Saturday, April 28, 2018

Akhir zaman

​BACALAH, SEBELUM TERLAMBAT​
Nanti di Akhir Zaman Ada Suatu Hari orang bangun jam 6 pagi atau setengah 6 pagi..
Hari itu gelap sperti malam.. seperti apa malam itu gelapnya, seperti itu juga gelapnya di setengah 6 pagi itu..
jadi orang2 berfikir apa kah ini gerhana atau hari mendung mau hujan.
Kemudian orang2 membiarkan.. sampai jam 7 pagi langit masih saja gelap.. sampai jam 12 siang gelap aja masih.. bingung orang2..
Orang2 yg kuat imannya kepada Allah Ta'ala sdh bercucuran keringat krn sdh paham akan fenomena ini..
Orang2 lain masih menganggap ini fenomena alam ..
Di tunggu2 sampai 24 jam matahari tidak muncul2..
sampai berlangsung 3 hari..
Begitu Masuk Hari Ke 4.. Matahari Muncul dari arah barat..
Langsung seketika itu orang2 yg bekerja langsung meninggalkan pekerjaannya..
ibu2 yg menyusui anaknnya langsung meninggalkan anaknya..
orang yg berdagang meninggalkan tokonya..
segala yg beraktivitas meninggalkan aktivitas nya..
Mereka semua berlari menuju rumahnya masing2 mengambil Qur'an untuk di Baca..
tetapi apa yg terjadi disaat itu ketika semua Al-Qur'an dibuka sehuruf pun Qur'an itu tdk ada lg tulisannya..
Jadi jangan sampai datang masa ini baru mau membaca Al-Qur'an buat menambah amal...
tetapi mulai sekarang Baca Al-Qur'an itu mumpung masih ada hurufnya..
<b>
​​Subhanallah !​​
Sekarang Anda mempunyai dua pilihan:
.
1) Biarkan info ini tetap dalam WA anda ini tanpa ada manfaatnya untuk orang lain.
2) Share info ini ke sejumlah orang yang Anda kenal dan Insya'Allah Allah ridha..
Allah akan menganugerahkan kepada setiap orang yang Anda kirimi
.
Marilah kita berdoa, bermunajad kepada Allah Ta'ala.
Semoga Allah mengampuni kita, dan menghapuskan kita dari segala dosa yang telah lalu.
.
Rasulullah S.A.W bersabda  : ​"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia) dia akan tetap memperoleh pahala"​
(HR. Al-Bukhari)
Silahkan Bagikan agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketaqwaannya kepada ALLAH SWT.
Ya Allah...
Muliakanlah orang yang membaca
tulisan ini.
Lapangkanlah hatinya
Bahagiakanlah keluarganya.
Luaskan rezekinya seluas lautan.
Mudahkan segala urusannya.
Kabulkan cita-citanya.
Jauhkan dari segala Musibah.
Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah,
Prasangka Keji, Berkata Kasar, dan Munkar.
Dan semoga yg membagikan tulisan ini wafatnya dalam husnul Khotimah.
​Aamiin...Aamiin.. Aamiin.. Ya Robbal Aalamiin​

 ​baca juga: klik=> MERAIH PINTU TAUBAT

Kisah islami

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama,
sehingga keadaan beliau sgt lemah.
Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua shbt dtg ke Masjid.
Tidak lama kmdian,
penuhlah Masjid dgn para shbt.
Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt taushiyah dr Rasulullah SAW.
Beliau duduk dgn lemah di atas mimbar.
Wajahnya terlihat pucat,
menahan sakit yg tgh di deritanya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kpdmu,
bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak di sembah?"
Semua shbt menjwb dgn suara bersmgt,
" Benar wahai Rasulullah,
Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah.
Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kpd mrk."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi,
dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah kpd satu pertanyaan yg menjadikan para shbt sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya,
aku akan pergi menemui Allah.
Dan sblm aku pergi,
aku ingin menyelesaikan segala urusan dgn manusia.
Maka aku ingin bertanya kpd kalian semua.
Adakah aku berhutang kpd kalian?
Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut.
Krn aku tidak mahu bertemu dgn Allah dlm keadaan berhutang dgn manusia."
Ketika itu semua shbt diam,
dan dlm hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dgn kita?
Kamilah yg byk berhutang kpd Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebyk 3 kali.
Tiba2 bangun seorg lelaki yg bernama UKASYAH,
seorg shbt mantan preman sblm masuk Islam,
dia berkata:
"Ya Rasulullah!
Aku ingin sampaikan masalah ini.
Seandainya ini dianggap hutang,
Maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bkn hutang,
maka tidak perlulah engkau berbuat apa2".
Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pn mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu,
satu ketika engkau menunggang kuda,
lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda.
Ttp cemeti tsb tidak kena pada belakang kuda,
Tapi jesteru terkena pada dadaku,
Krn ketika itu aku berdiri di
belakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".
Mendgr itu,
Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah.
Kalau dulu aku pukul engkau,
Maka hari ini aku akan terima hal yg sama."
Dgn suara yg agak tinggi,
Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."
Ukasyah seakan2 tidak merasa bersalah mengatakan demikian.
Sdgkan ketika itu sebahagian shbt berteriak marah pd Ukasyah.
"Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. bknkah Baginda sdg sakit.
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu.
Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah,
Kemudian Fatimah bertanya: "Utk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjwb dgn nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Knp Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah?
Ayahku sdg sakit,
kalau mahu mukul,
pukullah aku anaknya".
Bilal menjwb: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mrk berdua".
Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk,
Ukasyah menuju ke hdpn Rasulullah.
Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul,
pukullah aku.
Aku org yg pertama beriman dgn apa yg Rasulullah SAW sampaikan.
Akulah sahabtnya di kala suka dan duka.
Kalau engkau hendak memukul,
maka pukullah aku".
Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar.
Ini urusan antara aku dgn Ukasyah".
Ukasyah menuju kehdpn Rasulullah.
Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah...
kalau engkau mahu mukul,
pukullah aku.
Dulu mmg aku tidak suka mendgr nama Muhammad,
bahkan aku prnh berniat utk menyakitinya,
itu dulu.
Skrg tidak boleh ada seorg pn yg blh menyakiti Rasulullah Muhammad.
Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah,
Maka langkahi dulu mayatku..."
Lalu dijwb oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar.
Ini urusan antara aku dgn Ukasyah".
Ukasyah menuju kehdpan Rasulullah,
tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja.
Darah yg sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
Lalu dijwb oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali,
ini urusan antara aku dgn Ukasyah" .
Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah.
Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesygan Rasulullah SAW iaitu Hasan dan Husen.
Mrk berdua memegangi tgn Ukasyah sambil memohon.
"Wahai Paman,
pukullah kami Paman, kakek kami sdg sakit,
Pukullah kami saja wahai Paman,
Sesungguhnya kami ini cucu kesygn Rasulullah,
dgn memukul kami sesungguhnya itu sama dgn menyakIiti kakek kami,
wahai Paman"
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesyganku duduklah kalian.
Ini urusan kakek dgn Paman Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar,
dgn lantang Ukasyah berkata:
"Bagaimana aku mahu memukul engkau ya Rasulullah.
Engkau duduk di atas dan aku di bawah.
Kalau engkau mahu aku pukul,
Maka turunlah ke bawah sini."
Rasulullah SAW mmg manusia terbaik.
Kekasih Allah itu meminta bbrp shbt memapahnya ke bawah.
Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi,
lalu dgn suara tegas Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku,
aku tidak memakai baju,
Ya Rasulullah"
Para shbt sgt geram mendgr perkataan Ukasyah.
Tanpa ber-lama2 dlm keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya.
Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sgt indah,
sdg bbrp batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sdg menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah,
Segeralah dan jgnlah kamu ber-lebih2an.
Nanti Allah akan murka padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW,
Cambuk di tgnnya ia buang jauh2,
Kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat2nya.
Sambil menangis se-jadi2nya,
Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku,
Maafkan aku,
Mana ada manusia yg sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah.
Sengaja aku
melakukannya agar aku dpt merapatkan tubuhku dgn tubuhmu.
Karena Engkau pernah mengatakan "Barang siapa kulitnya  pernah bersentuhan denganKu diharamkan api neraka atasnya"
Seumur hidupku aku ber-cita2 dpt memelukmu.
Krn sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Dan sungguh aku takut dgn api neraka.
Maafkan aku ya Rasulullah..."
Rasulullah SAW dgn senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua,
kalau kalian ingin melihat ahli Syurga,
Maka lihatlah Ukasyah.."
Semua shbt menitiskan air mata. Kemudian para shbt
bergantian memeluk Rasulullah SAW.
Semoga dgn membaca ini bila ada air mata ini membuktikan kecintaan kita kpd kekasih Allah SWT...
Allahumma sholli 'alaa Muhammad.
Allahumma sholli 'alayhi wassalam...
Semoga Allah SWT selalu meredhai kita semua,
Aamiin...

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD,
WA 'ALA AALI MUHAMMAD,
كما صليت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم
KAMAA SHALLAITA 'ALA IBRAHIM,
WA 'ALA AALI IBRAHIM,
وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
WABAARIK 'ALA  MUHAMMAD,
WA 'ALA AALI MUHAMMAD,
كما باركت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم فى العالمين انك حميد مجيد
KAMAA BAARAKTA 'ALA IBRAHIM,
WA 'ALA AALI IBRAHIM,
FIL 'ALAMIN INNAKA HAMIDUM MAJID
YA ALLAAH     يا الله
YA RAHMAAN   يا رحمن
YA RAHIIM    يا رحيم
YA MALIK     يا ملك
YA QUDDUUS   يا قدوس
YA AZIIZ    يا عزيز
YA ALIIM    يا عليم
YA JABBAAR   يا جبار
YA GHANIYY   يا غني
YA LATHIIF   يا لطيف
YA KHABIIR    يا خبير
YA AWWAAL     يا أول
YA AAKHIR    يا آخر
YA BASHIIR   يا بصير
YA SHABUUR   يا صبور
YA SHAMAD    يا صمد
YA MUJIIBU  يا مجيب
YA WAAJIDU  يا واجد   
YA RA'UUF   يا رؤوف
YA QAADIR   يا قادر
YA WAAHID   يا واحد
YA HALIIM   يا حليم
YA HAYYU    يا حي
YA QAYYUUM  يا قيوم
YA SALAAM   يا سلام
YA JABBAAR   يا جبار
YA MUTAKABBIR يا متكبر
YA KHAALIQ   يا خالق
YA BAARI    يا بارئ
YA RAZZAAQ   يا رزاق
Astaghfirullah
أستغفر الله
Astaghfirullah
أستغفر الله
Astaghfirullah
أستغفر الله
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.
حسبنا الله ونعم الوكيل
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.
حسبنا الله ونعم الوكيل
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.
حسبنا الله ونعم الوكيل
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.
حسبنا الله ونعم الوكيل
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.
حسبنا الله ونعم الوكيل
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.
حسبنا الله ونعم الوكيل

asbunallahu wa ni'mal wakiil.


