Saturday, May 12, 2018

TAFSIR TIDAK ADA PAKSAAN DALAM MEMELUK AGAMA ISLAM [AL-BAQOROH : 256]


Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah, ayat: 256 :
 
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
 
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
 
Ibnu Hibbân meriwayatkan dalam Mawârid Zam’an (halaman: 427) : “Dari Ibnu Abbâs. Ibnu Abbâs berkata: “dahulu sebelum Islam datang ada seorang wanita yang anaknya selalu mati. Ia berjanji kepada dirinya sendiri, jika punya anak dan hidup akan dijadikan Yahudi. Maka ketika Bani Nadhir(salah satu kelompok Yahudi) diusir dari Madinah, anaknya berada di antara anak-anak orang Anshar, lalu berkatalah mereka: “jangan kita biarkan anak-anak kita bersama dia !”. Maka Allah menurunkan ayat ini:
 
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
 
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
 
KETERANGAN :
Abû Dâwud meriwayatkan dalam Sunan Abî Dâwudnya(3/11) sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibbân. At-Tirmidzî juga meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya. dan Imâm Jalâludin ash-Suyûthî juga menisbahkan kepada at-Tirmidzî dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Bab I, Surat ke-2: al-Baqarah) sebagaimana Hadis di atas yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibbân.
 
Ibnu Jarîr juga meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya (3/24) : “Telah bercerita kepada kami(Ibnu Jarîr) Muhammad bin Basysyar, katanya(Muhammad bin Basysyar): “Ibnu Abi ‘Adi telah bercerita kepada kami(Muhammad bin Basysyar) dari Syu’bah dari Abi Bisyr dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbâs, katanya(Ibnu ‘Abbâs): “dahulu ada seorang wanita yang anaknya tidak pernah hidup lama. Lalu mulailah ia bernazar atas dirinya, apabila anaknya hidup akan dijadikannya Yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir, di antara mereka terdapat anak-anak orang Anshar, merekapun berkata: “kita tidak akan membiarkan anak-anak kita”, maka Allah menurunkan firmannya:
 
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
 
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wallohu A'lam.
 
baca juga => MAKSUD ANAK DAN ISTRI ADALAH FITNAH

No comments:

Post a Comment