-Nya.”
baca juga => MASALAH NERAKA
  1. follow my blog => KLIK HERE

MASALAH NERAKA


“Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44)
Diriwayatkan dalam Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saww memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:
1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.
2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).
4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.
5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.
6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.
Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saw maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.
Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: “Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"
Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: “Mengapa beliau begitu berduka?” Namun beliau tidak menjawab.
Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (al-A'la:17).
Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saw). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadar) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai”.
Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?”
Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?” Nabi saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”.
Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?” Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya.
Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka). Masihkah kita memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk dengan kesenangan dunia yang sementara ini?
follow my blog => KLIK HERE

TAUHID : NAMA DAN TUGAS MALAIKAT


PERTANYAAN :
Malaikat itu ada 11 salah satunya mencatat amal manusia. point : Bagaimana cara dia mencatat. . ? sedangkan manusia itu tidak sedikit jumlahnya tolong bimbinganya kum..  nama-nama mereka siapa dan tugasnya apa saja?
JAWABAN :
Malaikat tidak terhitung jumlahnya..cuman yang wajib diketahui jumlahnya ada 10.
‎10 Malaikat yang wajib diketahui:
1.Jibril : menyampaikan wahyu
2.Mikail : mengatur kesejahteraan makhluk
3.Israfil : meniup sangkakala
4.'Izrail : mencabut nyawa
5.Munkar + Nakir : menanyai dikubur
6.Roqib + 'Atid : mencatat amal baik+buruk
7.Malik : menjaga neraka
8.Ridwan : menjaga surga
‎Nama dan Tugas-Tugas Malaikat
Dalam Islam, eksistensi Malaikat menjadi salah satu rukun keimanan umat Islam. Ia dikenal sebagai makhluk angkasa penghuni alam supraformal yang disebut alam Jabarût. Dalam pandangan umum umat Islam, keberadaan Malaikat secara garis besar dikelompokkan menjadi dua. Satu kelompok terdiri dari Malaikat yang segenap hayatnya habis untuk ibadah kepada Allâh. Kelompok inilah yang disebut dengan Malaikat Muqorrobûn.
Kelompok kedua adalah Malaikat yang bertugas sebagai "fungsionari" Tuhan dalam mengatur stabilitas kehidupan alam dunia. Di antara mereka ada yang aktif di bumi dan ada yang aktif di langit. Malaikat-Malaikat "fungsionari" Tuhan ini merupakan bawahan yang dikepalai oleh empat pimpinan Malaikat; Jibrîl, Mîkâ'îl, Izrô'îl dan Isrôfîl. Keempat Malaikat inilah makhluk yang paling awal dicipta Allâh, paling akhir dimatikan dan pertama kali dibangkitkan kembali dari kematian.
Dalam surat aL-Muddatstsir : 31 Allâh berfirman; "Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri". Dari ayat ini kiranya dapat dimengerti betapa tidak memadai logika manusia untuk menghitung jumlah Malaikat Allâh serta mengekspos secara persis wadhîfah kesemuanya. Kendati demikian, ayat-ayat qur'âni dan sabda nabi, kiranya telah membantu nalar untuk sedikit banyak mengenal identitas makhluk agung ini. Setidaknya ada sepuluh nama serta tugas masing-masing yang dapat dikenali melalui pendekatan firman dan sabda :
1. Jibrîl
Untuk Jibrîl, dalam surat At-Takwîr : 19-21 Allâh menyebut tujuh predikat kedudukan yang dimilikinya. Yakni, Jibrîl sebagai utusan (rasûl) di antara para Malaikat, sebagai Malaikat yang memiliki kedudukan mulia (al-karîm), sebagai makhluk kuat yang mampu menandingi kekuatan syaitan yang hendak merusak aL-Qur'ân, memiliki keberadaan derajat agung di sisi Allâh, memiliki tempat istimewa dan luhur (al-makîn), sebagai figur yang ditaati (muthô'/pemimpin) di antara para Malaikat Muqorrobûn dan sebagai sosok terpercaya (al-amîn) dalam tugas sebagai mediator (penyampai wahyu) antara Allâh dan nabi/rasul-Nya.
2. Mîkâ'îl
Di samping Mîkâ'îl sebagai salah satu dari pembesar Malaikat, ia juga memiliki tugas sebagai pengatur rezeki seluruh makhluk yang meliputi pengaturan curah hujan dan tumbuh-tumbuhan. Ia juga berkedudukan sebagai patih Rasûlullâh saw. dari penghuni langit. Dalam sebuah hadits nabi bersabda; "sesungguhnya aku memiliki dua patih dari golongan langit dan dua patih dari penghuni bumi. Dua patihku dari ahli langit itu adalah Jibrîl dan Mîkâ'îl, sedangkan dua patihku dari ahli bumi itu adalah Abû Bakar dan Umar". (HR. At-Turmudzy). Lantaran sebagai patih Nabi inilah ketika peristiwa perang Uhud keduanya turut berperang di samping beliau yang dilukiskan oleh Sa'd bin Abî Waqash sebagai dua laki-laki berpakaian putih bersih yang berperang pilih tanding di kanan-kiri Nabi.
3. Isrôfîl
Ia termasuk dalam barisan pembesar Malaikat yang diberi tugas meniup sangkakala kematian dan kebangkitan. Terjadi perbedaan pendapat seputar berapa kali Isrôfîl meniup terompet tersebut. Satu versi mengatakan dua kali, tiupan pertama mengakibatkan kematian global dan berakhirnya kehidupan. Tiupan kedua adalah awal kebangkitan masal dari kematian global. Versi lain mengatakan tiga kali peniupan. Pertama adalah tiupan yang mengakibatkan keterkejutan dahsyat yang dirasakan seluruh makhluk. Kedua adalah tiupan kematian global dan terakhir adalah tiupan kebangkitan masal. Pada tiupan kematian global ini tidak ada kehidupan yang tersisa selain yang mendapat pengecualian Allâh. Ahli ta'wil masih beda pandangan terkait siapa pihak yang dikecualikan ini. Versi pertama mengatakan mereka adalah Jibrîl, Mîkâ'îl, Isrôfîl dan Izrô'îl. Versi kedua mengatakan mereka adalah para syuhadâ dan versi ketiga menyatakan yang dilindungi dari keterkejutan (tiupan pertama) adalah para syuhadâ dan yang dikecualikan dari kematian (tiupan kedua) adalah Jibrîl, Izrô'îl dan Malaikat penyangga Arsy.
4. Izrô'îl
Ia adalah pemimpin dari para Malaikat pencabut nyawa seluruh makhluk hidup. Dalam surat aL-An'âm : 93 digambarkan bagaimana sadisnya Izrô'îl mencabut nyawa orang-orang kafir. Sedangkan terhadap orang-orang beriman dalam An-Nahl : 32 disebutkan ia terlebih dulu mengucapkan salam, sangat pelan-pelan dan membahagiakannya dengan surga. Dalam sebuah hadits dikisahkan bahwa Nabi saw. melihat Malaikat maut di sisi kepala seorang sahabat Anshâr. Beliau berkata kepada Malaikat maut; "pelan-pelan terhadap sahabatku ini, dia seorang mukmin'. Malaikat maut menjawab; "Ya Muhammad, aku melakukannya kepada setiap mukmin dengan lembut".
5. Roqîb dan Atîd
Keduanya adalah Malaikat yang ditugaskan mencatat segala amal perbuatan hamba Allâh yang mukallaf, karena tugas inilah keduanya tidak pernah meninggalkan keberadaan hamba mukallaf. Roqîb dan Atîd diberi kemampuan mengetahui apa yang terlintas dalam hati manusia. Oleh karena itu Allâh berfirman kepada keduanya; "Bila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian catat sebagai dosa sebelum ia melakukan, dan bila melakukan maka catatlah setara dengan keburukannya itu. Bila ia mengurungkan niatnya karena Aku, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Apabila hamba-Ku hendak melakukan kebaikan, maka catatlah sebagai satu kebaikan meski tidak melakukannya, dan bila melakukannya catatlah sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan". (HR. aL-Bukhâry).
6. Munkar dan Nakîr
Keduanya adalah hamba Allâh yang ditugaskan untuk memberi pertanyaan kubur seputar apa yang diyakini semasa hidup dan memberi siksa kubur bagi yang tidak bisa menjawab. Munkar dan Nakîr dilukiskan oleh Nabi sebagai dua sosok yang sangat menyeramkan. Sorot kedua matanya seperti kilat, suaranya seperti halilintar, memiliki taring, membawa tongkat dari besi yang sekali hantam manusia nyaris menjadi abu dan Allâh telah mencabut rasa belas kasihan dari keduanya.
7. Ridlwân
Ia dipasrahi oleh Allâh berada di gerbang surga untuk menyambut kehadiran hamba-hamba Allâh yang beriman memasuki surga dengan ucapan salam dan penuh penghormatan. Hal ini dijelaskan Allâh dalam surat Az-Zumar : 73. Dalam sebuah hadits Rasûlullâh saw. Bersabda; "Aku berada di pintu surga dan hendak membukanya, lalu penjaga berkata; "siapa?" Aku menjawab; "Muhammad". Penjaga itu lalu berkata; "untukmu aku diutus agar tidak membukanya kepada seorang pun sebelum engkau". (HR. Muslim).
8. Mâlik
Ia dipilih Allâh sebagai pemimpin Malaikat Zabâniyyah. Yakni Malaikat yang bertugas sebagai penjaga neraka. Dalam surat At-Tahrîm : 6, Ia dilukiskan sebagai sosok yang sangat kuat, keras dan kasar serta patuh terhadap segala yang diperintah oleh Allâh.
Demikianlah nama-nama dan tugas-tugas Malaikat yang dapat dikenali, di luar itu masih banyak Malaikat dengan tugas-tugas kompleks seperti Malaikat aL-A'lâ, Malaikat Muqorrobûn, Malaikat yang ditugaskan membentuk janin dan meniupkan ruh, Malaikat yang mengatur alam, Malaikat penjaga manusia dan lain-lain yang hanya Allâh swt. yang mengetahui. Semuanya adalah hamba-hamba Allâh yang agung dan mulia, tidak memiliki nafsu dan patuh terhadap segala perintah Allâh.
follow my blog => KLIK HERE