7 Doa Pendek Yang Mujarab Untuk Hilangkan Stres, Sedih, dan Gelisah

Tiada manusia yang dapat lari daripada ditimpa sebarang masalah. Hinggakan sampai satu masa manusia pasti akan berasa begitu lemah, letih, kecewa, dan tidak berdaya untuk menghadapi apa yang berlaku. Sebagai orang Islam, percayalah bahawa tidak ada satu perkara pun yang tidak dapat diselesaikan dengan bantuan Allah. Maka, berdoalah.
Doa adalah senjata orang mukmin. Doa dapat memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi kuat keyakinannya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
Berikut adalah himpunan doa penenang hati dari Al-Quran dan hadis yang boleh diamalkan, pendek dan mudah dihafal.
DOA 1
اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ جَهْدِالْبَلَاءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ و شَمَاتَةِ الْاَعْدَاءِ
Allahumma inni a’uuzubika min jahdil bala’. Wa darkish shaqa’. Wa suu il qadhaa’. Wa shamaamatil a’daa’.
Artinya:
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menemui penderitaan, dari takdir yang buruk & dari keberhasilan musuh (Sahih Bukhari)
DOA 2
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْث
Yaa hayyu yaa qayyuumm. Bi rahmatika astaghiiths.
Artinya:
Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak memerlukan segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. (Hadis Riwayat Tirmidzi)
DOA 3
اللهُمَّ لا سَهْلَ إلا مَا جَعَلتَهُ سَهْلا وَ أنتَ تَجْعَلُ الحزْنَ إذا شِئْتَ سَهْلا
Allahumma la sahla illa ma ja’altahu sahla wa anta taj’alul hazna iza syi’ta sahla
Artinya:
Wahai Tuhanku, tiada kemudahan melainkan apa yang Engkau jadikan mudah dan perkara yang susah boleh Engkau jadikan mudah apabila Engkau mengkehendakinya. (Sahih Ibnu Hibban)
DOA 4
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّ جَالِ
Allahumma inni a’uuzubika minal hammi wal hazan. wa a’udzubika minal ajzi wal kasali, wa a’udzubika minal jubni wal bukhli, wa a’udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal.
Artinya:
Ya Allah, aku berlindung padaMu dari rasa sedih dan gelisah, aku berlindung daripada sifat lemah dan malas, dan aku berlindung padamu dari sikap pengecut dan bakhil, dan aku berlindung padaMu dari cengkaman hutang dan penindasan orang. (Sahih Bukhari)
DOA 5
لا إلهَ إلا أنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظّالِمِيْنَ
Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minaz zholimin.
Artinya:
Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah dari pada orang-orang yang menganiaya diri sendiri. (QS. al-Anbiya’ : 87)
DOA 6
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Rabbish rahli sadri. Wayassirli amri. Wahlul uqdatam millisani. Yafqahu qauli
Artinya:
Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah bagiku urusanku, dan lancarkanlah lidahku supaya mereka faham ucapanku. (QS. Taha : 25-28)
DOA 7
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallah wanikmal wakil
Artinya:
Cukuplah Allah sebagai Pelindung kami (QS. al-Imran : 173)
Demikianlah 7 doa penghilang stres, sedih, dan gelisah. Semoga bermanfaat.

Baca juga: klik=> Kisah islami

LIMA KEBAHAGIAAN DI DUNIA DAN AKHIRAT

‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a. mengatakan:
خَمْسٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ سَعَدٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ أَوَّلُهَا أَنْ يَذْكُرَ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسَوْلُ اللهِ وَقْتًا بَعْدَ وَقْتٍ وَ إِذَا ابْتُلِيَ بِبَلِيَّةٍ قَالَ إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ وَ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيَّ الْعَظِيْمِ وَ إِذَا اُعْطِيَنِعْمَةً قَالَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ شُكْرًا لِلنِّعْمَةِ وَإِذَا ابْتَدَأَ فِي شَيْءٍ قَالَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِوَ إِذَا أَفْرَطَ مِنْهُ ذَنْبًا قَالَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
"Orang yang memiliki lima perkara berikut ini akan bahagia di dunia dan di akhirat, yaitu:
1) Banyak-banyak mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallah Muhammadur rasulullah.’ (Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah);
2) Setiap kali ditimpa musibah mengucapkan: ‘Innaa lillaahi wa innaa ilahi raji’uun, wa laa haula wa laan quwwata illa billlahil ‘Aliyyil ‘Azhiim (Sesungguhnya kami ini milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali, tiada daya  dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung);
3) Ketika menerima nikmat dari Allah mengucapkan: ‘Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.’ (segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta Alam), sebagai bentuk syukur (lisan);
4) Ketika memulai suatu pekerjaan mengucapkan "bismillahirrahmanirrahim"( Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
5) Setiap melakukan dosa, ia mengucap: ‘Astaghfriullahal ‘azhiim, wa atuubu ilah.’ (Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya).”
Berkaitan dengan perkara pertama, Rasulullah SAW bersabda:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ حَالٍ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَمَلٌ أَحَبَّ إِلَى اللِه وَلَا أَنْجَى لِعَبْدٍ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ
“Perbanyaklah kalian berdzikir kepada Allah swt dalam segala keadaan, karena sesungguhnya tidak ada amal yang lebih dicintai oleh Allah dan lebih menyelamatkan seseorang dari semua keburukan dunia dan akhirat daripada berdzikir kepada Allah.” (HR. Ibnu Sharshari)
Berkaitan dengan perkara kedua, Rasulullah SAW bersabda :
لَا تُكْثِرُوْا الْكَلَامَبِغَيْرِ  ذِكْرِ اللهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ قَسْوَةُ الْقَلْبِ وَ إِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى
“Janganlah kalian banyak bicara selain berdzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak berbicara selain berdzikir dapat menyebabkan hati keras, padahal manusia yang jauh dari nikmat Allah adalah orang yang memiliki hati yang keras.” (HR. al-Tirmidzi)
Berkaitan dengan perkara ketiga, Rasulullah SAW bersabda:
أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللهَأَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ
“Ucapan yang paling disenangi oleh Allah ada empat, yaitu; subhanallah, al-hamdulillaah, laa ilaaha illallah, dan Allahu akbar. Tidak masalah bagimu untuk memulai dari lafazh yang mana dalam mengucapkannya.” (HR. Muslim dan Nasa’I) 
قُوْلُوْا لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَ قُوْلُوْاسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَ قُوْلُوْا تَبَارَكَ اللهُ فَإِنَّهُنَّ خَمْسٌ لَايَعْدِلُهُنَّ شَيْءٌ
“Ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’ dan ‘Allahu akbar’; ucapkanlah ‘subhaanallah’ dab ‘al-hamdulillah’; dan ucapkanlah ‘tabaarakallah.’ Sebab semua ucapan itu merupakan lima perkara yang tidak ada perkara lain yang bisa menyamainya.” (HR. Ibnu Sharshari)
Berkaitan dengan perkara keempat, Rasulullah SAW  bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللهِ فَهُوَ أَقْطَعُ
“Setiap perbuatan baik yang di dalamnya tidak dimulai dengan pujian kepada Allah, maka perbuatan tersebut terputus (dari rahmat Allah).” (HR. Ibnu Hibban)
كُلَّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perbuatan baik yang di dalamnya tidak dimulai dengan bacaan basmalah, maka perbuatan terputus (dari rahmat Allah).” (HR. Abu Dawud)
Berkaitan dengan perkara kelima, Rasulullah SAW bersabda:
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى دَائِكُمْ وَ دَوَائِكُمْ إِنَّ دَاءَكُمْ الذُّنُوْبُ وَ دَوَائَكُمْ الْاِسْتِغْفَارُ
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian mengenai penyakit kaluann dan obatnya untuk kalian?” bahwasanya penyakit kalian adalah berbuat dosam sedangkan obatnya adalah beristighfar.” (HR. ad-Dailami)
مَنْ لَزِمَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَ رَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa selalu membaca istighfar, maka Allah akan menjadikan untuk dirinya jalan keluar dari semua kesulitan, menjadikan kegembiraan dari semua kesusahan, dan akan member rezeki kepadanya dari jalan yang tak diduga-duga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,dan Ibnu Majah)
عَلَيْكُمْ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ الْاِسْتِغْفَارُ فَأَكْثِرُوْا مِنْهُمَا فَإِنَّ إِبْلِيْسَ قَالَ أَهْلَكَتْ النَّاسُ بِالذُّنُوْبِ وَ أَهْلَكُوْنِيْ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ الْاِسْتِغْفَارُ فَلَمَّا رَأِيْتُ ذَلِكَ أَهْلَكْتُهُمْ بِالْأَهْوَاءِ فَهُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُوْنَ
“Hendaklah kalian banyak mengucapkan ‘laa ilaaha illallah dan beristighfar, sebab iblis berkata: ‘Aku membinasakan manusia dengan merayunya untuk berbuat dosa, namun mereka membinasakanku dengan kalimat laa ilaaha illallah dan beristighfar. Ketika aku melihat yang seperti itu, maka aku akan membinasakan mereka dengam merayunya untuk mengikuti hawa nafsu mereka yang dengan begitu mereka menyangka bahwa mereka dalam petunjuk.” (HR. Ahmad dan Abu Ya’la)
Al-Faqih Abu Laits r.a. berkata: “Barang siapa memelihara tujuh perkara, maka ia akan menjadi orang yang mulia di sisi Allah dan di hadapan para malaikat; Allah akan mengampuni dosanya meski banyaknya seperti buih lautan; ia akan merasakan nikmatnya melaksanakan ketaatan; dan hidup-matinya akan berada dalam kebaikan. Ketujuh perkara itu adalah
1) Membaca basmallah setiap akan melakukan sesuatu;
2) Membaca hamdalah setiap kali selesai mengerjakan sesuatu;
3) Membaca istighfar setiap kali melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat;
4) Mengucapkan insya Allah setiap kali berjanji untuk melakukan sesuatu;
5) Mengucapkan laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim setiap kali menemukan sesuatu yang tidak disenangi;
6) Mengucapakan innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun setiap kali tertimpa musibah; 
7) Banyak-banyak membaca laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah, baik siang hari maupun malam hari.”
---Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad.


Koleksi Simple Sunnah Rasulullah SAW.

Simple Sunnah - 1
1. Masuk tandas kaki kiri dan keluar kaki kanan.
2.Tutup kepala bila masuk tandas.
Simple Sunnah - 2
1. Kibaskan tempat tidur.
2. Permulaan tidur mengiring sebelah kanan.
3. Kepala menghadap kiblat.
4. Baca doa tidur.
Simple Sunnah - 3
1. Minum dengan tangan kanan.
2. Minum duduk.
3. Minum niat kerana Allah dan baca Bismillah.
Simple Sunnah - 4
1. Datang awal ke masjid.
2. Berjalan kaki ke masjid.
3. Berwuduk dari rumah.
4. Baca doa masuk dan keluar masjid.
Simple Sunnah - 5
1. Masuk tandas pakai alas kaki.
2. Buang air duduk.
3. Masuk tandas tak boleh lama2.
4. Jangan makan & minum&hisap rokok  dalam tandas.
Simple Sunnah - 6
1. Bangun tidur baca doa bangun tidur atau ucap syukur.
2. Kemas tempat tidur.
3. Bersihkan diri.
Simple Sunnah - 7
1. Masuk masjid kaki kanan keluar kaki kiri.
2. Jika ada sampah dalam masjid kutip dan buang. 1 sampah 1 bidadari di syurga kelak.
3. Bila masuk masjid niat iktikaf, semua perkara yg di buat dalam masjid akan dikira sebagai ibadah.
Simple Sunnah - 8
1.Baca Bismillah sebelum memakai baju atau doa ringkas; Ya Allah, aku memohon dari engkau kebaikan dari berpakaian ini.
2. Bila memakai pakaian mulakan dengan sebelah kanan.
3. Melabuhkan pakaian.
4. Jangan memakai pakaian untuk tujuan riak.
5. Memakai pakaian yang menunjukkan simbolik seorang muslim.
Simple Sunnah - 9
1. Sebelum tidur ambil wuduk.
2. Maafkan semua kesalahan org lain dan halalkan hutang piutang.
3. Jika mimpi baik bangun doa supaya dipercepatkan.
4. Jika mimpi buruk bangun buat isyarat ludah kekiri dan doa dijauhkan.
Simple Sunnah - 10
1. Pakai selipar kaki kanan dahulu dan buka dengan kaki kiri dahulu.
2. Beri salam 3 kali bila bertamu kerumah sahabat2.
3. Bila marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, bila marah dalam keadaan duduk hendaklah berbaring hingga marah 2 hilang.
4. Bila marah ambil wuduk.
Simple Sunnah - 11
1. Tutup aurat ketika memasak.
2. Adun atau kacau makanan dari kanan ke kiri.
3. Jangan buka keseluruhan penutup periuk atau bekas minuman ketika ambil nasi atau air.
4. Ketika sedang memasak, perbanyakkan zikir dan menyebut kebesaran Allah (baik untuk ibu yg ingin membentuk anak2).
Simple Sunnah - 12
1. Basuh tangan sebelum makan.
2. Makan buah dahulu baru makan nasi.
3. Makan secara berjemaah, makan dengan family lagi ramai lagi berkat rezeki tu.
4. Makan makanan yg ada dihadapan jangan capai yg jauh2.
Simple Sunnah - 13
1. Memotong kuku pada hari Jumaat.
2. Memperbanyakkan doa antara imam berkhutbah hingga Asar.
3. Mandi sunat Jumaat.
4. Memakai pakaian terbaik untuk sembahyang Jumaat.
5. Memakai wangi wangian.
Simple Sunnah - 14
1. Makanan sunnah; susu, madu, barli dan kurma.
2. Makan bermula dari tepi kemudian tengah.
3. Hisap jari selepas makan (sunnah 3 jari).
4. Selepas makan terus basuh pinggan.
5. Puasa Isnin dan Khamis.
Simple Sunnah - 15
1. Baca Bismillah dan Alhamdulillah setiap kali sedutan.
2. Jangan gunakan cawan yg sumpik atau pecah.
3. Jangan tiup kedalam air panas untuk sejukkannya.
4. Jangan minum dalam bekas yg besar seperti jug air dan botol yg besar.
Simple Sunnah - 16
1. Semaikan rasa ingin berjuang di jalan Allah SWT.
2. Berazam untuk terus beristiqamah mempertahankan Islam.
3. Berusaha untuk mendaulatkan Islam di setiap peringkat.
4. Jangan melangkaui arahan dan perintah Allah SWT serta sunnah Rasulullah SAW.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam...

Baca juga: klik=> LIMA KEBAHAGIAAN DI DUNIA DAN AKHIRAT

MERAIH PINTU TAUBAT

Jangan mengundur-undur waktu taubat..
Jangan sampai kita kehilangan  kesempatan taubat.
وعَنْ أبي عَبْدِ الرَّحْمن عَبْدِ اللَّهِ بنِ عُمرَ بن الخطَّاب رضيَ اللهُ عنهما عن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "إِنَّ الله عزَّ وجَلَّ يقْبَلُ توْبة العبْدِ مَالَم يُغرْغرِ "رواه الترمذي وقال: حديث حسنٌ.
Dari Abu Abdur Rahman yaitu Abdullah Ibn Umar Ibn al-Khaththab -Radhiyallahu 'anhu- dari Nabi -Shallallahu 'alaihi wa sallam-  bersabda, “Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- itu menerima taubatnya seseorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya.” (Diriwayatkan oleh al-Tirmizi dan beliau berkata bahwa ini adalah Hadis hasan)
Hadits ini merupakan penjelasan salah satu batas waktu diterimanya taubat yaitu ketika sakratul maut.
Tatkala ruh telah sampai di tenggorokan , malaikat maut tepat berada di atas kepalamu, nafasmu tersengal-sengal, nyawamu meregang, mulutmu terkunci, anggota badanmu lemas, lehermu berkeringat, matamu terbelalak, disaat itulah pintu taubat ditutup untukmu. Keimananmu tidak akan bermanfaat dan yang tinggal hanyalah penyesalan yang mendalam karena tidak beramal sholeh.
Sebagaimana yang Allah -Azza wa Jalla- firmankan,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ  لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata : "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal saleh pada apa yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”
(QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Sungguh banyak dari kita yang lalai dari mengingat kematian sehingga enggan untuk bertaubat. Terkadang kita dikagetkan oleh jenazah yang melintas, namun kita main-main ketika jenazah sudah pergi tanpa bekas.
Seperti takutnya segerombolan kambing dari serangan serigala. Serigala pergi, merekapun kembali lagi bersuka ria.
Namun pernahkah kita memikirkan saat-saat seperti itu? yaitu saat engkau berada dalam tekanan sakratul maut.
Tentu saat ini engkau akan berucap dalam hatimu saya akan mengucapkan, “Laa ilaaha illallahu”. Tidak mungkin wahai saudaraku, jika engkau masih tetap lalai dan berpaling dari kebenaran hingga saat-saat kematianmu.
Tentu engkau tidak akan mampu mengucapkannya, bahkan kamu akan berharap untuk dihidupkan kembali.
Karenanya, sebelum semuanya terlambat, selamatkanlah dirimu!
Bersegeralah untuk bertaubat karena kita tidak mengatahui kapankah ajal menjemput.
Yakinlah bahwa dunia ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada akhirat yang justru di sanalah kehidupan yang sesungguhnya. Tempat pembalasan amal perbuatan ketika di dunia dengan seadil-adilnya.
FAEDAH :
1. Taubat tidak akan diterima ketika sakratul maut.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. An-Nisaa : 17-18 )
Oleh karenanya, Allah -Azza wa Jalla- tidak menerima taubat fir’aun tatkala ia tenggelam.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ  آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia : "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS. Yunus: 90-91)
Hadaanallah wa iyyakum...


Sejauh mana adzan terdengar

Dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, hadits no. 1066 dan 1067 menjelaskan keutamaan Shalat Berjamaah. Berikut haditsnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : أَتَى النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – رَجُلٌ أعْمَى ، فقَالَ : يا رَسُولَ اللهِ ، لَيسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إلى الْمَسْجِدِ ، فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – أنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّي فِي بَيْتِهِ ، فَرَخَّصَ لَهُ ، فَلَّمَا وَلَّى دَعَاهُ ، فَقَالَ لَهُ : (( هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟ )) قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : (( فَأجِبْ ))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di rumahnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya, ‘Apakah engkau mendengar panggilan shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka penuhilah panggilan azan tersebut.’
(HR. Muslim, no. 503)
عَنْ عَبْدِ اللهِ – وَقِيْلَ : عَمْرٌو بْنُ قَيْسٍ – المعْرُوْفُ بِابْنِ أُمِّ مَكْتُوْمٍ المؤَذِّنُ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – أنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ ، إنَّ المَدينَةَ كَثِيْرَةُ الهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ . فَقَالَ رَسُول اللهِ – صلى الله عليه وسلم – : (( تَسْمَعُ حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ حَيَّ عَلَى الفَلاحِ ، فَحَيَّهلاً ))
Dari ‘Abdullah -ada yang mengatakan, “Amr bin Qais -yang dikenal sebagai Ibnu Ummi Maktum sang muazin radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya di Madinah banyak terdapat singa dan binatang buas.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah engkau mendengar hayya ‘alash shalah, hayya ‘alal falah? Maka penuhilah.’”
(HR. Abu Daud, no. 553; An-Nasa’i, no. 852. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih). 
Hayyahalaa dalam hadits maksudnya adalah penuhilah. Hayyahalaa adalah bentuk isim fi’il amar.
Hadits tersebut  menunjukkan wajibnya shalat berjamaah bagi pria ketika mampu menghadirinya walaupun seorang buta dan tidak punya penuntun. Jika mendengar azan sudah diwajibkan shalat berjamaah ke masjid.

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Kami memandang orang yang enggan shalat berjamaah adalah orang munafik yang jelas kemunafikannya. (Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm. 124).
Ibnu Mas’ud, juga dari Abu Musa Al-Asy’ari dan Ibnu ‘Abbas menyatakan hal yang sama, “Siapa yang mendengar seruan azan lantas ia tidak mendatanginya padahal tidak ada uzur, maka tidak ada shalat untuknya.” (Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm. 124-125)
‘Ali mengatakan, “Tidak ada shalat bagi tetangga masjid kecuali di masjid.” Ada yang bertanya, “Siapa itu tetangga masjid?” ‘Ali menjawab, “Siapa saja yang mendengar azan.” (Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm. 125)
Ummul Mukminin ‘Aisyah mengatakan, “Siapa yang mendengar azan kemudian ia tidak memenuhi panggilan azan tersebut, ia tidak mendapatkan kebaikan.” (Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm. 125)
Imam Syafi’i sebagaimana disebutkan dalam Mukhtashar Al-Muzani mengatakan, “Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberikan keringanan untuk ditinggalkan kecuali ada uzur.” (Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, hlm. 107)
Itulah tentang hukum berjamaah di masjid bagi orang yang sempat mendengar azan, pendapat pendapat yang dinukil di atas adalah pendapat parah ulama besar. Kata akhirnya adalah, apakah kita yang dipilih Allah , untuk mendapatkan rahmat-Nya sehingga dimudahkan dan disempatkan untuk beribadah dalam bentuk shalat berjamaah di masjid.