MENGGUNAKAN WETON DAN PASARAN JAWA UNTUK HAJATAN


(مسألة) إذا سأل رجل اخر هل ليلة كذا او يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج إلي جواب لان الشارع نهي عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله. وذكر ابن الفركاح عن الشافعي انه ان كان المنجم يقول ويعتقد انه لايؤثر الا الله ولكن أجري الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا . والمؤثر هو الله عز وجل. فهذه عندي لابأس فيه وحيث جاء الذم يحمل علي من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات . وافتي الزملكاني بالتحريم مطلقا. اهـ
“Apabila seseorang bertanya pada orang lain, apakah malam ini baik untuk di gunakan akad nikah atau pindah rumah maka pertanyaan seperti tidak perlu dijawab, karena nabi pembawa syariat melarang meyakini hal semacam itu dan mencegahnya dengan pencegahan yang sempurna maka tidak ada pertimbangan lagi bagi orang yang masih suka mengerjakannya, Imam Ibnu Farkah menuturkan dengan menyadur pendapat Imam syafii : Bila ahli nujum tersebut meyakini bahwa yang menjadikan segala sesuatu hanya Allah hanya saja Allah menjadikan sebab akibat dalam setiap kebiasaan maka keyakinan semacam ini tidak apa-apa yang bermasalah dan tercela adalah bila seseorang berkeyakinan bahwa bintang-bintang dan makhluk lain adalah yang mempengaruhi akan terjadinya sesuatu itu sendiri (bukan Allah)”. [ Ghayat al Talkhis al Murad Hal 206 ].
تحفة المريد ص : 58
فمن اعتقد أن الأسباب العادية كالنار والسكين والأكل والشرب تؤثر فى مسبباتها الحرق والقطع والشبع والرى بطبعها وذاتها فهو كافر بالإجماع أو بقوة خلقها الله فيها ففى كفره قولان والأصح أنه ليس بكافر بل فاسق مبتدع ومثل القائلين بذلك المعتزلة القائلون بأن العبد يخلق أفعال نفسه الإختيارية بقدرة خلقها الله فيه فالأصح عدم كفرهم ومن اعتقد المؤثر هو الله لكن جعل بين الأسباب ومسبباتها تلازما عقليا بحيث لا يصح تخلفها فهو جاهل وربما جره ذلك إلى الكفر فإنه قد ينكر معجزات الأنبياء لكونها على خلاف العادة ومن اعتقد أن المؤثر هو الله وجعل بين الأسباب والمسببات تلازما عادي بحيث يصح تخلفها فهو المؤمن الناجى إن شاء الله إهـ
“Barangsiapa berkeyakinan segala sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (tanpa ikut campur tangan Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,
atau berkeyakinan terjadi sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah didalamnya menurut pendapat yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bidah seperti pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirirnya,
atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara rasio maka dihukumi orang bodoh
atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara kebiasaan maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah". [ Tuhfah al-Muriid 58 ].
follow my blog => KLIK HERE

MENGHADIRI PERKAWINAN ORANG NON MUSLIM


Haram menghadiriya dan makanan kalau jlas babi juga harom. harom itu bila ad kesenangan hati, silahkan buka ktab bujairimi ala al khotib 4/242 dan syarah bahjah 4/211.
Hukumnya Ditafsil :
•tapi Boleh apabila kedatangannya sebatas memenuhi undangan tanpa ada perasaan senang terhadap mereka atau agamanya atau munkarat-munkarat yang lain.
•Haram bahkan bisa menjadi kufur apabila kedatangannya disertai perasaan seperti senang terhadap mereka atau agamanya atau munkarat-munkarat yang lain.
تفسير نووى ج 1 ص 94 | تفسير رازى ج 8 ص 10-11
واعلم أن كون المؤمن موالياً للكافر يحتمل ثلاثة أوجه أحدها : أن يكون راضياً بكفره ويتولاه لأجله ، وهذا ممنوع منه لأن كل من فعل ذلك كان مصوباً له في ذلك الدين ، وتصويب الكفر كفر والرضا بالكفر كفر ، فيستحيل أن يبقى مؤمناً مع كونه بهذه الصفة . وثانيها : المعاشرة الجميلة في الدنيا بحسب الظاهر ، وذلك غير ممنوع منه . والقسم الثالث : وهو كالمتوسط بين القسمين الأولين هو أن موالاة الكفار بمعنى الركون إليهم والمعونة ، والمظاهرة ، والنصرة إما بسبب القرابة ، أو بسبب المحبة مع اعتقاد أن دينه باطل فهذا لا يوجب الكفر إلا أنه منهي عنه ، لأن الموالاة بهذا المعنى قد تجره إلى استحسان طريقته والرضا بدينه ، وذلك يخرجه عن الإسلام
“Ketahuilah bahwa orang mukmin menjalin sebuah ikatan dengan orang kafir berkisar pada tiga hal. Pertama, ia rela atas kekufurannya dan menjalin ikatan karena factor tersebut. Hal ini dilarang karena kerelaan terhadap kekufuran merupakan bentuk kekufuran tersendiri. Kedua, interaksi social yang baik dalam kehidupan di dunia sebatas dlahirnya saja. Ketiga, tolong-menolong yang disebabkan jalinan kekerabatan atau karena kesenangan, disertai sebuah keyakinan bahwa agama kekafirannya adalah agama yang tidak benar. Hal tersebut tidak menjerumuskan seorang mukmin pada kekafiran, tetapi ia tidak diperbolehkan (menjalin ikatan di atas). Sebab jalinan yang semacam ini (nomer 3) terkadang memberi pengaruh untuk memuluskan jalan kekafiran dan kerelaan terhadapnya. Dan factor inilah yang dapat mengeluarkannya dari Islam”.
حاشية الجمل ج 4 ص 272-273
وَإِنَّمَا تَجِبُ الْإِجَابَةُ أَوْ تُسَنُّ ( بِشُرُوطٍ مِنْهَا إسْلَامُ دَاعٍ وَمَدْعُوٍّ ) فَيَنْتَفِي طَلَبُ الْإِجَابَةِ مَعَ الْكَافِرِ لِانْتِفَاءِ الْمَوَدَّةِ مَعَهُ نَعَمْ تُسَنُّ لِمُسْلِمٍ دَعَاهُ ذِمِّيٌّ لَكِنَّ سَنَّهَا لَهُ دُونَ سَنِّهَا لَهُ فِي دَعْوَةِ مُسْلِمٍ.... ( قَوْلُهُ مِنْهَا إسْلَامٌ دَاعٍ إلَخْ ) وَمِنْهَا أَنْ لَا يَكُونَ الدَّاعِي فَاسِقًا أَوْ شِرِّيرًا طَالِبًا لِلْمُبَاهَاةِ وَالْفَخْرِ.... ( قَوْلُهُ فَيَنْتَفِي طَلَبُ الْإِجَابَةِ ) أَيْ وُجُوبُ ذَلِكَ أَوْ نَدْبُهُ مَعَ الْكَافِرِ أَيْ دَاعِيًا كَانَ أَوْ مَدْعُوًّا لَكِنَّهُ إنْ كَانَ دَاعِيًا وَالْمَدْعُوُّ مُسْلِمًا كَانَ انْتِفَاءُ الطَّلَبِ عَنْ الْمُسْلِمِ ظَاهِرًا ، وَإِنْ كَانَ بِالْعَكْسِ كَانَ انْتِفَاءُ الطَّلَبِ عَنْ الْكَافِرِ غَيْرَ ظَاهِرٍ بِنَاءً عَلَى أَنَّهُ مُخَاطَبٌ بِالْفُرُوعِ ..... ( قَوْلُهُ دَعَاهُ ذِمِّيٌّ ) أَيْ ، وَقَدْ رُجِيَ إسْلَامُهُ أَوْ كَانَ رَحِمًا أَوْ جَارًا وَإِلَّا لَمْ تُسَنَّ بَلْ تُكْرَهُ ا هـ ح ل .
“Dan diwajibkannya atau disunnahkannya menghadiri walimah (resepsi) dikarenakan beberapa syarat. Di antaranya adalah, Islamnya pihak pengundang dan yang diundang. Maka tidak ada tuntutan untuk menghadiri undangan dari orang kafir, karena ketiadaan rasa kasih sayang bersama mereka. (Tetapi) disunnhakan bagi orang Islam untuk mengundang kafir dzimmi (kafir yang berada di bawah kekuasaan Negara Islam), tetapi nilai kesunnahan mengundangnya berada satu tingkat di bawah kesunnahan mengundang orang Islam lainnya”.
“(Ungkapan Pengarang “Islamnya pengundang”). Di antaranya pula, pihak pengundang bukan orang fasiq maupun orang buruk yang mencari jabatan dan pangkat”.
“(Ungkapan Pengarang “Tidak ada tuntutan”). Yakni, (tidak) wajib dan (tidak sunnah), baik orang kafir tersebut sebagai pengundang atau yang diundang, tetapi apabila ia sebagai pengundang dan orang Islam sebagai tamu yang diundang, maka ketiadaan tuntutan tersebut sudah jelas. Sebailknya, ketiadaan tuntutan menghadiri (undangan) dari orang kafir masih belum jelas”.
“(Ungkapan Pengarang “Mengundang kafir dzimmi”). Yakni, ada harapan agar dia masuk Islam atau karena dia sebagai kerabat atau tetangga. Jika tidak, maka tidak disunnahkan bahkan makruh
follow my blog => KLIK HERE

ANCAMAN BICARA AGAMA TANPA ILMU


Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116)
Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْم بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ فَإِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Artinya: Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ،, Rasulullah Saw. bersabda: Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya dari manusia, tetapi Ia mengambil ilmu dengan cara mengambil ulama. Jika orang berilmu tidak satu pun yang tinggal, orang-orang akan mengangkat orang yang tidak berilmu sebagai pemimpin. Maka jika ia ditanya, ia akan berfatwa tanpa didasari oleh ilmu. Akibatnya mereka akan sesat dan menyesatkan orang lain dengan fatwanya itu.
وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia mendapat dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikruinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.” [ HR Muslim no. 6804 dari Abu Hurairah ].
baca juga => NUR MUHAMMAD
follow my blog => KLIK HERE

NUR MUHAMMAD


وَقَدْ نَقَلَ الْإِمَامُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الصَّقَلِّيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِ الدَّلَالَاتِ لَهُ مَا هَذَا لَفْظُهُ .
إنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَخْلُقْ خَلْقًا أَحَبَّ إلَيْهِ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ وَلَا أَكْرَمَ عَلَيْهِ مِنْ نَبِيِّهَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ النَّبِيِّينَ بَعْدَهُ ثُمَّ الصِّدِّيقِينَ وَالْأَوْلِيَاءِ الْمُخْتَارِينَ .
وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى خَلَقَ نُورَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَبْلَ خَلْقِ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ وَجَعَلَهُ فِي عَمُودٍ أَمَامَ عَرْشِهِ يُسَبِّحُ اللَّهَ وَيُقَدِّسُهُ ثُمَّ خَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مِنْ نُورِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخُلِقَ نُورُ النَّبِيِّينَ عَلَيْهِمْ السَّلَامُ مِنْ نُورِ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ انْتَهَى .
وَقَدْ أَشَارَ الْفَقِيهُ الْخَطِيبُ أَبُو الرَّبِيعِ فِي كِتَابِ شِفَاءِ الصُّدُورِ لَهُ أَشْيَاءُ جَلِيلَةٌ عَظِيمَةٌ .
فَمِنْهَا مَا رُوِيَ أَنَّهُ لَمَّا شَاءَ الْحَكِيمُ خَلْقَ ذَاتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُبَارَكَةِ الْمُطَهَّرَةِ أَمَرَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنْ يَنْزِلَ إلَى الْأَرْضِ وَأَنْ يَأْتِيَهُ بِالطِّينَةِ الَّتِي هِيَ قَلْبُ الْأَرْضِ وَبَهَاؤُهَا وَنُورُهَا .
قَالَ فَهَبَطَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَمَلَائِكَةُ الْفِرْدَوْسِ وَمَلَائِكَةُ الرَّفِيقِ الْأَعْلَى وَقَبَضَ قَبْضَةً مِنْ مَوْضِعِ قَبْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ بَيْضَاءُ مُنِيرَةٌ فَعُجِنَتْ بِمَاءِ التَّسْنِيمِ وَغُمِسَتْ فِي مَعِينِ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ حَتَّى صَارَتْ كَالدُّرَّةِ الْبَيْضَاءِ وَلَهَا نُورٌ وَشُعَاعٌ عَظِيمٌ حَتَّى طَافَتْ بِهَا الْمَلَائِكَةُ حَوْلَ الْعَرْشِ وَحَوْلَ الْكُرْسِيِّ وَفِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَفِي الْجِبَالِ وَالْبِحَارِ فَعَرَفَتْ الْمَلَائِكَةُ وَجَمِيعُ الْخَلْقِ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفَضْلَهُ قَبْلَ أَنْ تَعْرِفَ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ .
Imam Abu Abdur Rohman as-Shoqally rh menukil dalam kitabnya “Ad-Daallaat lah” : “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak pernah mencipta makhluk yang lebih Dia cintai kecuali umat ini, tidak ada yang lebih Dia mulyakan kecuali Nabi umat ini kemudian dibawahnya para nabi lainnya, para shiddiqiin dan para kekasihnya yang terpilih.
Itu semua lantaran Allah Ta’aala telah mencipta Nur Muhammad shallallaahu alaihi wasallam sebelum mencipta Nabi Adam ‘Alaihis salaam selang 2000 tahun, dan Allah jadikan Nur tersebut disaka Arsy-Nya dengan bertasbih dan mensucikan-Nya tiap waktu, kemudian Allah ciptakan Adam dari Nur Muhammad dan Allah ciptakan Nur para Nabi lainnya dari Nur Adam Alaihis salaam.
AlFaqiih AlKhotiib Abu Ar-robii’ menjelaskan dalam kitab “As-Shuduur” : Saat Sang maha Bijaksana berkehendak mencipta dzat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang diberkahi dan disucikan, Dia memerintahkan Malaikat jibril untuk turun kebumi dan mendatangkan tanah liat yang menjadi hati bumi, yang paling bersinar dan cemerlang.
Maka turunlah Jibril bersama malaikat firdaus, dan malaikat Rofiiq al-A’laa dengan membawa segenggam tanah dari pusara Rosulullah shallallaahu alaihi wasallam, tanah tersebut putih bersinar.
Kemudian tanah pusara tersebut diadon dengan air tasniim (nama air dalam surga) dan dibenamkan dalam sumberan bengawan-bengawan surga hingga ia seperti mutiara putih bersinar, cahayanya cemerlang berpijar dan menyebar hingga memenuhi para malaikat yang mengelilinginya disekitar ‘Arsy, disekitar Kursy, langit, bumi, gunung-gunung dan samudera-samudera.
Sejak saat itulah para malaikat dan semua makhlukNya mengenal Nur Muhammad dan kelebihannya sebelum mereka mengenal Adam alaihis salam. ALLAAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD. [ Al-Madkhol Li al-‘Abdary II/20 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab.
follow my blog => KLIK HERE