Keistimewaan orang yang berjalan menuju masjid

*1. Akan mendapat cahaya di hari kiamat*
Rasulullah bersabda:
"Berilah kabar gembira kepada orang orang yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid dengan cahaya yang akan diperolehnya dihari kiamat".
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
*2. Disediakan baginya rumah di surga*
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa yang berjalan menuju ke masjid (untuk shalat) dan pulang setelahnya maka Allah akan menyediakan rumah disurga untuknya, baik ketika pergi maupun pulang".
(HR. Ahmad)
*3. Setiap langkahnya menghapus satu dosa dan langkah yang satunya mengangkat satu tingkat derajat untuknya*
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa bersuci dirumahnya lalu pergi ke masjid untuk menunaikan shalat yg telah Allah wajibkan kepadanya, maka setiap langkahnya menghapus satu dosa dan langkah yang satunya mengangkat satu tingkat derajatnya". (HR. Muslim)
*4. Menghapus dosanya dan mengangkat derajatnya*
Rasulullah bersabda:
"Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa dosa dan mengangkat derajat?" Para sahabat berkata, Tentu wahai Rasulullah
Rasulullah pun bersabda:
"Menyempurnakan wudhu pada saat saat yang tidak disukai (seperti disaat dingin), banyak melangkahkan kakinya menuju ke masjid dan menunggu shalat setelah shalat, itulah yang namanya ribath (mencurahkan diri dalam ketaatan)".
(HR. Muslim)
*5. Mendapat pahala yang paling besar/dilipat gandakan pahalanya*
Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling besar pahalanya didalam shalat adalah yang paling jauh dia berjalan menujunya. Maka orang yang paling jauh dan menunggu shalat sampai ia melaksanakannya imam lebih besar pahalanya daripada orang yang shalat kemudian tidur".
(HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: klik=> Pakaian menurut islam islam

Friday, April 27, 2018

Pakaian menurut islam islam

Pakaian adalah untuk menyempurnakan perintah allah, yaitu untuk menutup aurat dan sebagai hijab. Pakaian yang memudahkan untuk taat, sulit berbuat maksiat, dan tidak mengundang orang lain bermaksiat. Cara berpakaian dan pakaian yang disunnahkan oleh rasulullah, tidak menyerupai pakaian dan cara berpakaian ahlul batil.
Rasulullah saw bersabda:
Bukan bagian dari kami, orang yang menyerupai selain kami."
Abdullah bin amr R.a berkata, "rasulullah pernah melihat dua helai pakaian yang tercelup dengan usfur (warna kuning), lalu beliau bersabda, 'sesungguhnya ini termasuk dari pakaian orang orang kafir, maka janganlah eungkau memakainya."(H.R muslim) dalam riwayat lain, bahkan rasulullah menganjurkan agar membakarnya ketika anas bertanya, "apakah aku harus mencucinya?"
Rasulullah bersabda, "hindarilah bersenang-senang dan mengenakan pakaian orang ajam."(H.R ahmad)
"hindarilah pakaian orang ajam dan kenikmatan mereka."
Umar juga menulis surat kepada kaum muslimin yang bermukim di negri parsi, bahwa hindarilah oleh kalian hidup bermewah-mewah dan memakai pakaian orang-orang musyrik."(H.R bukhari muslim).
Ketika abu bakar datang menghadap rasulullah dengan berpakaian dari kain sejenin goni dan kancing jubahnya dari duri, maka allah mengutus malaikat dengan berpakaian seperti yang dikenakan oleh abu bakar untuk menyampaikan salam kepada abu bakar melalui rasulullah. Beliau berkata, "hai sahabatku, allah telah ridha kepadamu dan apakah eungkau juga ridha kepadanya?" abu bakar langsung menjawab, "aku sangat ridha, ya rasulullah."
Umar ketika berkhutbah memakai pakaian yang bertambal, bahkan lengan jubahnya yang kepanjangan ia potong dengan pedangnya, lalu ia jahit sendiri. Padahal dia seorang khalifah. Kadangkala berfikir ingin berpakaian sederhana, sehingga pakaian setengah jadi (tanpa lengan atau kancing) dikenakan.
Rasulullah bersabda, "dan wanita wanita yang berpakaian tetapi telanjang  yang (berjalan melenggak-lenggok) cenderung kepada perbuatan maksiat dan menarik orang lain ke arah perbuatan maksiat. Mereka itu tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya, padahal syurga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(H.R muslim).


TANYA JAWAB HUKUM MENCIUM MUSHAF

PERTANYAAN :
Assalamu'alaykum... BERDOSAKAH SAYA : sebelum membuka Al qur'an dan sebelum Menutup dan setelah menutup Al Qur'an q mencium Al Qur'an. Sehabis dipengajian q beli buku paduan Dzikir, nah waktu malam q buka bukuny dan berdzikir setelah Dzikir Q tutup bukunya dan q menciumnya, q tidak sadar ternyata disampul buku ada foto Penulisnya (yang mengisi acara pengajian). Apakah qu berdosa mencium gambar fotonya seorang kiyai ? Terima kasih..
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam. Mencium MUSHAF/ALQURAN hukumnya BOLEH bahkan sebagian ulama ada yang menyatakan SUNAH. MENCIUM MUSHAF :
6246 - يستحب تقبيل المصحف لأن عكرمة بن أبي جهل رضي الله عنه كان يفعله وبالقياس على تقبيل الحجر الاسود ذكره بعضهم ولأنه هديه من الله تعالى فشرع تقبيله كما يستحب تقبيل الولد الصغير
Disunahkan mencium mushaf karena sahabat ‘Ikrimah Bin Abu Jahal ra melakukannya dan dengan diqiyaskan pada mencium Hajar Aswad dan karena mushaf adalah sumber hidayah dari Allah maka disyariatkan menciumnya seperti kesunahan mencium anak kecil. [ Al-Itqaan Fii ‘Uluum al-Quraan II/458 ].
ج - تَقْبِيل الْمُصْحَفِ :
13 - ذَكَرَ الْحَنَفِيَّةُ : وَهُوَ الْمَشْهُورُ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ - جَوَازُ تَقْبِيل الْمُصْحَفِ تَكْرِيمًا لَهُ ، وَهُوَ الْمَذْهَبُ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ ، وَرُوِيَ عَنْ أَحْمَدَ اسْتِحْبَابُهُ ، لِمَا رُوِيَ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ : كَانَ يَأْخُذُ الْمُصْحَفَ كُل غَدَاةٍ وَيُقَبِّلُهُ ، وَيَقُول : عَهْدُ رَبِّي وَمَنْشُورُ رَبِّي عَزَّ وَجَل ، وَكَانَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُقَبِّل الْمُصْحَفَ وَيَمْسَحُهُ عَلَى وَجْهِهِ .
Kalangan Hanafiyyah (pendapat ini juga mashur dikalangan Hanabilah) bolehnya mencium mushaf sebagai bentuk penghormatan padanya, pendapat ini yang dijadikan madzhab dikalangan Hanabilah bahkan diriwayatkan dari Imam Ahmad akan kesunahannya berdasarkan riwayat dari Umar ra “Adalah Umar setiap pagi mengambil mushaf dan menciumnya seraya berkata : Perjanjian dan surat dari Tuhanku ‘Azza wa Jalla”. “Adalah Utsman ra mencium mushaf dan mengusapkan pada muka mukanya”. [ al-Mausuuah al-Fiqhiyyah XIII/133 ].
( ويندب كتبه وإيضاحه ) أي تبيين حروفه ، واستدل السبكي على جواز تقبيل المصحف بالقياس على تقبيل الحجر الأسود ويد العالم والصالح والوالد ، إذ من المعلوم أنه أفضل منهم قال الدميري
( Disunahkan menulis dan memperjelas tulisan mushaf ) Imam As-subky menarik kesimpulan akan bolehnya mencium mushaf dengan mengqiyaskan pada mencium Hajar Aswad, tangan orang Alim, tangan Orang Shalih, tangan orang tua karena sudah maklum bahwa mushaf lebih utama ketimbang semuanya. [ Tuhfah al-Habiib I/551 ].
Wallaahu A'lamu Bis Showaab.


Thursday, April 26, 2018

TANYA JAWAB Seputar "Yaasin" dan "Yaasin Fadhilah"

PERTANYAAN :
Riwayat "Yasin fadlilah" itu dari mana dan apa faedah membacanya ?
JAWABAN :
Yasin Fadhilah itu tertib ( penyusunan runtut ) dari Ulama layaknya semacam "Rotib Haddad" dsb.. lihat Abwabul Faraj karya S.Mhmd ibn 'alawi al Maliki hal.100, dalam kitab itu juga dijelaskan khasiatnya antara lain : insya Allah tercapainya hajat, mudah segala urusan, bebas dari kesusahn dan hal yang memprihatinkan, selamat dari malapetaka dsb.
Dalam lingkungan madzhab asy-Syafi’i, jika seseorang dalam keadaan akan meninggal atau sakaratul maut, maka sunah dibacakan Surat Yasin sebagai wasilah dan harapan untuk meringankan beban yang dialaminya. Hadits yang dijadikan dasar hukum ini adalah sabda Rasulallah berikut:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ
“Bacakanlah Yasin di samping orang yang akan mati kalian.”
Status shahih hadits tentang pembacaan Surat Yasin di samping orang yang sedang sakaratul maut yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasa’i, Ahmad dan al-Hakim ini masih diperselisihkan ulama ahli hadits. As-Suyuthi menilai hadits hasan dalam al-Jami’ ash-Shaghir [no. 1344] dan Imam an-Nawawi mengatakan dha’if yang didukung oleh ad-Daraquthni. Namun, Abu Dawud tidak memberikan komentar dha’if pada hadits yang sudah di riwayatkannya tersebut. Sementara Ibnu Hibban menilai hadits tersebut adalah shahih. Abu Dawud dalam Sunan-nya tidak berkomentar dha’if, artinya menurut kaidah sebagian ulama, ketika Abu Dawud tidak memberi komentar dha’if dalam hadits yang dibawakannya, maka hadits tersebut berkisar antara shahih dan hasan menurutnya.
Sedangkan hadits shahih dan hasan sendiri dapat dijadikan hujjah apalagi hanya dalam kapasitas keutamaan amal. Jika ketetapan ini diterima, maka ketika di temukan hadits riwayat Abu Dawud dan beliau tidak memberikan komentar dha’if, maka berarti hadits tersebut tidak dinilai dha’if oleh beliau. Andaipun hadits di atas dha’if, namun tetap bisa diamalkan sebagai fadha’ilul ’amal, apalagi jika masih ada ahli hadits yang menilai hasan atau shahih. Selain itu, hadits di atas dikuatkan hadits riwayat al-Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar yang dinilai as-Suyuthi shahih berikut:
مَنْ قَرَأَ يَس يُرِيدُ بِهَا وَجْهَ اللهِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ فاقْرَءُوها عند مَوْتَاكُمْ
“Siapa yang membaca Yasin karena Allah, maka dosa-dosanya yang telah lampau diampuni Allah. Bacalah surat tersebut di samping orang yang akan meninggal”. Sebetulnya, sunah membaca Surat Yasin tersebut masih diperdebatkan ulama, ada yang mengatakan khusus untuk orang yang akan meninggal dunia (pendapat mayoritas ulama) dan ada pula yang mengatakan sunah dibaca untuk orang yang sudah meninggal dunia juga. Bahkan ath-Thabari mengatakan bahwa mengkhususkan hadits tersebut untuk orang yang akan meninggal dunia adalah tidak ada dalilnya.
Rujukan :
Al-Adzkar hlm. 131-132.
Faidh al-Qadir juz 2 hlm. 85.
Ibanah al-Ahkam juz 2 hlm. 151.
Al-Adzkar hlm. 15.
Faidh al-Qadir juz 6 hlm. 246.
Lihat Faidh al-Khabir fi ‘Ilm at-Tafsir hlm. 175
Mengenai membaca Yasin itu sudah jelas dalam uraian itu.. Mengenai membaca "Yasin Fadlilah" pada tahun 1990 Musyawarah MMPP-RMI di Ponorogo.. Pada saat itu Pertanyaan datang dari PP.Sidogiri dan hasil rumusan jawabannya : Mencampur bacaan do'a-do'a dalam surat yasin hukumnya boleh.. Pencetusnya adalah Syaekh al-Buni dalam kitab al-Fawaid hal.5. Ketentuan ini sebagaimana diperkenankan mencampur al-Qur'an dengan tafsir ( lihat al Fatawi al-Haditsiyah karya Ibnu Hajar hal. 331 ).