AQIDAH : HARI KIAMAT


Hari dimana seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab dan dibalas, , ,
Hari itu disebut hari akhir karena tidak ada hari lagi setelahnya,pada hari itu penghuni surga dan neraka masing2 menetap ditempatnya.
Sulis Saja Imuet
Disebutkan dalam surat AL-QIYAMAH :
1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka[*],
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS;Zalzalah 1-8)
[*] maksudnya ada di antara mereka yang putih mukanya dan ada pula yang hitam dan sebagainya.
Qiyamat merupakan hal yang wajib kita yakini pasti akan terjadi. Tanpa beriman kepada hari qiyamat, iman seseorang tidak akan diterima. Sebagaimana tidak diterima apabila tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan qadha qadar dariNya. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman :
وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا (136)
"...Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian (qiyamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (An-Nisaa':136).
Mengenai kepastian adanya Hari Qiyamat itu sendiri Allah menegaskan dalam firman-firmanNya, diantaranya :
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (7)
"Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan , kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."(At-Taghabun7).
Allah subhannahu wa ta'ala berfirman pula :
لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (7)
"...serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (qiyamat) tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka." (As-Syura 7)
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآَيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." (An-Naml 82).
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ (96)
وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ
"Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari qiyamat), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir." (Al-Anbiyaa': 96-97).
"Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah qiyamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: Ambillah, bacalah kitabmu (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: Wahai alangkah baiknya sekiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku. (Allah berfirman): Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin."(Al-Haaqqah 13-34).
Masih banyak ayat-ayat lain di dalam Al-Qur'an yang menegaskan tentang hari qiyamat.
Tanda-tanda Qiyamat
Adapun tanda-tanda qiyamat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan dengan beberapa haditsnya. Diantaranya:
"Sesungguhnya qiyamat itu tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda qiyamat, yaitu tenggelam di Timur, tenggelam di Barat, tenggelam di Jazirah Arab, adanya asap, datangnya Dajjal, Dabbah (binatang melata yang besar), Ya'juj dan Ma'juj, terbit matahari dari sebelah barat, keluar api dari ujung Aden yang menggiring manusia, dan turunnya Nabi Isa."(Hadits Riwayat Muslim).
"Dajjal datang kepada umatku dan hidup selama 40 tahun, lalu Allah mengutus Isa bin Maryam, kemudian ia mencari Dajjal dan membinasakannya. Kemudian selama 70 tahun manusia hidup aman dan damai, tak ada permusuhan antara siapapun. Sesudah itu Allah meniupkan angin yang dingin dari arah negeri Syam (kini Suriah, pen). Maka setiap orang yang dalam hatinya masih ada kebajikan meskipun sebesar atom, pasti menemui ajalnya. Bahkan jika seandainya seseorang dari kamu masuk ke dalam gunung, pasti angin itu mengejarnya dan mematikannya. Maka sisanya tinggal orang-orang jahat seperti binatang buas (fii khiffatit thoiri wa ahlaamis sibaa'), mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran.
Dan syetan menjelma pada mereka (manusia) lalu berkata: Maukah kamu mengabulkan? Manusia berkata: Apa yang akan kamu perintahkan kepada kami? Syetan lalu memerintahkan kepada mereka agar menyembah berhala, sedang mereka hidup dalam kesenangan. Kemudian ditiuplah sangkakala. Tapi seorangpun tak akan mendengarnya kecuali orang yang tajam pendengarannya.
Dan orang yang pertama kali mendengarnya yaitu seorang laki-laki yang mengurusi untanya. Nabi bersabda: Maka matilah semua manusia. Kemudian turunlah hujan seperti hujan gerimis. Maka keluarlah dari situ jasad manusia (dari kubur-kuburnya). Kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu. Lalu dikatakan kepada mereka: Wahai manusia, marilah menghadap kepada Tuhanmu dan merekapun berada di Mahsyar karena mereka akan diminta tanggung jawabnya. Kemudian dikatakan kepada mereka, pergilah kamu karena neraka telah dinyalakan, lalu dikatakan lagi: Dari berapakah? Lalu dikatakan lagi: Dari setiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Begitulah keadaannya pada hari anak dijadikan beruban dan pada hari betis disingkap (hari Qiyamat yang menggambarkan orang sangat ketakutan yang hendak lari karena huru-hara Qiyamat)." (Hadits Riwayat Muslim).
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika berkhutbah:
"Wahai manusia, bahwasanya kamu nanti akan dihimpun Allah dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat, dalam keadaan kulup (tidak dikhitan). Ingatlah bahwa orang yang mula-mula diberi pakaian adalah Ibrahim AS. Ingatlah bahwa nanti ada di antara umatku yang didudukkan di sebelah kiri. Ketika itu aku berkata: Ya Tuhan, (mereka itu adalah) sahabatku. Lalu Tuhan berkata: Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sesudah kamu (wafat)."(HR Muslim).
Pertanggung jawaban
Mengenai pertanggungan jawab perbuatan, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pada hari Qiyamat, setiap hamba tak akan melangkah sebelum ditanya empat hal, yaitu tentang umur untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, dan (kesehatan) badannya untuk apa ia pergunakan."(HR Tirmidzi, hadits hasan shahih, dan teks ini menurut riwayat Muslim).
Tentang dahsyatnya keadaan Qiyamat sampai manusia tak ingat pada lainnya, adapun penjelasannya:
"Dari Aisyah, Bahwa ia teringat Neraka lalu menangis, maka Rasulullah bertanya: Apa yang menyebabkan engkau menangis? Aisyah menjawab: Aku teringat pada Neraka, hingga aku menangis. Apakah pada hari Qiyamat kamu akan ingat pada keluargamu? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Adapun di tiga tempat, orang tidak teringat pada yang lainnya, yaitu ketika ditimbang amalnya sebelum dia mengetahui berat ringannya amal kebaikannya. Ketika buku catatan amalnya beterbangan sebelum dia mengetahui di mana hinggapnya buku itu, di sebelah kanan, kiri, atau di belakangnya. Dan ketika meniti titian/jembatan (shirath) yang terbentang di punggung neraka Jahannam sebelum dia melaluinya."(HR Abu Daud, hadits hasan).
Itulah peristiwa Qiyamat yang wajib kita yakini beserta tanda-tandanya. Semuanya itu merupakan hal yang ghaib, hanya Allah yang mengetahui, sedang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengkhabarkan itu dari wahyu Allah. Maka hal-hal yang tak sesuai dengan penjelasan Allah dan RasulNya mesti kita tolak, meskipun datangnya dari orang yang mengaku intelek, pakar, ataupun mengaku telah menyelidiki bertahun-tahun dengan metode yang disebut ilmiah dan canggih. Sebaliknya, kalau itu datang dari Allah dan RasulNya, maka wajib kita imani. Dan beriman kepada Hari Qiyamat itu merupakan hal yang termasuk pokok di dalam Islam seperti tersebut di atas. Mengingkarinya berarti rusak keimanannya.
follow my blog => KLIK HERE

Friday, May 18, 2018

Arti Qiamat / Kiamat


QIYAMAT
1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka[maksudnya ada di antara mereka yang putih mukanya dan ada pula yang hitam dan sebagainya.],
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS;Zalzalah 1-8)
Qiyamat merupakan hal yang wajib kita yakini pasti akan terjadi. Tanpa beriman kepada hari qiyamat, iman seseorang tidak akan diterima. Sebagaimana tidak diterima apabila tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan qadha qadar dariNya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا (136)
"...Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian (qiyamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (An-Nisaa':136).
Mengenai kepastian adanya Hari Qiyamat itu sendiri Allah menegaskan dalam firman-firmanNya, diantaranya:
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (7)
"Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan , kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."(At-Taghabun7).
Allah subhannahu wa ta'ala berfirman pula :
لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (7)
"...serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (qiyamat) tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka." (As-Syura 7)
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآَيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." (An-Naml 82).
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ (96)
وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ
"Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari qiyamat), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir." (Al-Anbiyaa': 96-97).
"Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah qiyamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: Ambillah, bacalah kitabmu (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: Wahai alangkah baiknya sekiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku. (Allah berfirman): Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin."(Al-Haaqqah 13-34).
Masih banyak ayat-ayat lain di dalam Al-Qur'an yang menegaskan tentang hari qiyamat.
Tanda-tanda Qiyamat
Adapun tanda-tanda qiyamat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan dengan beberapa haditsnya. Diantaranya:
"Sesungguhnya qiyamat itu tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda qiyamat, yaitu tenggelam di Timur, tenggelam di Barat, tenggelam di Jazirah Arab, adanya asap, datangnya Dajjal, Dabbah (binatang melata yang besar), Ya'juj dan Ma'juj, terbit matahari dari sebelah barat, keluar api dari ujung Aden yang menggiring manusia, dan turunnya Nabi Isa."(Hadits Riwayat Muslim).
"Dajjal datang kepada umatku dan hidup selama 40 tahun, lalu Allah mengutus Isa bin Maryam, kemudian ia mencari Dajjal dan membinasakannya. Kemudian selama 70 tahun manusia hidup aman dan damai, tak ada permusuhan antara siapapun. Sesudah itu Allah meniupkan angin yang dingin dari arah negeri Syam (kini Suriah, pen). Maka setiap orang yang dalam hatinya masih ada kebajikan meskipun sebesar atom, pasti menemui ajalnya. Bahkan jika seandainya seseorang dari kamu masuk ke dalam gunung, pasti angin itu mengejarnya dan mematikannya. Maka sisanya tinggal orang-orang jahat seperti binatang buas (fii khiffatit thoiri wa ahlaamis sibaa'), mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran.
Dan syetan menjelma pada mereka (manusia) lalu berkata: Maukah kamu mengabulkan? Manusia berkata: Apa yang akan kamu perintahkan kepada kami? Syetan lalu memerintahkan kepada mereka agar menyembah berhala, sedang mereka hidup dalam kesenangan. Kemudian ditiuplah sangkakala. Tapi seorangpun tak akan mendengarnya kecuali orang yang tajam pendengarannya.
Dan orang yang pertama kali mendengarnya yaitu seorang laki-laki yang mengurusi untanya. Nabi bersabda: Maka matilah semua manusia. Kemudian turunlah hujan seperti hujan gerimis. Maka keluarlah dari situ jasad manusia (dari kubur-kuburnya). Kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu. Lalu dikatakan kepada mereka: Wahai manusia, marilah menghadap kepada Tuhanmu dan merekapun berada di Mahsyar karena mereka akan diminta tanggung jawabnya. Kemudian dikatakan kepada mereka, pergilah kamu karena neraka telah dinyalakan, lalu dikatakan lagi: Dari berapakah? Lalu dikatakan lagi: Dari setiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Begitulah keadaannya pada hari anak dijadikan beruban dan pada hari betis disingkap (hari Qiyamat yang menggambarkan orang sangat ketakutan yang hendak lari karena huru-hara Qiyamat)." (Hadits Riwayat Muslim).
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika berkhutbah:
"Wahai manusia, bahwasanya kamu nanti akan dihimpun Allah dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat, dalam keadaan kulup (tidak dikhitan). Ingatlah bahwa orang yang mula-mula diberi pakaian adalah Ibrahim AS. Ingatlah bahwa nanti ada di antara umatku yang didudukkan di sebelah kiri. Ketika itu aku berkata: Ya Tuhan, (mereka itu adalah) sahabatku. Lalu Tuhan berkata: Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sesudah kamu (wafat)."(HR Muslim).
Pertanggung jawaban
Mengenai pertanggungan jawab perbuatan, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pada hari Qiyamat, setiap hamba tak akan melangkah sebelum ditanya empat hal, yaitu tentang umur untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, dan (kesehatan) badannya untuk apa ia pergunakan."(HR Tirmidzi, hadits hasan shahih, dan teks ini menurut riwayat Muslim).
Tentang dahsyatnya keadaan Qiyamat sampai manusia tak ingat pada lainnya, adapun penjelasannya:
"Dari Aisyah, Bahwa ia teringat Neraka lalu menangis, maka Rasulullah bertanya: Apa yang menyebabkan engkau menangis? Aisyah menjawab: Aku teringat pada Neraka, hingga aku menangis. Apakah pada hari Qiyamat kamu akan ingat pada keluargamu? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Adapun di tiga tempat, orang tidak teringat pada yang lainnya, yaitu ketika ditimbang amalnya sebelum dia mengetahui berat ringannya amal kebaikannya. Ketika buku catatan amalnya beterbangan sebelum dia mengetahui di mana hinggapnya buku itu, di sebelah kanan, kiri, atau di belakangnya. Dan ketika meniti titian/jembatan (shirath) yang terbentang di punggung neraka Jahannam sebelum dia melaluinya."(HR Abu Daud, hadits hasan).
Itulah peristiwa Qiyamat yang wajib kita yakini beserta tanda-tandanya. Semuanya itu merupakan hal yang ghaib, hanya Allah yang mengetahui, sedang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengkhabarkan itu dari wahyu Allah. Maka hal-hal yang tak sesuai dengan penjelasan Allah dan RasulNya mesti kita tolak, meskipun datangnya dari orang yang mengaku intelek, pakar, ataupun mengaku telah menyelidiki bertahun-tahun dengan metode yang disebut ilmiah dan canggih. Sebaliknya, kalau itu datang dari Allah dan RasulNya, maka wajib kita imani. Dan beriman kepada Hari Qiyamat itu merupakan hal yang termasuk pokok di dalam Islam seperti tersebut di atas. Mengingkarinya berarti rusak keimanannya.
follow my blog => KLIK HERE