TANYA JAWAB Dinamika Tadarusan alQuran

PERTANYAAN :
Bagaimana hukumnya membaca (tadarus) al-quran dengan suara yang jelas di musholla atau masjid dan terdengar orang lain yang masih sedang sholat wajib atau sunah ?
JAWABAN :
Memang tak asing ditelinga kita mendengar kata “TADARUSAN”. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan tadarusan ??
Secara garis besar, TADARUSAN adalah membaca al-Qur’an dengan secara bergiliran melibatkan dua pihak (pembaca dan penyimak) dengan mengeraskan suara. Lalu bagaimana hukum membaca al-Qur’an dengan bergiliran seperti itu, apakah hal ini merupakan suatu bid’ah atau bukan? Imam Nawawi, dalam kitab beliau, at-Tibyan (sebuah kitab salaf yang menerangkan tentang adab dan tata cara menjaga al-Qur’an) menjelaskan sebagai berikut:
[فصل] فى الإدارة بالقران :
وهو أن يجتمع جماعة يقرأ بعضهم عشرا، أوجزأ اوغير ذلك، ثم يسكت ويقرأ الاخر من حيث انتهى الأول، ثم يقرأ الاخر، وهذا جائزحسن، وقد سئل مالك -رحمه الله تعالى- عنه، فقال : لا بأس به.
التبيان فى اداب حملة القران، تأليف : ابي زكريا يحيا بن شرف الدين النووى الشافعى
”[Pasal : membaca al-Qur’an sambung-menyambung secara bergantian]
Yaitu sejumlah orang berkumpul, sebagian dari mereka membaca sepuluh ayat atau sebagian atau selain itu, kemudian diam (menyimak) dan yang lain meneruskan pembacaan, kemudian yang lain membaca. Ini adalah boleh dan baik. Imam Malik RA telah ditanya dan beliau menjawab: ”Tidak ada masalah dengan hal seperti ini”. Begitulah beliau, Imam Nawawi menjelaskan perihal ”KEBAIKAN” dalam TADARUS-AN ini. Heran, ada saja segelintir orang yang membid’ahkan TADARUS-AN yang sudah jelas ini adalah amalan salafuna as-Saleh.
Kemudian bagaimana dengan mengeraskan bacaan al-Qur’an ??
Kerap kali terdengar omongan2 miring dari segelintir orang, perihal mengeraskan pembacaan al-Qur’an dengan keras, seperti pertanyaan, ”kenapa jika tadarus dengan mengeraskan suara????B...ukankah hal ini mengganggu kenyamanan pemeluk agama lain???”
Sering kali kita dibuat miris dengan pertanyaan semacam ini, yang sejatinya pertanyaan seperti itu hanyalah pertanyaan yang menghalangi syiar Islam berkembang di seantero jagad raya ini, wa bil khusus, di bumi Nusantara tercinta ini.
Mari, sejenak kita simak baik-baik, menilik kembali isi kandungan dalam kitab at-Tibyan tentang persoalan semacam ini.
[فصل] فى رفع الصوت بالقراءة
هذا فصل مهم ينبغى أن يعتنى به. اعلم انه خاء أحاديث كثيرة فى الصحيح وغيره دالة على استحباب رفع الصوت بالقراءة، وجاءت اثاردالة على استحباب الإخفاء، وخفض الصوت.
...”[Pasal : membaca al-Qur’an dengan suara keras]
Ini adalah merupakan pasal yang PENTING dan PATUT DIPERHATIKAN. Ketahuilah, bahwa banyak hadits dalam kitab shahih dan lainnya menunjukan ANJURAN mengeraskan suara di waktu membaca (al-Qur’an).”
Dalam kitab beliau ini dijelaskan juga tentang beberapa atsar yang menunjukan anjuran merendahkan suara. Lhaaa kok bertentangan satu sama lain?? Untuk memahami akan hal ini, beliau (Imam Nawawi) menjelaskannya secara terperinci, dengan menghadirkan pendapat ulama, seperti yang tertera dalam keterangan berikutnya,
قال الإمام ابوحامد الغزالي وغيره من العلماء:
وطريق الجمع بين الأحاديث، والاثارالمختلفه في هذا، أن الإسرار أبعد من الرياء، فهو أفضل فى حق من يخاف ذلك، فان لم يخف الرياء فالجهر ورفع الصوت أفضل، لأن العمل فيه أكثر، ولأفائدته تتعدى إلى غره، والم...تعدي أفضل من اللازم، ولأنه يوقظ قلب القارئ، ويجمع همه إلى الفكرفيه، ويصرف سمعه إليه، ويطرد النوم، ويزيد فى النشاط ، ويوقظ غيره: من نائم وغافل، وينشطه. قالا:
فمهما حضره شيئ من هذه النيات، فلاهجر، أفضل، فإن اختمعت هذه النيات، تضاعف الاخر.
”Berkata, Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali dan ulama lainnya, Cara menggabungkan antara hadits-hadits dan atsar-atsar mengenai hal ini, ialah bahwa memelankan suara lebih jauh daripada riya. Merendahkan suara lebih utama bagi orang yang takut berbuat riya. Jika tidak takut berbuat riya, maka MENGERASKAN SUARA LEBIH BAIK karena lebih banyak diamalkan dan berfaedah meluas kepada orang lain. Maka yang demikian (mengeraskan suara hingga terdengar orang lain) LEBIH BAIK dari pada yang hanya mengenai diri sendiri. Dan karena bacaan dengan suara keras menggugah hati pembaca dan mengarahkan pendengarannya kepadanya, mengusir tidur, menambah kegiatan dan menggugah orang lain yang tidur dan orang-orang lali serta menggiatkannya.”
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang anjuran mengeraskan suara. Imam Nawawi dalam kitab beliau ini, mengemukakan beberapa hadits yang berkaitan dengan hal ini. Diantaranya, hadits yang diriwayatkan dalam kitab shahih dari Abu Hurairah, sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ما أذن لنبي، حسن الصوت، يتغنى بالقران يجهر به ( رواه البخاري و مسلم )
Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata, ”aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم Bersabda, ”Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu seperti yang didengarkan-Nya dari seorang Nabi yang bagus suaranya melagukan al-Qur’an dan MENGERASKAN SUARANYA.” (HR. Bukhari dan Muslim)
وعن ابي موسى ايضا قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إني لأعرف أصوات رفقة الأشعريين بالليل حين يدخلون، وأعرف منازلهم من أصواتهم بالقران بالليل، وإن كنت لم أرمنازلهم حين نزلوا بالنهار(رواه البخاري ومسلم)
Dan dari Abu Musa (al-Asy’ri ra.) bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku mengenal suara rombongan al-As’ariy di waktu malam ketika mereka masuk dan aku mengenal tempat-tempat mereka dari suara mereka ketika membaca al-Qur’an di waktu malam, meskipun aku tidak melihat tempat-tempat mereka ketika mereka berhenti di siang hari,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Naaah lhooo, bukan BID’AH to TADARUS-AN itu apalagi dengan mengeraskan suara, justru inilah amalan sunnah. Napa dianggep bid’ah ???
Terakhir, kami kutipkan keterangan Imam Nawawi dalam kitab beliau, at-Tibyan ini,
...قلت : وكل هذا موافق لما تقدم تقديره فى أول الفصل من التفصيل، ؤانه إن خاف بسبب الخهر شيئا مما يكره لم يخهر، وإن لم يخف استحب الخهر، إن كانت القراءة من جماعة مجتمعين تأكد استحباب الجهر لما قدمناه، ولما يحصل فيه من نفع غيرهم، والله أعلم
”Saya (Imam Nawawi) katakan, semua itu sesuai dengan rincian yang saya jelaskan secara terperinci di awal pasal ini [ فى رفع الصوت بالقراءة ]. Jika takut mengalami sesuatu yang tidak diinginkan dengan sebab mengeraskan suaranya, maka janganlah mengeraskan suara. Jika tidak takut mengalami hal itu, DIANJURKAN MENGERASKAN SUARA. Bilamana pembacaan dilakukan oleh jama’ah secara BERSAMA-SAMA, maka DIANJURKAN DENGAN SANGAT agar MENGERASKAN SUARA berdasarkan alasan yang lalu dan karena manfaat bagi orang lain. Dan Allah Maha Mengetahui...  *semoga yang sedikit ini bermanfa’at.
ayo tadarusan...