Belajar Sihir atau Ilmu Karomah


PERTANYAAN :
apakah ilmu karomahan / setruman ( ilmu yang memakai khodam ) itu dosa ?
JAWABAN :
Bila pelakunya (yang nyetrum ) disiplin syari’at ( mutasyarri’ ), yang dibaca (mantera) tidak bertentangan dengan syariát, khodamnya juga yang baik dan tidak menimbulkan dloror syar’i ( termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding ).
( مسألة: فى أقسام السحر وحكمه )الى أن قال ..... ومنها الاستعانة بالأرواح الأرضية بواسطة الرياضة وقراءة العزائم إلى حيث يخلق الله تعالى عقب ذلك على سبيل جرى العادة بعض خوارق وهذا النوع قالت المعتزلة إنه كفر لأنه لا يمكن معه معرفة صدق الرسل عليهم الصلاة والسلام للالتباس, ورد بأن العادة الإلهية جرت بصرف المعارضين للرسل عن إظهار خارق ثم التحقيق أن يقال إن كان من يتعاطى ذلك خيرا متشرعا فى كامل ما يأتى ويدر وكان من يستعين به من الأرواح الخيرة وكانت عزائمه لا تخالف الشرع وليس فيما يظهر على يده من الخوارق ضرر شرعى على أحد فليس ذلك من السحر بل من الأسرار والمعونة وإلا فهو حرام إن تعلمه ليعمل به بل يكفر إن اعتقد حل ذلك فإن تعلمه ليتوقاه فمباح وإلا فمكروه. إهـ هامش فتح الوهاب الجزء الثانى ص : 151 دار إحياء الكتب العربية
[ MAS'ALAH ] Dalam pembahasan bentuk-bentuk sihir dan hukumnya......dst. Di antara macam sihir adalah meminta pertolongan dengan arwah arodhiyah dengan cara laku riyadhoh dan membaca azimat-azimat yang setelahnya akan menimbulkan hal-hal aneh diluar kebiasaan pada umumnya, menurut kaum Mu'tazilah ini termasuk perbuatan kufur karena dapat menyerupai dan melemahkan kebenaran para utusan Allah akan mukjizatnya, sedang menurut pendapat ulama yang TAHQIIQ (kuat dalam pernyataannya) hukumnya di perinci :
•Apabila pelakunya ( yang nyetrum ) disiplin syari’at ( mutasyarri’ ), yang dibaca ( mantera ) tidak bertentangan dengan syariát dan tidak menimbulkan dloror syar’i ( termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding ).
•Bila yang terjadi semacam ini, hal tersebut bukanlah sihir tetapi kelebihan dan ma'unah Tidak boleh ( haram ).
•Apabila pelakunya tidak disiplin syariát ( fasiq ) atau yang dibaca dilarang menurut syara’ atau menimbulkan dloror syar’i ( termasuk hilangnya kesadaran dan tidak ada manfaat sebanding ). [ Hamisy Fath Alwahaab II/151 ].
baca juga => SMS Premium Ramalan
follow my blog => KLIK HERE

SMS Premium Ramalan


PERTANYAAN  :
Bagaimana hukumnya ikut SMS Premiun semisal Ketik RAMAL spasi nama dan tetek bengek, kirim sekian sekian... dapet balasan ini itu... dan percaya, apa termasuk MUSYRIK....???
JAWABAN :
Pada masa sebelum kehadiran Islam ramalan yang berkembang dan dikenal di kalangan masyarakat ada beberapa macam ;
1. Ramalan yang dihasilkan dari informasi jin yang mencuri dengar dari suara langit yang kemudian dibisikkan ke tukang ramal.
2. Ramalan yang dihasilkan dari informasi jin yang bekerja sama dengan manusia dari hal-hal di luar pengetahuan manusia.
3. Ramalan yang dihasilkan dari dugaan dan firasat.
4. Ramalan yang dihasilkan dari eksperimen dan kebiasaan.
5. Ramalan yang mengacu pada petunjuk bintang.
Dalam masa Pra-Islam para tukang sihir memiliki prediksi ramalan yang lumayan akurat, namun pasca kedatangan Islam, validitas ramalan mereka relatif menurun dan mengalami kekacauan. Hal ini memang ditegaskan dalam aL-Qur’an surat Ash-Shooffaat ayat 10, bahwa setelah Islam datang dan aL-Qur’an diturunkan, langit dijaga oleh para Malaikat dan menjadi zona yang tidak bisa jangkau oleh syaitan.
Sikap Islam terhadap Praktek Ramalan Astrologi (ramalan yang mengacu pada petunjuk bintang)
Astrologi dikelompokkan menjadi dua bagian :
1. Astrologi Hisaabiyyah ialah ilmu untuk menentukan permulaan bulan melalui teori perhitungan perjalan bintang. Ulama sepakat akan legalitas ilmu ini guna kepentingan penentuan waktu-waktu shalat serta penentuan arah kiblat. Bahkan mayoritas Ulama menyatakan kewajibannya sebagai kewajiban kolektif (fardhu kifaayah).
2. Astrologi Istidlaaliyyah ialah ilmu ramalan peristiwa-peristiwa dibumi yang mengacu pada gerakan angkasa, jenis astrologi yang kedua inilah yang dilarang dalam Islam apabila meyakini bahwa tanda-tanda simbolis angkasa atau zodiac bisa menunjukkan pengetahuan gaib atau bahkan yang mengendalikan nasib dan peristiwa bumi.
Apabila ramalannya didasarkan hanya pada kebiasaan kondisi alam tertentu, dan semuanya tetap dikembalikan pada kehendak dan kekuasaan Allah, seperti prakiraan cuaca, arah angin, musim dan lain-lain maka hukumnya diperbolehkan hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW
إذا نشأت بحرية ثم تشاءمت فتلك عين غديقة
“Ketika laut menguap lalu menyebar maka (itu) pertanda musim hujan”(Syeikh ‘Athiyyah Bulugh al-Maraam 73/3).
Nabi bersabda: Allah berfirman: Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang-orang yang mengatakan: Kami diberi hujan dengan sebab keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya, maka dia telah berman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan: Kami diberikan hujan dengan sebab bintang ini dan bintang itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Astrologi Istidlaaliyyah yang dilarang dalam islam lantaran ia merupakan sebuah pengetahuan yang berpotensi menyesatkan jiwa manusia, bahaya yang melekat dalam astrologi dapat menyebabkan manusia dalam kondisi bayang-bayang (ilusi) atau fitnah, sekalipun pada dasarnya ia hanya didasarkan pada pengetahuan simbolis kosmologis. Jika suatu peramalan didukung kebenaran fakta maka jiwa akan terpedaya oleh pengaruhnya dalam ketidaknyataan, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah Hadits,
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah saw ditanya tentang para kahin, lalu beliau menjawab, ‘Mereka tidak bernilai apa-apa!’ Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka terkadang memberitakan sesuatu dengan benar.’ Beliau bersabda, ‘Kalimat yang benar itu berasal dari pencurian jin, lalu jin menyuarakannya di telinga walinya (dukun) seperti suara ayam betina yang berkokok (sehingga menggugah teman-temannya), lalu para setan (yang mendengarnya) mencampurinya dengan seratus kedustaan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lebih dari itu, Islam mengajarkan untuk berserah diri pada ketentuan nasib (takdir) dan sikap ini sangat penting untuk membebaskan diri dari segala bentuk peramalan. Doktrin Islam tidak mengenal praktek peramalan astrologis karena hal itu secara tidak langsung berarti menghapuskan kedudukan Tuhan dalam kekuasaan pada diri manusia seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran
Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS. 27:65). Wallaahu A'lamu bi As-Shawaabi
[ REFERENSI : Minah al-Jaliil Syarh Mukhtashar Khaliil 2/113, Wuzaarah al-Auqaaf wa as-Syu"uun al-Islaamiyyah 24/54 ].
follow my blog => KLIK HERE

AQIDAH ( ORANG TUA ROSULLAH SAW BUKAN KAFIR )