Tuesday, April 24, 2018

TANYA JAWAB Pendahuluan Arrohmaan Daripada Arrohiim Dalam Basmalah

PERTANYAAN :
Lihat Selengkapnya
Dalam basmalah suroh Al-fatichah : "Dengan menyebut asma Allah maha pngasih lagi maha penyanyang". Mengapa tidak disebut maha penyayang terlebih dahulu.. lalu maha pengasih ? bukankah apabila seorang hamba telah disayang maka akan dikasihi ?
JAWABAN :
Yang ane pernah dengar begini : Arrohman diartikan sbgai Maha pengasih di dunia dan akherat., Sedangkan Arrohim Maha penyayangnya Allah khusus di akherat mohon koreksi dan pencerahannya..
Syaivul Ma'ruv
Waquddima arrahmaan 'ala arrohiim liannahu khooshun...walihaadza yaa rohmaanuddun,ya liannahu ya'imu almu'minu wa alkaafiru wa alrohiimu alaakhiroh liannahu yukhoshshsul mu'min.. [ Nihayah azzayn hal 4 ].
Masaji Antoro
والرحمن الرحيم صفتان مشبهتان بنيتا للمبالغة من مصدر رحم والرحمن أبلغ من الرحيم لأن زيادة البناء تدل على زيادة المعنى كما في قطع بالتخفيف وقطع بالتشديد وقدم الله عليهما لأنه اسم ذات وهما اسما صفة وقدم الرحمن على الرحيم لأنه خاص إذ لا يقال لغير الله بخلاف الرحيم والخاص مقدم على العام
Lafadz ARRAHMAAN ARRAHIIM adalah sifat musyabbihat yang bentuknya berfaedah mubalaghoh, lafadz ARRAHMAAN lebih baliigh (sempurna maknanya) ketimbang lafadz ARRAHIIM karena penambahan huruf pada bentuk kalimat (biasanya) menunjukkan pada penambahan makna, seperti pada lafadz قطع (tanpa tasydiid artinya putus) dan lafadz قطع (dengan tasydiid artinya menjadi memutuskan.... membuat terputus-putus ).
Lafadz ‘ALLAH’ didahulukan atas keduanya (arrahmaan dan arrahiim) karena ‘ALLAH’ adalah isim dzat sedang keduanya isim sifat, lafadz ‘ARRAHMAAN’ didahulukan atas lafadz ‘ARRAHIIM’ karena lafadz ARRAHMAAN sifat yang khusus dimiliki oleh Allah karenanya tidak boleh bagi selain Allah disebut ARRAHMAAN berbeda dengan lafadz ARRAHIIM. [ Iqnaa Li as-Syarbiny I/6 ].


Ketentuan Memegang Mushaf Tanpa Wudhu Menurut "Maalikiyyah"

‎( المالكية قالوا : يشترط لحل مس المصحف أو بعضه بدون وضوء شروط : أحدها : أن يكون مكتوبا بلغة غير عربية أما المكتوب بالعربية فلا يحل مسه على أي حال ولو كان مكتوبا بالكوفي أو المغربي أو نحوهما ثانيها : أن يكون منقوشا على درهم أو دينار أو نحوهما مما يتعامل به الناس دفعا للمشقة والحرج ثالثها : أن يتخذ المصحف كله أو بعضه حرزا فإنه يجوز له أن يحمله بدون وضوء وبعضهم يقول : يجوز له حمل بعضه حرزا أما حمله كله حرزا بدون وضوء فهو ممنوع ويشترط لحمله حرزا شرطان : الأول : أن يكون حامله مسلما الثاني : أن يكون المصحف مستورا بساتر يمنع من وصول الأقذار إليه رابعها : أن يكون حامله معلما أو متعلما
فيجوز لهما مس المصحف بدون وضوء ولا فرق في ذلك بين المكلف وغيره حتى ولو كانت امرأة حائضا وفيما عدا ذلك فإنه لا يجوز حمله
Kalangan Malikiyyah berpendapat bolehnya memegang atau membawa baik secara keseluruhan atau sebagian mushaf al-Quran tanpa wudhu bila memenuhi ketentuan :
• Tertulis dengan selain bahasa arab
• Terukir dalam dinar, dirham atau hal-hal yang biasa dipergunakan untuk niaga karena untuk menghindari adanya masyaqqat dan dosa sebab sulitnya menghindarinya
• Tersimpan dalam sesuatu yang terjaga
Sebagian kalangan ini berpendapat “Boleh membawa quran dalam sesuatu yang terjaga bila hanya sebagian quran saja didalamnya namun bila kesemua yang terdapat dalam quran tetap tidak boleh membawanya tanpa wudhu
Dalam bolehnya membawa mushaf alquran dalam sesuatu yang terjaga menurut kalangan Malikiyyah di syaratkan ;
=> Pembawanya Muslim
=> Al-qurannya tertutup dengan sesuatu yang dapat mencegah dari kotoran.
• pengajar atau pelajar Quran
Boleh bagi mereka berdua membawa mushaf al-Quran meski tanpa wudhu baik bagi yang sudah mukallaf atau belum bahkan bagi wanita haid sekalipun.
Sumber : al-Fiqh ‘alaa Madzaahib al-Arba’ah I/48


AL QUR'AN DAN REALITAS KEHIDUPAN

  • Janganlah bersedih !! Jalani hidup dengan CINTA..!!  Semoga kita kian semangat dalam menjalani setiap episode KEHIDUPAN yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita dengan segenap CINTA dan KEIKHLASAN...

KENAPA AKU DIUJI...?
• QS : Al-'Ankabuut ayat 2-3 :
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta".

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN...?
• QS : Al-Baaqarah ayat 216 :
''Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui''.

KENAPA UJIAN SEBERAT INI...?
• QS : Al-Baaqarah ayat 286:
''Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya''.

RASA FRUSTASI...?
• QS : Al-'Imraan ayat 139:
''Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman''.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA...?
• QS : Al-'Imraan ayat 200 :
''Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung''.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA...?
• QS : Al-Baaqarah ayat 45 :
''Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',''

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI...?
• QS : At-Taubah ayat 111 :
''Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka''.

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP...?
• QS : At-Taubah ayat 129 :
''Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal''

AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI...!!!
• QS : Yusuf ayat 87 :
''dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir''.
''Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu''. (QS : An-Nisaa' ayat 86)
MARI KITA selalu BERBENAH dan terus BERBENAH untuk memepersembahkan yang terbaik dalam HIDUP INI... Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah... Dimanapun... Kapanpun dan dengan siapapun ... Selama Allah swt menjadi tujuan utama kita, Insya Allah kita akan menjadi hamba yang Dia cintai dan meraih kata BAHAGIA sebagaimana doa yang sering terlantun "untuk kebahagiaan DUNIA dan AKHIRAT....".


Monday, April 23, 2018

TANYA JAWAB MEMEGANG ALQURAN TANPA KEADAAN SUCI

PERTANYAAN:
Assalamu'alaikum. Dalam membaca kitab suci al qur'an ataupun memegangnya apakah wanita harus dalam keadaan suci ( tidak sedang haid-menstruasi ) dan mestikah harus berkeadaan belum batal dari wudhu kita ? Jazzakallah khoer
Jawaban:
Wa’alaikumsalam wr wb. HUKUM MEMEGANG ALQURAN TANPA KEADAAN SUCI
وَاتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى ُأَنَّ غَيْرَ الْمُتَوَضِّئِ يَجُوْزُ لَهُ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ أَوِ النَّظَرُ إِلَيْهِ دُوْنَ لَمْسِهِ، كَمَا أَجَازُوْا لِلصَّبِيِّ لَمْسَ الْقُرْآنِ لِلتَّعَلُّمِ؛ لِأَنَّهُ غَيْرُ مُكَلَّفٍ، وَالْأَفْضَلُ اَلتَّوَضُّؤُ. وَقَدْ حَرَّمَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ مَسَّ الْقُرْآنِ بِالْحَدَثِ الْأَصْغَرِ وَلَوْ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ، وَأَجَازَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ مَسَّهُ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ طَاِهِرَيْنِ.
"Para Ulama Ahli Fiqh (Hanafiyah, Syafi’iyyah, malikiyyah dan hanabilah) sepakat membolehkan membaca alQuran atau sekedar melihatnya meskipun tanpa wudhu tapi tidak menyentuhnya, mereka juga sepakat bagi anak-anak kecil juga dibolehkan memegang al Quran untuk belajar karena mereka masih belum mukallaf namun yang utama tetap memakai wudhu. Kalangan Malikiyyah dan Syafi’iyyah mengharamkan memegang al Quran saat seseorang menanggung hadats kecil meskipun memakai sarana ha`il (penghalang) atau kayu (tidak menyentuhnya secara langsung) namun kalangan Hanafiyyah dan Hanabilah membolehkannya asalkan penghalang dan kayunya suci dari najis." (Fiqhul Islamy, 1/395). Sumber Kitab : Al Fiqhul Islaamy wa Adillatuhuu 1/395.
DALIL DARI AL QURAN
إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيْمٌ (77) فِيْ كِتَابٍ مَكْنُوْنٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ (79) تَنْزِيْلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (80
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, diturunkan dari Rabbil ‘alamiin” (QS Al Waqiah 77-80). Dalam Tafsir Jalalain diterangkan:
"لَا يَمَسُّهُ" خَبَرٌ بِمَعْنَى النَّهْي "إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ" الَّذِيْنَ طَهَّرُوْا أَنْفُسَهمْ مِنْ الْأَحْدَاثِ
“LAA YAMASSUHUU” berupa khabar dengan makna larangan, sedang “ ILLAL MUTHAHHARUUN” adalah orang-orang yang mensucikan dirinya dari hadats. Sumber kitab: Tafsir Jalalain (bersama Hasyiyah Showi juz IV halaman 166, cetakan Daar Ihyaa al Kutub al ‘Arabiyyah) / halaman 717, maktabah syamilah.
Dalam Tafsir Ibn Katsier:
وَقَالَ آخَرُوْنَ " لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ" أَيْ مِنْ الْجَنَابَةِ وَالْحَدَثِ قَالُوْا وَلَفْظُ الْآيَةِ خَبَرٌ وَمَعْنَاهَا الطَّلَبُ قَالُوْا وَالْمُرَادُ بِالْقُرْآنِ هَهُنَا الْمُصْحَفُ كَمَا رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ اِبْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُسَافَر بِالْقُرْآنِ إِلَى أَرْضِ الْعَدُوِّ مَخَافَةَ أَنْ يَنَالَهُ الْعَدُوُّ . وَاحْتَجُّوْا فِي ذَلِكَ بِمَا رَوَاهُ الْإِمَامُ مَالِكٌ فِي مُوَطَّئِهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْن أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنَّ فِي الْكِتَابِ الَّذِيْ كَتَبَهُ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ " أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ " وَرَوَى أَبُوْ دَاوُد فِيْ الْمَرَاسِيْلِ مِنْ حَدِيْثِ الزُّهْرِيِّ قَالَ قَرَأْتُ فِي صَحِيْفَةٍ عِنْدَ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ " وَهَذِهِ وِجَادَةٌ جَيِّدَةٌ قَدْ قَرَأَهَا الزُّهْرِيُّ وَغَيْرُهُ وَمِثْلُ هَذَا يَنْبَغِي الْأَخْذُ بِهِ وَقَدْ أَسْنَدَهُ الدَّارَقُطْنِيّ عَنْ عَمْرو بْن حَزْم وَعَبْد اللَّه بْن عُمَر وَعُثْمَان بْن أَبِي الْعَاصِ وَفِي إِسْنَادِ كُلٍّ مِنْهَما نَظَرٌ واللهُ أَعْلَمُ
"Ulama lain mengatakan : LAA YAMASSUHUU ILLAL MUTHAHHARUUN, Maksudnya (orang-orang yang suci) dari janabah dan dari hadats. Mereka berkata bahwa yang dikehendaki al Quran disini adalah al Mushaf sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi melarang membawa Al Qur'an ke negeri musuh, karena beliau khawatir apabila nantinya akan diambil musuh. Mereka berhujjah dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa` dari ‘Abdullah ibn Abi Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, bahwasanya didalam kitab (surat) yang ditulis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Amr ibn Hazm: “Tidak boleh menyentuh al Quran kecuali orang yang suci.”
Dan Abu Dawud meriwayatkan dalam al Maraasil dari haditsnya az Zuhri, berkata: “Aku membaca di dalam Shahifah (lembaran) disisi Abu Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: WA LAA YAMASSU AL QUR`AANA ILLAA THAAHIRUN.” (dan tidak boleh menyentuh al Quran kecuali orang yang suci). Ini adalah penemuan tertulis yang bagus, yang telah dibacakan oleh Az Zuhri dan yang lainnya. Seperti inilah yang seyogyanya diambil (diamalkan). Imam Daraquthni mengambil sanad hadits tersebut dari 'Amr bin Hazm, dan Abdullah bin Umar, dan Utsman bin Abi al-'Ash. Setiap jalur sanad dari Abu Dawud dan Daraquthni ini perlu ditinjau ulang." (Tafsir Ibnu Katsir, 7/545). Sumber Kitab: Tafsir Ibnu Katsier juz VII halaman 545, maktabah syamilah.
Imam Ibnu Abi Syaibah dan Imam Addaara Quthni meriwayatkan : (sanad dan matannya Ibnu Abi Syaibah):
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ، عَنِ الأَعْمَشِ ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ ، عَن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ : كُنَّا مَعَ سَلْمَانَ فِي حَاجَةٍ ، فَذَهَبَ فَقَضَي حَاجَتَهُ ثُمَّ رَجَعَ ، فَقُلْنَا لَهُ : تَوَضَّأْ ، يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ لَعَلَّنَا أَنْ نَسْأَلَك عَنْ آيٍ مِنَ الْقُرْآنِ ؟ قَالَ : قَالَ : فَاسْأَلُوا ، فَإِنِّي لاَ أَمَسُّهُ ، إِنَّهُ لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ ، قَالَ : فَسَأَلْنَاهُ ، فَقَرَأَ عَلَيْنَا قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ.
"Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari A'masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid, berkata: kami bersama Salman dalam suatu hajat. Dan beliaupun pergi untuk buang hajat dan beliau kembali. Kamipun berkata kepada beliau,: “Berwudhulah Wahai Abu Abdillah, agar kami bisa bertanya kepadamu tentang ayat-ayat al Qur’an”. Abdurrahman bin Yazid berkata, beliau (Salman) berkata: “Silakan bertanya akan tetapi aku tidak akan menyentuhnya. “Sesungguhnya tidaklah menyentuhnya melainkan orang-orang yang disucikan”. Kami pun mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau dan beliau membacakan beberapa ayat kepada kami sebelum beliau berwudhu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah). Sumber Kitab: Mushannaf Ibnu Abu Syaibah juz I halaman 103, hadits nomor 1106, maktabah syamilah, dan  Sunan Addaara Quthni juz I halaman 124, maktabah syamilah.
Addaara Quthni berkata:
كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ
Semua rawinya tsiqoh.
DALIL DARI AL HADITS:
- Al Muwaththa:
بَاب الْأَمْرِ بِالْوُضُوءِ لِمَنْ مَسَّ الْقُرْآنَ
Bab Perintah wudhu bagi orang yang menyentuh al Quran
680 - حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ أَنَّ فِي الْكِتَابِ الَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
"Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abdullah bin Abu Bakr bin Hazm bahwa di antara isi surat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam yang beliau tulis untuk 'Amru ibn Hazm adalah, bahwasanya: "Tidak ada yang boleh menyentuh al Quran kecuali yang bersuci.". Sumber Kitab: Tanwiirul Hawaalik juz I halaman 203-204, cetakan Toha Putera Semarang / Muwaththa`u Maalik juz II halaman 278, maktabah syamilah.
Dalam kitab al Muntaqa, Syarh Muwathta Maalik:
( فَصْلٌ ) وَقَوْلُهُ أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ ظَاهِرٌ فِي أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يَمَسَّ الْقُرْآنَ مُحْدِثٌ وَبِهَذَا قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَالشَّافِعِيُّ وَجَمَاعَةُ الْفُقَهَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ التَّابِعِينَ
"Fasal. Sabda Nabi, yaitu: “Tidak boleh menyentuh al Quran kecuali orang yang suci” adalah zahir bahwasanya orang yang berhadats tidak boleh menyentuh al Quran. Dengan pendapat ini berkata Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan sejumlah Fuqaha dari shahabat dan yang lainnya dari tabi’in." (al-Muntaqa, 1/475). Sumber kitab: al Muntaqa, Syarh Muwathta Maalik juz I halaman 475, maktabah syamilah.
Dalam Kitab Sunan Ad Daaraquthni :
بَابٌ فِيْ نَهْيِ الْمُحْدِثِ عَنْ مَسِّ الْقُرْآنِ
Bab larangan orang berhadats menyentuh al Quran
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُخَلَّدٍ نَا الْحَسَنُ بْنُ أَبِي الرَّبِيْعِ نَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ بَكْرٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ : كَانَ فِيْ كِتَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَلَّا تَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ مُرْسَلٌ وَرُوَاتُهُ ثِقَاتٌ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mukhallid, telah menceritakan kepada kami Hasan bin Abi ar-Rabi', telah menceritakan kepada kami Abdur Razaq, telah mengkhabarkan kepada kami Ma'mar, dari Abdullah bin Abu Bakar, dari bapaknya, berkata: Adalah terdapat di dalam surat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Amr ibn Hazm: “Engkau tidak boleh menyentuh al Quran kecuali dalam keadaan suci.”. (Hadits) Mursal, semua rawinya tsiqoh. (HR. Daraquthni). Sumber Kitab: Sunan Addaara Quthni juz I halaman 121.
Dalam Shahih Ibn Hibban:
وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
"Jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci." (HR. Ibnu Hibban). Sumber Kitab: Shahih Ibnu Hibbaan juz 14 halaman 501, hadits nomor 6559, maktabah syamilah.
Dalam Kitab al Mustadrak:
وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
"Jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci." (HR. Hakim)
هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ
ini Hadits Shahih. Sumber Kitab: Al Mustadrak juz III halaman 479, hadits nomor 1399, maktabah syamilah.
Dalam kitab Sunan Kubra lil Baihaqi
5- باب الْحَائِضِ لاَ تَمَسُّ الْمُصْحَفَ وَلاَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ.
Bab Wanita Haid tidak boleh menyentuh al Quran
1534- أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرُو بْنُ مَطَرٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ الصُّوفِىُّ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ حَدَّثَنِى الزُّهْرِىُّ عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الْيَمَنِ بِكِتَابٍ فِيهِ الْفَرَائِضُ وَالسُّنَنُ وَالدِّيَاتُ ، وَبَعَثَ بِهِ مَعَ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَفِيهِ قَالَ :« وَلاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرٌ ». أَرْسَلَهُ غَيْرُهُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Telah mengkhabarkan kepada kami Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Qatadah, telah mengkhabarkan kepada kami Abu 'Amr bin Mathar, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin al-Hasan bin Abdul Jabar ash-Shufi, telah menceritakan kepada kami Hakam bin Musa, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hamzah, dari Sulaiman bin Dawud, telah menceritakan kepadaku Zuhri dari Abu Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, dari bapaknya, dari kakeknya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menulis kepada penduduk Yaman dengan surat yang didalamnya ada fardhu, sunnah dan diyat. Beliau mengutus dengan membawa surat bersaqma ‘Amr ibn Hazm. Rawi menuturkan hadits, dan didalamnya, beliau bersabda: “Dan jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci." Rawi lainnya meriwayatkannya dalam bentuk hadits mursal. (HR. Baihaqi). Sumber Kitab: As Sunan al Kubra lil Baihaqi juz I halaman 344, hadits nomor 1354.
Dalam Kitab al Muwaththa:
128 - و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ أُمْسِكُ الْمُصْحَفَ عَلَى سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ فَاحْتَكَكْتُ فَقَالَ سَعْدٌ لَعَلَّكَ مَسِسْتَ ذَكَرَكَ قَالَ فَقُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ قُمْ فَتَوَضَّأْ فَقُمْتُ فَتَوَضَّأْتُ ثُمَّ رَجَعْتُ
"Telah menceritakan kepadaku dari Malik, dari Ismail bin Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqash, dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash, bahwasanya dia berkata: “Aku memegang mushfah di hadapan Sa’ad bin Abi Waqqash lalu aku menggaruk-garuk kemaluanku”. Beliau lantas berkata, “Engkau menyentuh kemaluanmu?”. “Benar”, jawabku. Beliau berkata, “Berdirilah lalu berwudhulah”. Aku lantas bangkit berdiri dan berwudhu lalu aku kembali.”. Sumber Kitab: Tanwiirul hawaalik juz I halaman 64, cetakan Toha Putera Semarang / Muwaththa Maalik juz II halaman 58, hadits nomor 128, maktabah syamilah.
DERAJAT HADITS:
لَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
- Dalam Kitab Majma’uzzawaa`id:
(بَابٌ فِي مَسِّ الْقُرْآنِ)
Bab Menyentuh al Quran
1512 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ ".
"Dari ‘Abdullah ibn ‘Umar, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci.”
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَالصَّغِيرِ، وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُونَ
HR. Ath Thabarani didalam (al Mu’jam) al Kabir dan ash Shaghir. Rawi-rawinya tsiqoh semua (Majma Az-Zawaid, 1/276). Sumber Kitab: Majma’uzzawaa`id lil Hafizh al Haitsami juz I halaman 276, maktabah syamilah.
Dalam Kitab At Talkhiish al Habir:
حَدِيثُ أَنَّهُ صلى اللَّهُ عليه وسلم قال لِحَكِيمِ بن حِزَامٍ لَا يَمَسُّ الْمُصْحَفَ إلَّا طَاهِرٌ الدَّارَقُطْنِيُّ وَالْحَاكِمُ في الْمَعْرِفَةِ من مُسْتَدْرَكِهِ وَالْبَيْهَقِيُّ في الْخِلَافِيَّاتِ وَالطَّبَرَانِيُّ من حديث حَكِيمٍ قال لَمَّا بَعَثَنِي رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم إلَى الْيَمَنِ قال لَا تَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا وَأَنْتَ طَاهِرٌ وفي إسْنَادِهِ سُوَيْدٌ أبو حَاتِمٍ وهو ضَعِيفٌ وَذَكَرَ الطَّبَرَانِيُّ في الْأَوْسَطِ أَنَّهُ تَفَرَّدَ بِهِ وَحَسَّنَ الْحَازِمِيُّ إسْنَادَهُ
"Hadits bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Hakim ibn Hizam “Jangan menyentuh al Mushaf kecuali orang yang suci”. HR. Addaara Quthyni, al Hakim dalam al Ma’rifah dari Mustadraknya, al Baihaqi dalam al Khilaafiyyaat, dan ath Thabaranai, dari haditsnya hakiim, berkata: “ Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengutusku ke Yaman, beliau bersabda: “Jangan engkau menyentuh al Quran kecuali engkau orang yang suci.”. Di dalam isnadnya ada Suwaid Abu Hatim, dia dha’if. Ath Thabarani menuturkan bahwa dia (Suwaid) menyendiri. Dengan hadits tersebut. Al Hazimi menghasankan isnad hadits tersebut." (At-Talkhis al-Habir, 1/131). Sumber Kitab: At Talkhiis al Habiir lil Hafizh Ibn Hajar juz I halaman 131, maktabah syamilah.
DALAIL DARI KITAB FIQH
Dalam kitab al Majmu’, Syarh al Muhadzdzab:
فِيْ مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِيْ مَسِّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلِهِ مَذْهَبُنَا تَحْرِيْمُهُمَا وِبِه قَاَل أَبُوْ حَنِيْفَةَ وَمَاِلٌك وَأَحْمَدُ وَجُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءِ
"Didalam Madzhab Ulama tentang menyentuh dan membawa Mushaf. Madzhab kami keduanya haram, dan dengan pendapat ini berkata Abu Hanifah, Malik, Ahmad dan jumhur ulama." (Al-Majmu', 2/72). Sumber Kitab: Dalam kitab al Majmu’, Syarh al Muhadzdzab juz II halaman 72, maktabah syamilah.
Dalam Kitab al Haawi Lil Maawardi:
مَسْأَلَةٌ : وُجُوبُ الطَّهَارَةِ لِحَمْلِ الْمُصْحَفِ وَمَسِّهِ
"Masalah : Wajibnya bersuci untuk mebawa dan menyentuh Mushaf.
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : وَلَا يَحْمِلُ الْمُصْحَفَ وَلَا يَمَسُّهُ إِلَّا طَاهِرً
Imam Syafi’i radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Jangan membawa dan menyentuh al Mushaf kecuali orang yang suci.” (Al-Hawi lil Marwadi, 1/143). Sumber Kitab: Al Haawi lil Mawardi juz I halaman 143, maktabah syamilah.
Dalam Kitab Majmuu’ul Fatawa:
وَسُئِلَ : هَلْ يَجُوزُ مَسُّ الْمُصْحَفِ بِغَيْرِ وُضُوءٍ أَمْ لَا ؟ . فَأَجَابَ :
مَذْهَبُ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ أَنَّهُ لَا يَمَسُّ الْمُصْحَفَ إلَّا طَاهِرٌ كَمَا قَالَ فِي الْكِتَابِ الَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ : { أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا طَاهِرٌ } . قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَد : لَا شَكَّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَهُ لَهُ وَهُوَ أَيْضًا قَوْلُ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَغَيْرِهِمَا . وَلَا يُعْلَمُ لَهُمَا مَنْ الصَّحَابَةِ مُخَالِفٌ .
"Ibnu Taimiyyah ditanya: "Apakah boleh menyentuh Mushaf tanpa wudhu ?". Beliau menjawab : “Pendapat imam mazhab yang empat, mushaf al Qur’an tidak boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci sebagaimana dalam surat yang dikirimkan oleh Rasulullah kepada ‘Amr bin Hazm,
أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا طَاهِرٌ
“Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang yang suci”. Imam Ahmad mengatakan, “Tidaklah diragukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menuliskan surat tersebut kepada ‘Amr bin Hazm.”. Dan ini juga pendapat Salman al Farisi, Abdullah bin Umar dan yang lainnya. Tidak diketahui adanya sahabat lain yang menyelisihi pendapat dua sahabat ini”. (Majmu' Al-Fatawa li Ibni Taimiyah, 21/266). Sumber Kitab: Kitab:Majmu’ul Fatawa juz 21 halaman 266.
Kalau kita membawa al Qur`an saat bepergian terus dimasukkan kedalam tas saat membawanya boleh nggak ? Boleh bila niatnya semata-semata membawa TAS. Bila niatnya membawa alquran yang di dalamnya atau membawa TAS dan alqurannya maka haram..
وَإِذَا كَانَ الْمُصْحَفُ مَوْضُوْعًا فِيْ أَمْتِعَةِ الْمَنْزِلِ . فِيْ صُنْدُوْقٍ أَوْ مَلَابِسَ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَا يَحِلُّ حَمْلُ هَذِهِ الْأَمْتِعَةِ بِدُوْنِ وُضُوْءٍ إِلَّا إِذَا كَانَتْ هِيَ مَقْصُوْدَةً بِالْحَمْلِ وَحْدَهَا فَإِذَا قُصِدَ حَمْلُ الْمُصْحَفِ مَعَهَا أَوْ قُصِدَ حَمْلُهُ وَحْدَهُ حَرُمَ ذَلِكَ بِدُوْنِ وُضُوْءٍ
"Bila Mushaf diletakkan pada sebuah peralatan-peralatan rumah dalam kotak atau pakaian atau lainnya maka tidak boleh membawa peralatan ini tanpa wudhu kecuali bila peralatannya yang menjadi tujuannya dalam membawanya, bila tujuannya membawa alquran yang ada didalamnya atau bertujuan membawa quran dan peralatannya maka haram membawanya tanpa wudhu." (Al-Fiqhu 'ala Madzahib al-Arba'ah, 1/48). Sumber Kitab: Al Fiqhu ‘Alal Madzaahibil Arba’ah juz I halaman 48, maktabah syamilah.
فَائِدَةٌ : يَجُوْزُ حَمْلُ الْمُصْحَفِ مَعَ الْمَتَاعِ وَإِنْ صَغُرَ جِدًّا ، قَالَ ب ر : وَلَوْ خَيْطَ إِبْرَةٍ لَكِنْ بِقَصْدِ الْمَتَاعِ فَقَطْ ، وَكَذَا مَعَ الْإِطْلَاقِ خِلَافاً لِلتُّحْفَةِ ، بَلْ أَوْ بِقَصْدِهِمَا عِنْدَ (م ر) اهـ كُرْدِيْ
"Faidah: Diperbolehkan membawa mushaf besertaan di dalam kotak meskipun berukuran sangat sempit. Imam al-Barmawi berkata: Meskipun berupa tidak lebih dari barang hasil jahitan jarum tapi dengan kondisi hanya dikehendaki membawa kotak tersebut, begitu juga bila tanpa tujuan apapun, berlainan dengan pendapat dalam kitab Tuhfah, bahkan boleh ketika dikehendaki membawa keduanya (mushaf dan kotaknya) menurut pendapat Imam Ramli. Selesai fatwa Sulaiman al-Kurdi." (Bughyah al-Mustarsyidin: 26). Sumber Kitab: Bughyatul Mustarsyidin halaman 26, cetakan al ‘Alawiyyah Semarang / halaman 52, maktabah syamilah.
Wallaahu A’lamu bishshawaab.