PERTANYAAN :
Benarkah orang tua rosulullah kafir ? Kalau tidak kafir apa hukumnya orang yang mengatakan orang tua rosul kafir ?
JAWABAN :
Firman Allah SWT :
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
Kedua orang tua Nabi wafat pada masa fatroh (kekosongan dari seorang Nabi/Rosul). Berarti keduanya dinyatakan selamat. (ini jawaban paling aman).
Korban Perang
Dalil golongan yang menyatakan orang tua Nabi masuk neraka adalah hadits riwayat Imam Muslim dari Hammad :
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ
Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “ Ya, Rasulullah, dimana keberadaan ayahku ?, Rasulullah menjawab : “ dia di neraka” . maka ketika orang tersebut hendak beranjak, rasulullah memanggilnya seraya berkata “ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “.
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah SAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat Hammad.
Dalil mereka yang lain hadits yang berbunyi :
لَيْتَ شِعْرِي مَا فَعَلَ أَبَوَايَ
Demi Allah, bagaimana keadaan orang tuaku ?
Kemudian turun ayat yang berbunyi :
{ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيْراً وَنَذِيْراً وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيْم }
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.
Ayat itu tidak tepat untuk kedua orang tua Nabi karena ayat sebelum dan sesudahnya berkaitan dengan ahlul kitab, yaitu :
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk) (Q.S. Albaqarah : 40)
sampai ayat 129 :
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Semua ayat-ayat itu menceritakan ahli kitab (yahudi).
Bantahan di atas juga diperkuat dengan firman Allah SWT :
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
Kedua orang tua Nabi wafat pada masa fatroh (kekosongan dari seorang Nabi/Rosul). Berarti keduanya dinyatakan selamat.
Imam Fakhrurrozi menyatakan bahwa semua orang tua para Nabi muslim. Dengan dasar berikut :
Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ : 218-219 :
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Sebagian ulama’ mentafsiri ayat di atas bahwa cahaya Nabi berpindah dari orang yang ahli sujud (muslim) ke orang yang ahli sujud lainnya.
Adapun Azar yang secara jelas mati kafir, sebagian ulama’ menyatakan bukanlah bapak Nabi Ibrohim yang sebenarnya tetapi dia adalah bapak asuhNya dan juga pamanNya.
Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab ‘Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.
Salah satu syubhat yang ditujukan kepada kaum Ahlussunnah adalah tentang apakah kedua orang tua Rasulallah muslim. Menurut mereka, tidak ada dasar hadits yang dapat dipertanggungjawabkan, termasuk salah satunya adalah hadits:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: حَجَّ بِنَا رَسُوْلُ اللهِ حَجَّةَ الْوَدَاعِ فَمَرَّ بِي عَلَى عَقَبَةِ الْحَجُوْنِ وَهُوَ بَاكٍ حَزِيْنٌ مُغْتَمٌّ فَنَزَلَ فَمَكَثَ عَنِّي طَوِيْلاً ثُمَّ عَادَ إِلَيَّ وَهُوَ فَرِحٌ فَتَبَسَّمَ فَقُلْتُ لَهُ فَقَالَ: ذَهَبْتُ إِلَى قَبْرِ أُمِّي فَسَأَلْتًُ اللهَ أَنْ يُحْيِيْهَا فَآمَنَتْ بِي وَرَدَّهَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Dari A’isyah rda. ia berkata: ‘Rasulallah bersama-sama kami melaksanakan haji wada’. Saat lewat di Aqabah Hajun bersamaku beliau menangis sedih dan susah, kemudian beliau turun dan tinggal beberapa lama, kemudian kembali kepadaku dalam keadaan gambira dan tersenyum, lalu aku katakan kepadanya dan beliau menjawab: ‘Aku pergi ke makam ibuku, lalu aku minta supaya Allah menghidupkannya kemudian ibuku beriman kepadaku dan Allah mengmbalikannya lagi.”
Hadits ini adalah dha‘if menurut Imam as-Suyuthi serta diriwayatkan oleh Ibnu Syahin dalam an-Nasikh wa al-Mansukh,[1] meskipun oleh Ibnul Jauzi dikatakan maudhu’.
Al-Ajhuri mengatakan bahwa yang benar hadits masyhur tentang dihidupkannya kembali kedua orang tua Rasulallah adalah termasuk hadits dha‘if dan bukan maudhu’ ataupun shahih, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Syahin, Ibnu Asakir, as-Suhaili dan Ibnu Nashir.[2]
Al-Habib Abdullah Ba-Alawi dalam Is’ad ar-Rafiq syarah kitab Sullam at-Taufiq, mengatakan, “Yang haq (pendapat yang benar untuk di ikuti) sebagaimana yang di tahqiq-kan oleh Imam Fakhruddin ar-Razi, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Hafizh as-Suyuthi dan lain-lain bahwa ayahanda (atau ayah leluhur) Rasulallah tidak ada yang berstatus kafir, hal itu adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap kedudukan nubuwwah, begitu juga dengan ibunda (atau ibu leluhur) beliau. Seperti halnya leluhur Rasulallah yang semuanya tidak ada yang kafir begitu juga leluhur para Nabi-Nabi lain. Adapun Azar yang di kenal sebagai ayahanda Nabi Ibrahim, sebenarnya adalah bukan ayah tapi paman sebagaimana pendapat para ulama kita ”.
Menurut al-Bajuri dan Hasan al-Adawi[3] bahwa hadits tersebut shahih menurut ahli hakikat, sebagaimana tertuang dalam syair-syair mereka:
أَيْقَنْتُ أَنَّ أَبَا النَّبِيِّ وَأُمَّهُ حَتَّى لَهُ شَهِدَا بِصِدْقِ رِسَالَةٍ هَذَا اْلحَدِيْثُ وَمَنْ يَقُوْلُ بِضُعْفِهِ  أَحْيَاهُمَا الرَّبُّ الْكَرِيْمُ اْلبَارِي صِدْقٍ فَتِلْكَ كَرَامَةُ الْمُخْتَارِ فَهُوَ الضَّعِيْفُ عَنِ الْحَقِيْقَةِ عَارِي
Aku meyakini bahwa ayah dan ibu Nabi dihidupkan kembali oleh Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Mulia.
Hingga mereka berdua bersyahadat akan kebenaran risalah yang benar, maka itu adalah suatu kehormatan bagi Rasulallah. Hadits tentang ini dan yang mengatakan dha‘if adalah orang yang dha‘if sendiri dan tidak tahu hakikat sebenarnya.
Asy-Sya'rani mengatakan, bahwa Imam as-Suyuthi banyak menulis kitab yang berkenaan dengan status orang tua Nabi yang selamat dari siksa Neraka, termasuk satu risalah yang ditulis dalam al-Hawi lil Fatawi. Dan di antara yang menyutujui hadits tersebut (tidak maudhu’ seperti penilaian al-Hafizh Ibnul Jauzi), adalah: al-Khathib al-Baghdadi, Ibnu ‘Asakir, Ibnu Syahin, as-Suhaili, al-Qurthubi, ath-Thabari, Ibnu Munayyir, Ibnu Nashiruddin, Ibnu Sayyid an-Nas dan ash-Shafadi.[4]
Kemudian akhir dari kesimpulan pendapat-pendapat ulama dalam lingkungan Ahlussunah adalah: orang tua Nabi Muhammad termasuk orang-orang yang selamat dari Neraka, dengan alasan:
1.Hadits di atas dapat diterima, karena meskipun dha‘if secara ilmu riwayat atau musthalah tapi shahih secara kasyf. Adapun penilaian maudhu’ Ibnul Jauzi tidak dibenarkan ulama.
2.Termasuk ahli fatrah (masa kekosongan utusan yang menyampaikan risalah) sebagai mana sabda Allah:
وَمَا كُنّا مُعَذِّبِينَ حَتّى نَبْعَثَ رَسُولاً
“Aku tidak akan menyiksa sampai Aku mengutus seorang rasul.”
Dan ahlu fatrah tidak akan disiksa dalam Neraka. Hal itulah yang disepakati ulama-ulama Asy’ariyyah baik dari kalangan ahli ushul Syafi’iyyah, Malikiyah dan ulama-ulama ahli fiqh.[5]
1.Semua ayah, ibu dan kakek-kakek Nabi dihukumi iman tidak kufur sebagaimana dalil Q.S. asy-Syu’ara’: 219 dalam salah satu pentafsiran ulama tafsir:
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
“Nur Muhammad selalu berpindah-pindah dari orang-orang yang ahli sujud.”
dan hadits Nabi (mutawatir):
لَمْ أَزَلْ أُنْقَلُ مِنَ اْلأَصْلاَبِ الطَّاهِرَاتِ إِلَى اْلأَرْحَامِ الزَّاكِيَاتِ
“Aku selalu dipindah-pindahkan dari tulang rusuk yang suci ke rahi-rahim yang bersih.”[6]
Sedangkan mengenai pernyataan Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Dihyah bahwa kejadian menghidupkan orang tua Nabi bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadits dan ijma’ adalah pernyataan tidak tepat. Sebab, selain sangat mungkin terjadi baik secara syara’ maupun akal, menghidupkan orang tua Nabi termasuk karamah dan kekhususan (bagi Rasulallah) dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan ijma’. Adapun keterangan bahwa iman tidak berfaidah setelah ajal menjemput itu jika bukan satu ke-khususan.[7]
Lalu bagaimana dengan larangan Allah terhadap istighfar Nabi untuk ibunya? Jawabnya, sebagaimana dikatakan Muhammad Ba ‘Athiyyah sebagai berikut:
1.Istighfar tersebut dilakukan sebelum ibundanya dihidupkan dan beriman kepada Rasulallah.
2.Adanya maslahat yang harus mengakhirkan istighfar Rasulallah sampai waktu yang diizinkan.[8]
Sedangkan menanggapi hadits riwayat Muslim tentang perkataan Nabi saat menjawab pertanyaan salah satu shahabat: “Ayahku dan ayahmu di Neraka” seperti yang juga disampaikan al-Albani maka harus ada pen-ta’wil-an, dan di antara penta’wilannya adalah:
1.Yang dimaksudkan dengan kata “ab” dalam hadits tersebut adalah paman sebagaimana budaya Arab yang memanggil pamannya dengan “abu”. Dan hal itu yang terjadi pula pada Azar paman Nabi Ibrahim.
2.Asbabul wurud hadits (asal-muasal diucapkan hadits) tersebut sebelum turun ayat ke 15 Surat al-Isra’.[9]
3.Hadits riwayat Muslim tersebut adalah hadits ahad (lawan dari hadits mutawatir), dan hadits ahad yang dalalah-nya zhanni (hasil dari hadits ahad yang hanya penyangkaan kuat saja dan tidak pasti) tidak bisa menentang dalil qath’i (Q.S. al-Isra’: 15)[10]
Ulama ahli tahqiq (teliti dengan dalil) mengatakan bahwa seyogianya tidak membicarakan masalah ini kecuali dengan adab dan masalah ini juga bukan masalah i’tiqad yang berdosa jika tidak mengetahuinya. Sedangkan menjaga mulut itu lebih baik dan lebih selamat, lebih-lebih dalam masalah yang berkaitan dengan kekurangan-kekurangan.[11]
Al-Qadhi Ibnu Arabi al-Maliki, seorang ahli fiqih dan hadits dari kalangan Malikiyyah, ketika ditanya tentang seseorang yang mengatakan bahwa ayahhanda Nabi masuk Neraka, beliau menjawab: “Orang tersebut dilaknat karena Allah berfirman (Q.S. al-Ahzab: 57):
إنَّ الّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya dilaknat oleh Allah di dunia dan akhirat.”[12]
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبَوَيْهِ فَقَالَ مَا سَأَلْتُهُمَا رَبِّي فَيُعْطِيْنِي فِيْهِمَا وَإِنِّي الْقَائِمُ يَوْمَئِذٍ الْمَقَامَ الْمَحْمُوْدَ
“Rasulallah ditanya tentang ayahanda dan ibunda beliau, beliau menjawab: ‘Sesuatu yang aku minta kepada Tuhanku untuk kedua orang tuaku, Allah memberikannya kepadaku untuk kedua orang tuaku, dan aku yang akan mengurus mereka saat dalam maqam mahmud [syafaat].”
hadits riwayat al-Hakim tersebut memberikan sebuah isyarat bahwa Rasulallah memberikan syafaatnya kepada orang tua beliau supaya keduanya ditolong ketika terjadi goncangan yang tejadi saat Hari Kiamat.[13]
Kesimpulannya, hukum hadits tentang dihidupkannya kembali orang tua Nabi masih diperselisihkan ulama. Dan pendapat yang diyakini mayoritas ulama Ahlussunnah adalah hadits tersebut dha‘if secara riwayat dan bukan maudhu’. Sehingga alangkah lebih bijaknya andai pengkritik dapat mendudukkan perselisihan tersebut dengan arif dan bijaksana bukan malah terkesan memandang sebelah mata terhadap ulama-ulama yang berpendapat bahwa penghidupan kembali orang tua Nabi adalah benar adanya.
Kemudian menjawab musykil Ibnul Jauzi yang menilai hadits di atas adalah maudhu’, karena Ibunda Rasulallah dimakamkan di Abwa’ bukan Hajun, adalah sebagaimana pernyataan Syaikh Hasan al-Adawi yang menukil ucapan sebagian huffazh hadits (sebagai pengumpulan riwayat hadits yang menerangkan bahwa ibu Rasulallah dimakamkan di Abwa’ dan riwayat lain menyatakan dimakamkan di Hajun), bahwasannya yang dimaksudkan adalah kemungkinan pemakaman Ibunda Rasulallah dipindahkan dari Abwa’ ke Hajun.[14]
Menurut Sayyid Alawi Abbas al-Maliki, mengenai di mana sebenarnya Ibunda Rasulallah wafat dan di semayamkan, terdapat bebarapa pendapat. Ada yang mengatakan wafat di Abwa' (sebuah tempat antara Mekkah dan Madinah) dan di makamkan disana, ada pula yang mengatakan wafat di Mekkah dan dimakamkan disana, atau tepatnya di Hajun dan ada yang mengatakan di makamkan di Dar Rabi'ah di Ma'la.
Dalam syarah al-Mawahib al-Laduniyyah di katakan bahwa pendapat pertama adalah pendapat yang masyhur. Dan pendapat ini di sampaikan oleh Ibnu Ishaq, al-Iraqi dan al-Hafizh Ibnu Hajar. Sedangkan menurut pengarang kitab Tarikh al-Khamis, ada kesempatan untuk mengumpulkan dua pendapat berbeda di atas bahwasannya Ibunda Rasulallah pertama kali di makamkan di Abwa' dan kemudian di pindahkan ke Mekkah (Hajun) dan di semayamkan disana. Pendapat ini selain senada dengan Syaikh Hasan al-Adawi di atas juga di nilai sangat bagus oleh Sayyid Alawi sendiri[15].
=================================
[1] Ad-Durar al-Muntatsirah (pinggir Fatawi Haditsiyah) hlm. 234.
[2] Hasyiyah Syarah al-Baiquniyyah hlm. 44.
[3] Tuhfah al-Murid hlm. 19, an-Nafahat asy-Syadziliyyah hlm. 51.
[4] Al-Yawaqit wal Jawahir 2/57.
[5] An-Nafahat asy-Syadziliyah hlm. 51-52.
[6] Mujaz al-Kalam Muhammad Ba ‘Athiyah hlm. 37.
[7] Ibid. hlm. 45.
[8] Mujaz al-Kalam hlm. 45.
[9] Ibid. hlm.46
[10] Tuhfah al-Murid hlm. 19.
[11] Mujaz al-Kalam hlm. 40.
[12] Ibid.
[13] Al-Yawaqit wa al-Jawahir juz 2 hlm. 57, Mujaz al-Kalam hlm. 40-41.
[14] An-Nafahat asy-Syadziliyyah hlm.50.
[15] Majmu' Fatawi wa Rasail hal. 165
follow my blog => KLIK HERE