Tanya jawab Bacaan Qur'an Dari Kaset CD


PERTANYAAN :
Khoirul Anam
Assalamu'alaikum ikhwan....aku maw tanya ne, membaca alqur'an kan ibadah ! nah klau membaca alqur'an tersebut direkam ke kaset/cd, trz kasetnya diputar, apakah suara kaset tersebut masih tergolong ibadahnya orang yang membaca tadi ? mohon jawaban berikut dasarnya.! maturnuwun.
JAWABAN :
Waalaikumsalam wr wb...  PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG KASET atau PIRINGAN HITAM YANG BERISIKAN ALQURAN :
1. SYEKH ABDUL QADIR AL-AHDAALI
Suara yang didengar dari piringan hitam atau kaset sama dengan suara alQuran yang didengar dari jamadaat, maka tidak di hukumi alQuran (Kitab al-Anwaar al-Syuruuq fii Ahkaam as-Shunduq Hal. 31), Syekh Abdul Qadiir al-Ahdaali membolehkan mendengarkan piringan hitam dengan istilah laa ba’sa bihi (tidak ada masalah dengannya) beliau mendengarkan ini dengan syairnya :
وقد سئلت عن سماع طربه **** فقلت بحثا انه لاباءس به
“Aku pernah ditanya tentang mendengarkan alat musik, maka aku jawab sesuai dengan penelitian, yang demikian tidak mengapa”
2. SYEKH MUHAMMAD ALI AL-MALIKI
Merekam alQuran dalam kaset atau piringan hitam dalam menggunakan selanjutnya itu tidak bisa lepas dari unsure menghina atau merendahkan martabat alQuran, karenanya merekam alQuran dalam kaset atau piringan hitam sebagaimana yang maklum hukumnya haram, juga mendengarkan alQuran dari padanya. (Kitab al-Anwaar al-Syuruuq fii Ahkaam as-Shunduq Hal. 31),
3. MENURUT PENDAPAT YANG TERPILIH DIKALANGAN MADZHAB HANAFIYAH
Kalangan Hanafiyah menyatakan : Mendengar ayat sajdah seperti burung beo, menurut pendapat yang terpilih tidak wajib sujud karena bukan bacaan sebenarnya namun sekedar kicauan yang tidak di mengerti. Pendapat yang lain menyatakan wajib bersujud karena orang yang mendengarkan itu telah mendengarkan firman Allah SWT. Walaupun dari burung yang sedang berkicau”. (alFataawy as-Syar’iyyah I389).
Bila mengacu pada pendapat-pendapat ini, sudah tidak berdampak pahala pada pemilik suara rekaman bahkan menurut Imam Ali alMaliki haram merekamnya. Wallahu a’lamu bis showaab.